Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Kisah Ekuador: Negara Damai yang Hancur Akibat Geng Narkoba
10 Januari 2024 16:58 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Awal 2024 menjadi waktu berat bagi pemerintah dan warga Ekuador. Pengumuman darurat nasional benar-benar mengubah negara di Amerika Selatan itu.
ADVERTISEMENT
Tepatnya pada Senin (8/1), Presiden Daniel Noboa yang baru dilantik menjelang akhir 2023, mengumumkan darurat nasional.
Kebijakan itu diambil setelah gembong narkoba paling berbahaya Adolfo Macias alias Fito kabur dari penjara di Kota Guayaquil. Darurat nasional berarti jam malam berlaku di seluruh penjuru negeri.
Pada saat bersamaan, Noboa memerintahkan ribuan aparat keamanan mencari keberadaan Fito.
Pemberlakuan status darurat tidak membuat kondisi Ekuador aman. Malah sebaliknya, krisis keamanan besar mengguncang Ekuador.
Geng narkoba menyerbu stasiun televisi, menyandera polisi, sampai menculik mahasiswa.
Bandit-bandit terkait geng narkoba bahkan mengeksekusi acak warga sipil Ekuador. Per Selasa (9/1) waktu setempat, 10 warga Ekuador di dua kota dilaporkan tewas.
Ekuador Dulunya Damai
Beberapa tahun lalu, Ekuador dikenal sebagai wilayah damai. Nama Ekuador bahkan selalu lekat dengan gunung berapi yang memberi kesuburan sampai kekayaan keanekaragaman hayati.
ADVERTISEMENT
Bagi warga Amerika Serikat (AS), Ekuador bahkan disebut sebagai tempat pensiun paling layak.
Beberapa warga AS mengungkapkan udara yang hangat sampai rendahnya biaya hidup membuat Ekuador selalu ada di daftar paling top tempat menghabiskan hari tua.
"Kami tidak pernah melihat situasi seperti ini. Kami selalu menyebut diri kami sebagai pulau perdamaian," kata pakar keamanan di Institut Pengetahuan Sosial Amerika di Quito, Fernando Carrion, seperti dikutip The Guardian.
"Tapi kami melihat ini [kekacauan] telah datang," sambung dia.
Memburuknya Keamanan Ekuador
Keamanan Ekuador merosot sejak pandemi virus corona pada awal 2020 lalu. Pandemi memukul perekonomian negara ini.
Pemerintah menyebut, pada 2023 kematian akibat kekerasan meroket ke angka 8.008. Angka itu dua kali lipat dari 2022 yang cuma 4.500.
ADVERTISEMENT
Salah satu kematian akibat kekerasan paling menggemparkan di Ekuador terjadi pada akhir 2023 lalu. Ketika itu capres Fernando Villavicencio ditembak mati pria bersenjata terkait geng narkotika.
Situasi memburuk itu membuat Pemerintah Ekuador menyalahkan pertumbuhan geng perdagangan narkoba. Mereka percaya keberadaan geng-geng itu mengguncang keamanan dalam negeri Ekuador.
Ekuador diapit oleh Kolombia dan Meksiko. Dua negara itu adalah penghasil kokain.
Kondisi di penjara Ekuador bahkan lebih parah. Pertumpahan darah yang melibatkan geng narkoba kerap terjadi demi merebut kekuasaan.
Menurut sejumlah penelitian, kota pesisir terbesar di Guayaquil dianggap sebagai wilayah paling berbahaya. Sebab, Guayaquil sudah menjadi hub bagi perdagangan narkotika.