Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Kisah Edy, Driver Ojol yang Jadi Caleg: Jaket Jadi Alat Kampanye
3 Desember 2018 16:26 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
Keinginan untuk menjadi anggota dewan tampaknya tak terbendung lagi untuk seorang Edy Winarto (47). Setelah dua kali gagal, tahun ini ia kembali mencalonkan diri sebagai calon legislatif untuk DPRD Kota Surabaya dari Dapil 1 Kota Surabaya, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Edy menjadi satu-satunya caleg yang bekerja sebagai driver ojek online (ojol). Edy pun hanya mengandalkan satu alat peraga kampanye (APK) dan rasa optimistis untuk menang di Pileg 2019. Satu APK itu adalah poster yang dipasang di jaket ojolnya. Dia beralasan tak memiliki dana untuk membuat banyak poster seperti caleg lainnya.
Praktis, setiap kali kerja, masyarakat Surabaya akan melihat atribut kampanye yang dibawanya. APK yang terpasang di jaketnya itu cukup menarik perhatian sejumlah pengguna jalan.
Pada APK itu terpampang wajah terbaik Edy Winarto serta nomor urut pemilihannya. Tertera juga kebanggaan Edy yang berprofesi driver ojol siap duduk di kursi legislatif.
Pria asal Dupak Bangun Rejo, Surabaya, ini merupakan caleg dari Perindo. Sudah tiga tahun Edy bergabung dengan partai yang digawangi Hary Tanoesoedibjo ini. Bahkan, Edy dipercaya jadi pengurus partai tingkat Kecamatan Krembangan.
ADVERTISEMENT
"Setelah dipilih dan dikasih nomor saya ikut aja. Kemudian melewati seleksi ternyata lolos," ujar Edy kepada kumparan, Senin (3/12).
Edy juga sudah tiga tahun menggeluti profesi sebagai ojol. Meski begitu, niatnya untuk duduk di kursi anggota dewan tak terbendung lagi. Edy tak malu atau gengsi mengakui profesinya sebagai ojol di depan para caleg yang hidupnya lebih mewah darinya.
"Mulai awal ramai ojek online di Surabaya, saya sudah jadi ojol. Ini sudah menjadi rezeki saya. Kalau jadi legislatif, saya ingin membuat kebijakan yang pro rakyat dan tepat sasaran," lanjut dia.
Edy bekerja sejak pagi hari hingga malam hari. Selama bekerja itu, APK menempel di jaketnya. Modal yang diperlukan Edy untuk memasang APK di jaketnya hanya Rp 45 ribu.
ADVERTISEMENT
"Saya kan nggak punya uang cukup. Jadi satu spanduk tempel di jaket. Jadi saya pakai sendiri kalau rusak, ganti serepnya ada dua lembar. Kalau rusak lagi, baru cetak lagi," ucap Edy.
Lantas, berapa modal Edy maju sebagai caleg?
Kepada kumparan, Edy menceritakan hanya dengan modal Rp 600 ribu, dirinya maju sebagai caleg. Dari modal itu, pengeluaran paling banyak untuk tes kesehatan dan narkoba.
"Kalau saya nggak ada modal. Cuma biaya administrasi saja, ambil formulir Rp 50 ribu, bikin SKCK Rp 30 ribu. Tesnya semua gratis, kecuali tes kesehatan di RS saya ngumpulin uang dulu Rp 500 ribu," kenang Edy.
Demi memuluskan niatnya, Edy tak segan-segan mengunjungi warga di dapilnya di daerah Dupak Bangun Rejo. Di sana, Edy berorasi dan mempromosikan dirinya agar di Pileg 2019 bisa dipilih.
ADVERTISEMENT
Edy mengakui, dukungan masyarakat di Dapil 1 Surabaya cukup baik. Bahkan, masyarakat ikut membantu menyumbang berupa sebuah spanduk APK ukuran sedang atau seukuran pintu.
Namun, spanduk itu belum terpasang karena masih dicarikan lokasi yang strategis dan tak dicuri orang.
"Alhamdulillah dukungan warga sini cukup baik. Saya diberi spanduk. Tapi masih saya simpan, karena belum ketemu lokasi yang pas," ujar sarjana ekonomi dari Universitas Wijaya Putra ini.
Tiga Kali Maju Jadi Caleg
Untuk urusan gagal, Edy sudah pernah merasakan di dua periode pemilihan legislatif sebelumnya. Saat itu dia masih memiliki usaha kecil-kecilan yaitu bahan makanan dan belum menjadi driver ojol. Dia kemudian berusaha mengadu nasibnya untuk menjajal jadi caleg.
Mengajukan diri bersamai partai gurem membuat Edy selalu gagal pada dua kesempatan tersebut. Kini, Edy optimis dirinya berkesempatan besar. Namun, kemenangan tetap dipasrahkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa agar tidak terjadi kekecewaan mendalam.
"2009 dan 2014 saya sudah mencoba dan gagal karena perolehan suara tidak mencukupi. Kalau dukungan sudah pasti ada. Untuk soal menang atau tidak saya serahkan Gusti Allah," ujar Edy pasrah.
ADVERTISEMENT
Kini, Edy terus berjalan melintasi sudut kota, mengais nafkah sekaligus memperkenalkan dirinya ke masyarakat. Edy adalah driver ojol berijazah sarjana yang berjuang menjadi wakil rakyat.
"Kampanye saya hanya modal semangat. Ya pakai jaket ini untuk memberi tahu bahwa saya mencalonkan diri di Dapil 1 Surabaya (Kecamatan Krembangan, Bubutan, Tegalsari, Gubeng Genteng, Simokerto)," ungkapnya.
Para penumpangnya, dijelaskan Edy juga banyak yang mendoakannya agar menang. Edy bersyukur mendapat doa mulia dari beberapa penumpangnya. Tapi tak sedikit pula yang mencacinya. Namun hal itu sudah biasa dia terimanya dengan legowo.
"Beberapa penumpang tanya, siapa yang nyaleg Pak, Ya saya sendiri. Dia terus doakan mudah-mudahan menang. Ada yang nyebut sempel (sinting) pakai jaket tempelan caleg di jalan," tutur Edy.
ADVERTISEMENT