Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Kisah Dedi Pasukan Biru Tegar di Bawah Terik saat Puasa Demi Perbaiki Selokan
10 Maret 2025 12:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Di bawah terik matahari siang yang menyengat, seorang pria berbaju biru tampak sibuk memperbaiki selokan di kawasan Monumen Nasional, Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
Tangan dan bajunya kotor bercampur tanah basah, sementara wajahnya berkeringat. Meski berpuasa, ia tetap bekerja dengan semangat tanpa mengeluh.
Pria itu adalah Dedi (40), salah satu Pasukan Biru dari Dinas Tata Air Provinsi DKI Jakarta, yang bertugas menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan Ibu Kota.
Di bulan Ramadan ini, tantangan pekerjaannya semakin berat. Selain haus dan lapas karena berpuasa, cuaca panas, debu, dan polusi kota Jakarta menjadi teman sehari-hari yang harus ia hadapi.
“Ya namanya kerja, Mas, puasa atau enggak ya tetap harus dijalani. Kalau capek ya pasti, haus juga, apalagi kalau siang begini. Tapi ya niatnya ibadah, jadi saya jalani saja,” kata Dedi saat ditemui kumparan di sela-sela pekerjaannya, Kamis (10/3).
ADVERTISEMENT
Ia mengaku sudah terbiasa bekerja di kondisi seperti ini, meski di bulan puasa beban terasa lebih berat.
“Terkadang debu sama panas ini bikin tenggorokan kering banget. Tapi ya mau gimana lagi, namanya juga tugas. Yang penting kerjaan beres,” ujar Dedi sambil tersenyum.
Tak jauh dari Dedi, rekannya Wahyu (31) juga tampak sibuk mencampur semen dan pasir. Keringat bercucuran di dahinya, namun ia tetap fokus menyelesaikan pekerjaannya.
“Kalau ini mau dirapihin Mas, mau dibikin lebih gede jalur airnya biar nggak kesumbat terus kalau lagi hujan,” ujarnya.
Wahyu mengaku harus pintar-pintar menjaga stamina agar tetap kuat menjalani puasa di tengah pekerjaan fisik yang berat.
“Biasanya sahur itu saya makan yang banyak dan minum cukup air biar enggak gampang lemas. Terus kalau siang begini ya harus tahan-tahan, jangan kebanyakan mikirin haus,” kata Wahyu.
ADVERTISEMENT
Meski lelah, Dedi dan Wahyu mengaku bersyukur karena bisa tetap bekerja dan menjalankan ibadah puasa. Keduanya berharap masyarakat lebih menghargai kerja keras Pasukan Biru yang menjaga kebersihan dan kenyamanan ruang publik.
“Kadang masih ada yang buang sampah sembarangan. Padahal kami di sini capek-capek bersihin. Kalau masyarakat bisa lebih sadar, kerjaan kami juga jadi lebih ringan,” kata Dedi.
Di tengah panas Jakarta, Pasukan Biru seperti Dedi dan Wahyu tetap menjalankan tugasnya dengan sigap, meski harus menahan lapar dan haus di bulan Ramadan.