Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Kisah Humza Yousaf Pemimpin Muslim Pertama di Eropa Barat
29 Maret 2023 5:51 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Pria Muslim keturunan Pakistan, Humza Yousaf (37), terpilih menjadi Menteri Pertama (First Minister) di wilayah otonomi khusus Inggris Raya, Skotlandia. Sejarah tercipta!
ADVERTISEMENT
Menteri Pertama adalah jabatan paling tinggi di Skotlandia. Jabatan tersebut memegang kendali penuh atas pemerintahan Skotlandia.
Yousaf adalah pemeluk Muslim pertama yang jadi orang nomor satu di pemerintahan negara-negara Eropa Barat. Yousaf juga akan memimpin warga Skotlandia yang mayoritas memeluk agama Kristen.
Sensus terakhir pada 2011 menunjukkan pemeluk Kristen mencapai 53,8 persen. Sedangkan umat Muslim di Skotlandia dalam data resmi 2011 sebanyak 76 ribu lebih orang atas 1,4 persen.
Di Eropa Barat agama mayoritasnya adalah Nasrani yang terdiri dari Katolik Roma di wilayah barat dan selatan, Kristen Protestan di utara dan Katolik Ortodoks di timur.
Raih 52 Persen Suara
Dikutip dari Reuters, kemenangan Yousaf dikonfirmasi di lapangan rugby nasional setelah dirinya berkampanye enam minggu. Yousaf meraih 52% suara anggota SNP pada putaran kedua penghitungan. Ia mengalahkan Kate Forbes, Sekretaris Keuangan, yang mendapatkan 48% suara.
ADVERTISEMENT
Sementara calon lainnya Ash Regan, keluar dari pemerintahan karena menentang usulan perubahan pengakuan gender.
Tiga kandidat ini merupakan anggota SNP. SNP selaku partai berkuasa di parlemen Skotlandia memiliki suara mayoritas dan berwenang untuk menentukan siapa pengganti Sturgeon yang sudah memimpin sejak 2014.
Kemerdekaan bagi Skotlandia!
Setelah terpilih, pria Muslim itu menghadapi tugas berat menyatukan partai penguasa SNP untuk memulai upaya merdeka dari Inggris. Menurut Yousaf, yang perlu dilakukan SNP sekarang adalah membuat tuntutan kemerdekaan segera, dibanding memperdebatkan prosesnya.
Yousaf pun akan segera mencari cara demi menyatukan kembali partai, setelah terpecah akibat pemilihan pemimpin. Perpecahan terjadi akibat pendekatan berbagai calon soal kemerdekaan dan isu sosial lainnya.
"Kami akan menjadi generasi yang memberikan kemerdekaan bagi Skotlandia!" kata Yousaf.
Sebelum terpilih menjadi Menteri Pertama, Yousaf dikenal sebagai sosok pro-republik dibanding tetap bersama Inggris. Bahkan dalam satu wawancara Yousaf sempat menyatakan Skotlandia harus melihat kemungkinan membuang sistem monarki.
ADVERTISEMENT
"Supaya jelas, dalam lima tahun pertama, kami harus mempertimbangkan apakah harus membuang monarki dan memilih kepala negara atau tidak," ujar Yousaf.
Skotlandia telah lama berupaya bercerai dari Inggris. Sayangnya pada referendum kemerdekaan yang digelar 2014, 55 persen warga Skotlandia memilih tetap bersama Inggris Raya.
Akan tetapi kini dukungan terhadap kemerdekaan Skotlandia semakin tinggi. Itu disebabkan keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau dikenal dengan sebutan Brexit.
Mayoritas warga Skotlandia menolak Brexit. Bagaimana cara Skotlandia menangani pandemi COVID-19 dengan baik juga menjadi faktor lain yang membuat dukungan kemerdekaan dari Inggris Raya semakin kuat.