Kisah Kanselir Termuda Austria, Si 'Mesias' yang Mundur Akibat Diduga Korupsi

11 Oktober 2021 12:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kanselir Austria Sebastian Kurz berbicara dalam konferensi pers, di Wina, Austria, 21 Juli 2020. Foto: Lisi Niesner/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Kanselir Austria Sebastian Kurz berbicara dalam konferensi pers, di Wina, Austria, 21 Juli 2020. Foto: Lisi Niesner/REUTERS
ADVERTISEMENT
Kanselir Austria, Sebastian Kurz, mengejutkan publik dengan kabar pengunduran dirinya pada Sabtu (9/10). Kurz, yang terpilih sebagai kanselir di usia 31 tahun, memutuskan untuk hengkang dari jabatannya akibat dugaan keterlibatan dalam kasus korupsi.
ADVERTISEMENT
Pada 2017 silam, Kurz menjadi kepala pemerintahan termuda di dunia yang dipilih secara demokratis, dan juga kanselir termuda Austria dalam sejarah.
Saat dirinya terpilih, ia dihadiahi berbagai julukan fantastis: “Whizz-kid” (Si Anak Ajaib), “Basti Fantasti”, dan “Mesias” yang berarti juru selamat.
Kini, Kurz mengundurkan diri dari jabatannya di usia 35 tahun. Ia dan sembilan orang lainnya diduga menggunakan dana pemerintah untuk "membeli" citra baik sang kanselir muda di media massa pada 2016-2018.
Ia menyangkal seluruh tuduhan dan bersumpah akan mengembalikan nama baiknya, memastikan dia akan bisa mengklarifikasi semuanya.
Kurz lahir di Meidling, Kota Wina, Austria, pada 27 Agustus 1986. Ayahnya, Josef Kurz, adalah seorang insinyur dan ibunya, Elisabeth Kurz, bekerja sebagai guru bahasa di sekolah menengah.
ADVERTISEMENT
Sebastian Kurz mulai aktif di panggung perpolitikan pada usia 16 tahun, bersama Partai Anak Muda (Young People's Party, JVP) pada 2003.
Keputusannya masuk ke dunia politik diselimuti kontroversi. Kurz berani berhenti kuliah di program studi ilmu hukum untuk terjun dan fokus berpolitik.
Sebastian Kurz. Foto: REUTERS/Dominic Ebenbichler
Pilihan Kurz ternyata berbuah manis. Ia pertama memasuki pemerintahan Austria pada 2011 sebagai Menteri Integrasi. Saat itu, usianya masih 25 tahun. Dua tahun kemudian, di usia 27 tahun, ia menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Austria.
Pada 2016, Kurz dengan bangga menyatakan berhasil menutup jalur imigran Balkan. Jalur tersebut adalah rute yang diambil oleh para pencari suaka, biasanya dari wilayah konflik seperti Suriah dan Irak, menuju Eropa.
Wakil Kanselir saat itu yang juga pimpinan Partai Rakyat Austria (Österreichische Volkspartei, ÖVP), Reinhold Mitterlehner, mengundurkan diri dari jabatannya pada 2017. Kurz lantas dijagokan menjadi penerus Mitterlehner.
ADVERTISEMENT
Pengunduran diri ini akhirnya memicu pemilu legislatif awal pada tahun yang sama. Kurz, seorang politikus kanan-konservatif ini, diusung sebagai calon kanselir unggulan dari partai berkuasa itu.
Ia mengambil kontrol ÖVP dan mentransformasi partai tersebut ke dalam “Liste Kurz”, sebuah pergerakan yang berpusat pada citra dirinya sendiri.
Pemilu awal tersebut akhirnya memenangkan Kurz sebagai kanselir termuda Austria, di usia 31 tahun.
Kurz kemudian dibebankan tugas pembentukan kabinet pertamanya, dan membentuk koalisi dengan Partai Kebebasan (FPÖ). FPÖ adalah partai konservatif nasional Austria penganut populisme sayap kanan.
Langkah politik Kurz terus bergejolak. Koalisinya dengan FPÖ kolaps pada 2019, ketika rekan mudanya diterpa skandal korupsi.
Akibatnya, Kurz menjadi kanselir pertama dalam sejarah pascaperang Austria yang dipecat tanpa adanya pemungutan suara mosi tidak percaya di parlemen.
ADVERTISEMENT
Tetapi, dalam pemilu awal di akhir 2019, Kurz kembali membawa ÖVP ke kejayaan, bahkan berhasil memperluas dukungannya.
Akhirnya, dalam rangka memperoleh suara mayoritas di parlemen, Kurz membentuk koalisi dengan Partai Hijau pada 2020. Ini adalah koalisi pertama antara kedua partai dalam skala nasional.
Tapi, Kurz tetap mempertahankan komitmennya dalam melawan imigrasi. Ini menyebabkan adanya gesekan antara dirinya dengan mitra-mitra barunya ini. Pada akhirnya, Partai Hijaulah yang justru menekan Kurz.
Contohnya pada Jumat (8/10) lalu, Wakil Kanselir yang juga pimpinan Partai Hijau, Wener Kogler, meminta ÖVP untuk menunjuk kanselir baru. Kogler mengatakan, Kurz sudah tidak lagi layak menjadi kanselir.
Pendukung Sebastian Kurz saat kampanye di Vienna Foto: REUTERS/Leonhard Foeger

Diktator

Sebelumnya, sejumlah politikus pernah menuduh Kurz sebagai seorang “mini-diktator” dan menggerakkan ÖVP sebagai “pertunjukan satu aktor.”
ADVERTISEMENT
Para pendukung Kurz memandangnya sebagai “paralel” dari Presiden Prancis, Emmanuel Macron--mengingat keduanya sama-sama muda dan berambisi.
Sedangkan para kritikus Kurz menyebutnya sebagai “penerus” Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban. Orban dikenal sebagai populis anti-imigrasi garis keras.
Hal ini dilihat dari aksi boikot Kurz terhadap pakta migrasi PBB, pemotongan bantuan kesejahteraan bagi pencari suaka, hingga serangkaian kebijakan anti-imigrasi lainnya.
Berbagai tulisan yang mendeskripsikan bagaimana Kurz “mengatakan kata pertamanya saat berusia 1 tahun” dan mendewakan “keberaniannya” sebagai anak muda, justru membuat para kritikus memandang pujian-pujian itu sebagai hagiografi “Santo Sebastian”, atau “Sebastian Suci”.