Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Kisah Jerry, Pedagang Kerupuk Tunanetra yang Bertahan Hidup di Jakarta
6 Desember 2017 21:20 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
ADVERTISEMENT
Waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB saat kondisi di Jalan Raya Otista, Jakarta Timur cukup padat dengan kendaraan. Bunyi klakson mobil dan motor yang saling bersahutan, serta debu dan gas kendaraan yang berbaur, menjadikan orang malas berlama-lama bergumul dengan kemacetan.
ADVERTISEMENT
Adalah Jerry (36), salah satu pria yang mau bertahan di tengah kemacetan parah itu. Hampir setiap hari, ia selalu melewati trotoar di Jalan itu, untuk menjajakan dagangannnya.
"Kerupuk kerupuk. Kerupuk kerupuk," teriak Jerry, tak mau kalah dengan bising lalu lintas.
Berbekal tongkat andalanya, ia menolak menyerah dengan keadaan. Ya, Jerry adalah seorang tunanetra.
Jerry menolak untuk meminta welas asih masyarakat dengan mengemis di perempatan jalan. Meski telah buta sejak lahir, ia memilih berdagang kerupuk. "Sebelum berdagang kerupuk di Ibu Kota, saya jadi tukang pijat di Medan," ucapnya, sembari memberikan kerupuk dagangannya ke seorang pembeli.
Jerry menjelaskan, ia memutuskan untuk merantau ke Jakarta karena penghasilanya di Medan tak bisa lagi menopang hidupnya yang sebatang kara. "Di medan penghasilan enggak cukup buat hidup," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Di Jakarta, Jerry memutuskan untuk berdagang kerupuk Bangka, yang ia dapatkan dari rumah usaha di Tangerang Selatan. "Sehari saya bisa jual 5 sampai 6 bungkus besar," ujar Jerry.
Setiap hari Jerry berdagang sejak pukul 16.30 WIB hingga pukul 22.00 WIB. Biasanya, ia mulai berkeliling dari Rumah Sakit Premier Jatinegara, menuju Kampung Melayu, Bidara Cina, sampai akhirnya pulang ke kontrakan nya di daerah Cipinang
4 bulan sudah Jerry hidup di Jakarta. Kepada kumparan (kumparan.com), ia menceritakan kesannya hidup di Ibu kota. "Yang jelas Jakarta itu bising dan macet," tuturnya.
Namun selama di Jakarta, Jerry mengaku diperlakukan dengan baik oleh setiap orang yang ia temui. Dia bercerita, banyak warga yang tak hanya membeli dagangannya, tetapi juga membantunya untuk menunjukkan arah pulang.
ADVERTISEMENT
"Saya juga selalu mendapat bantuan kalau mau menyeberang jalan," ucapnya.
Meski tak bisa melihat, Jerry mengaku percaya sepenuhnya kepada warga yang membeli kerupuk dagangannya. Sejauh ini, ia belum pernah merasa ditipu saat berdagang.
"Ketika Anda beli kerupuk saya, saya percaya pada Anda. Rezeki sudah ada yang mengatur," ucapnya.
Ketika ditanya harapannya terhadap Pemprov DKI, Jerry justru pesimistis. Ia merasa tak perlu berharap lantaran menurutnya, harapannya itu tak akan didengar.
"Ah apalah. Kita ngomong enggak ada gunanya, enggak pengaruh juga omongan kita ke mereka," keluh Jerry.