Kisah Dek Gam, 15 Tahun Jadi Pecandu Narkoba hingga Bertobat

26 September 2018 17:49 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala yayasan GEMA pusat rehabilitasi korban penyelahgunaan narkoba, Dek Gam, di Aceh, Rabu (26/9/2018). (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala yayasan GEMA pusat rehabilitasi korban penyelahgunaan narkoba, Dek Gam, di Aceh, Rabu (26/9/2018). (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Masa muda Zulfan Hakim atau yang akrab disapa Dek Gam tak seindah yang dinginkan. Sejak usia 18 tahun dia sudah mengenal narkoba. Barang haram itu menjerumuskan dirinya ke lubang hitam selama 15 tahun.
ADVERTISEMENT
Pemuda kelahiran Lueng Bata, Banda Aceh, ini mengatakan, awal dirinya mengenal narkoba dan menjadi seorang pencandu akibat pergaulan bebas dan lingkungan. Dari usia 18 tahun dia tidak hanya mengisap ganja, tetapi juga sabu. Berawal dari sekadar coba-coba hingga akhirnya jadi pecandu berat.
“Saya jadi pecandu sekitar 15 tahun dari usia 18 tahun. Awalnya karena pergaulan dan lingkungan, merasa jadi lebih keren aja dengan memakai sabu,” katanya, Rabu (26/9).
Ilustrasi narkoba.  (Foto: Andina Dwi Utari/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi narkoba. (Foto: Andina Dwi Utari/kumparan)
Tak hanya sebagai pemakai, Dek Gam juga pernah terlibat dalam pengedaran narkoba, yaitu sebagai kurir. Namun, bisnisnya itu hanya kecil-kecilan dan tak diketahui oleh polisi..
“Selama makai dan jadi penjual saya tidak pernah ketangkap,” kata dia.
Seiring berjalannya waktu, keluarga mengajak Dek Gam untuk meninggalkan kebiasaan buruknya itu. Dek Gam diminta untuk bertobat.
Ilustrasi overdosis karena narkoba (Foto: Muhammad Faisal/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi overdosis karena narkoba (Foto: Muhammad Faisal/kumparan)
Setelah berkoordinasi dengan pihak Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Aceh, keluarga mengirimkan Dek Gam ke Balai Besar Rehabilitasi BNN, di Lido, Bogor, Jawa Barat, untuk direhabilitasi.
ADVERTISEMENT
“Saya menjalani masa rehabilitasi selama setahun lebih sejak 2013 lalu. Dan hari ini sudah bisa kembali ke masyarakat. Saya ingin berbuat dan berkarya kembali untuk masyarakat,” tuturnya.
Selama menjadi pencandu, Dek Gam melewati hari-harinya dengan penuh ejekan dan stigma negatif dari masyarakat. Bahkan sampai sekarang masih ia rasakan.
“Efek negatifnya kita enggak dipercaya lagi, stigma kita dianggap pembuat masalah, virus, dan di rumah kita selalu dicap jelek. Sampai sekarang stigma orang ke saya masih jelek. Kadang stigma itu yang membuat kita terulang lagi ke kesalahan dulu kita jadi tidak nyaman di situ,” jelasnya.
“Pesan saya untuk adik-adik dan saudara saya, berhentilah memakai. Hari ini sudah 2018, lo masih pakai, aduh, enggak gaul, enggak gaul banget,” kata Dek Gam.
Suasana peresmian yayasan rumah GEMA, pusat rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba di Aceh, Rabu (26/9/2018). (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana peresmian yayasan rumah GEMA, pusat rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba di Aceh, Rabu (26/9/2018). (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
Setelah bertobat, bersama dua rekannya, M.Rasyid Nst dan Darmi Dahlan, Dek Gam mendirikan Rumah Generasi Emas Aceh (GEMA). Dek Gam ditunjuk sebagai ketua yayasan.
ADVERTISEMENT
“Ingin membuat sesuatu untuk rekan-rekan kami. Karena bingung gimana cara membantu untuk menyembuhkan teman-teman, maka akhirnya kami mendirikan rumah ini,” kata Dek Gam.
Dek Gam menjelaskan rencana mendirikan Rumah GEMA sudah ada sejak 4 tahun lalu. Namun baru bisa diresmikan saat ini lantaran faktor dana. Ia berharap dengan berdirinya Rumah GEMA mampu menyembuhkan teman-temannya yang ingin pulih.
“Masih banyak saudara kami yang kecanduan dan belum mengetahui cara keluar dari masalahnya. Berharap dukungan dari semua pihak untuk bisa membantu mereka sembuh dan kembali ke masyarakat. Saya ingin berbuat untuk diri saya dan orang lain,” harapnya.