Kisah Ibunda Jessica Mencari Keadilan atas Kematian Anaknya di IGD RS

3 November 2017 17:17 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ibunda Jessica dan suami di makam anaknya (Foto: Dok Birgaldo Sinaga)
zoom-in-whitePerbesar
Ibunda Jessica dan suami di makam anaknya (Foto: Dok Birgaldo Sinaga)
ADVERTISEMENT
Setelah kasus bayi Debora yang meninggal dunia di RS Mitra Keluarga Kalideres pada Minggu, 3 September 2017 akibat terlambat mendapatkan pertolongan medis karena tidak punya biaya, kini nasib pilu menimpa seorang balita berusia 4 tahun bernama Jessica Kateline, putri pasangan Jhonson Parsaoran Sianipar dan Kristin Aviani Simbolon.
ADVERTISEMENT
Rabu, 23 Agustus 2017 menjadi kenangan hitam bagi keluarga Jessica. Anak kedua di keluarga itu meninggal dunia di IGD Rumah Sakit Adam Malik, dan hingga kini belum diketahui penyebabnya.
Kisah pilu ini dituliskan oleh Birgaldo Sinaga, dalam status Facebooknya pada Kamis (10/3). Dalam statusnya, Birgaldo berkisah kejadian yang merenggut balita periang itu.
Awalnya Jessica merasa kakinya seperti kesemutan hingga susah berjalan. Dokter Yazid Dimyati, Sp. A(K), Spesialis Anak Konsultan Saraf Anak yang memeriksa Jessica mendiagnosa dia mengidap penyakit Guillain Barre Syndrome (GBS) atau radang polineuropati demielinasi akut.
GBS merupakan sebuah gangguan sistem kekebalan tubuh yang menyerang saraf juga mengakibatkan lemah serta kesemutan pada kaki.
Untuk memastikan diagnosa tersebut, dr Yazid memberikan rujukan ke RS Adam Malik, Medan, agar dilakukan pemeriksaan EMG/KHS atau elektrodiagnostik, karena menurut dr Yazid hanya RS Adam Malik yang memiliki peralatan lengkap untuk pemeriksaan penyakit GBS.
ADVERTISEMENT
Dia juga menyatakan bahwa kondisi Jessica sudah melewati masa kritis GBS dan akan segera pulih. Dua hari sebelum medical check up di RS Adam Malik Senin (21/9), Jessica masih melakukan aktifitas belajar di sekolah TK.
Rabu (23/9) Jessica dibawa kedua orang tuanya ke RS Adam Malik untuk melakukan pemeriksaan GBS di poliklinik umum. RS Adam Malik memiliki dua pintu masuk, yakni pintu selatan untuk poliklinik umum, sedangkan pintu barat adalah ruang UGD.
Namun ayah Jessica salah masuk pintu, bukannya pintu klinikumum, dia malah memarkir mobilnya ke depan ruang UGD. Setibanya di pintu UGD, perawat langsung menyodorkan ranjang beroda, Jessica sempat meronta tak mau duduk di atas ranjang tersebut.
Jessica sendirian ketika masuk ke ruang UGD, ibunya mengurusi pendaftaran sedangkan sang ayah mencari lahan kosong untuk memarkirkan mobilnya.
ADVERTISEMENT
Sekitar 10 menit Jessica ditinggal kedua orang tuanya, ketika ibunda Jessica kembali ke UGD, ia melihat putri kecilnya di kelilingi dokter dan banyak perawat.
Ternyata saat itu para awak medis telah melakukan tindakan denngan mengambil sample darah Jessica melalui selangkangan. Wajah Jessica ketakutan, matanya menunjukan kegelisahan setelah jarum suntik menembus kulitnya.
Pukul 10.00 WIB dr Nina dari pihak RS Adam Malik memanggil ibunda Jessica dan mengatakan bahwa kondisi anaknya kritis dan harus segera dilakukan tindakan.
Ibunda Jessica dibuat keheranan, niatanya datang ke rumah sakit semula untuk medical check up malah dikejutkan dengan kabar putrinya yang kritis.
"Lho kok jadi parah begini dokter. Saya bawa kemari untuk medical check up seperti rujukan Dokter Yazid", ucap Bu Jessica sambil menunjukkan surat rujukan Dokter Yazid.
Jessica meninggal di RS Adam Malik (Foto: Dok Birgaldo Sinaga)
zoom-in-whitePerbesar
Jessica meninggal di RS Adam Malik (Foto: Dok Birgaldo Sinaga)
Keluarga Jessica meminta untuk dipindahkan ke rumah sakit lain karena merasa ada yang tidak beres. Namun, permintaanya tak dikabulkan. Pihak RS Adam Malik beranggapan kondisi Jessica yang kritis akan membahayakan bila dipindahkan ke rumah sakit lain.
ADVERTISEMENT
Pukul 10.30 WIB Jessica diberikan infus dan NGT melalui tungkai kakinya. Saat itu Jessica masih berbaring di ruang UGD.
Pukul 11.00 WIB kondisi Jessica membaik, ia sudah mulai sadar dan kembali berbincang dengan orang tuanya.
Dokter Firdaus, seorang dokter anestesi memanggil keluarga Jessica dan mengatakan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan lab, kondisi Jessica berbahaya dan harus segera dilakukan CVC, karena infus biasa tak mempan lagi.
CVC atau Central Venous Catheter merupakan sebuah selang yang dipasang langsung ke vena sentral untuk memberikan cairan atau obat-obatan tanpa perlu suntikan berulang-ulang.
Jessica dipasangkan CVC di dekat lehernya, dan dokter Firdaus memastikan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Saya sudah sering melakukan CVC. Tidak pernah ada masalah. Tidak pernah gagal. Anak ibu harus di CVC karena kondisinya kritis", tegas dokter Firdaus kepada ibunda Jessica kala itu.
ADVERTISEMENT
Setelah 3,5 jam menunggu, akhirnya dilakukan pemasangan CVC, dokter anestesi, dr Firdaus, dr Ninsa dan dr Sitanggang ikut dalam proses pemasangan CVC tersebut didampingi beberapa perawat.
Keluarga diminta untuk menunggu di luar, 15 menit berlalu para dokter mengabarkan pemasangan CVC telah selesai.
Belum selesai pihak dokter menjelaskan kepada keluarga Jessica, tiba-tiba saja dari ruang UGD di mana Jessica berada terdengar suara kepanikan, beberapa perawat mencoba menekan dada Jessica untuk diberikan CPR (Cardiopulmonary Resusication) untuk mengembalikan fungsi pernafasan.
Pukul 16.15 WIB Jessica dinyatakan meninggal dunia. Ibunda Jessica menjerit histeris melihat putrinya terkulai tak bernyawa. Menurut Ibunda Jessica, pihak rumah sakit tidak memberikan penjelasan penyebab kematian Jessica.
kumparan (kumparan.com) menghubungi Birgaldo Sinaga untuk mengkonfirmasi cerita yang dituliskan di Facebook pada Jumat (3/11). Ia mengatakan telah melaporkan peristiwa tersebut kepada Polda setempat namun belum ada tanggapan.
ADVERTISEMENT
"Kami mendesak Polri lakukan penyidikan, laporan ke Polda Sumatera Utara nggak di proses sampai sekarang," tegasnya.
Padahal laporan atas dugaan kesalahan prosedur tindakan penanganan Nomor: STTLO/808/X/2017/SPKT "II" oleh Ibunda Jessica, Kristin Aviani Simbolin telah dilayangkan pada 4 Oktober 2017. Menurutnya semua ini dilakukan agar tak terjadi lagi peristiwa nahas seperti bayi Debora atau balita Jessica.
kumparan sudah mengkonfirmasi masalah ini ke pihak RS Adam Malik melalui telepon. Pegawai di sana mengatakan, rumah sakit tidak bisa memberikan klarifikasi melalui telepon dan meminta surat resmi dari kantor.
Surat resmi dari kantor kumparan sudah dikirimkan melalui email dengan alamat admin@rsham.co.id. Setelah surat dikirim, kumparan kembali menelepon pihak RS untuk memastikan surat diterima. Namun, pegawai di sambungan telepon mengatakan bahwa surat menyurat ada di bagian TU, dan sore hari TU sudah tutup. Mereka meminta untuk dihubungi lagi esok hari Sabtu (4/11).
ADVERTISEMENT
Selain itu, kumparan juga sudah mengkonfirmasi hal ini kepada Kabid Humas Polda Sumatera Utara Kombes Rina Sari Ginting, melalui pesan singkat Rina mengabarkan bila dia sedang berada di Yerusalem.
"Maaf saya sedang cuti, ada di Yerusalem," katanya singkat.
Saat ditanya apakah ada rekan polisi lainnya yang bisa dimintai keterangan, Rina tidak membalas.