Kisah Kepahlawanan Sultan Mahmud Riayat Syah di Bumi Nusantara

9 November 2017 14:23 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sultan Mahmud Riayat Syah (Foto: Faisal Nu'man/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sultan Mahmud Riayat Syah (Foto: Faisal Nu'man/kumparan)
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo pada Kamis (9/11), menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada empat orang tokoh salah satunya Sultan Mahmud Riayat Syah, tokoh dari Provinsi Kepulauan Riau.
ADVERTISEMENT
Sultan Mahmud Riayat Syah merupakan tokoh yang sangat disegani di tanah melayu terutama di Kepulauan Riau. Sultan Mahmud Riayat Syah adalah pemimpin Kesultanan Riau-Lingga-Johor-Pahang. Sultan Mahmud Riayat Syah atau dikenal juga dengan nama Sultan Mahmud Syah III dilnatik menjadi sultan di usia yang sangat belia, ketika masih berusia dua tahun di tahun 1761 Masehi.
Kisah kepahlawanan Sultan Mahmud Riayat Syah yang begitu tersohor adalah perlawanannya terhadap pasukan Belanda di Tanjungpinang.
Abdul Malik, Dosen Universitas Maritim Raja Ali Haji (Umrah) dalam tulisannya yang berjudul Sultan Mahmud Riayat Syah: Berhijrah ke Lingga demi Kelangsungan Perjuangan mengutip cerita E.Netscher, residen Belanda di Riau (1861-1870) dalam bukunya De Nederlanders in Djohor en Siak 1602 tot 1865.
ADVERTISEMENT
Kala itu tanggal 13 Mei 1787 pasukan Sultan Mahmud Riayat Syah menyusup ke selatan Terusan Riau melalui Penyengat dan Senggarang. Saat malam tiba, pasukan Sultan mulai terlihat dari benteng kecil di bukit. Tidak lama kemudian pasukan Sultan maju dari arah gunung merapat ke pencalang atau kapal besar yang mengangkut barang dagangan sehingga pertempuran di terelakkan lagi.
Akibat dari serangan itu banyak pasukan Belanda yang melarikan diri. Bahkan, seorang residen Belanda di Tanjungpinang kala itu, David Ruhde, melarikan diri ke Malaka.
Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional  (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
Mengetahui armadanya dibuat tidak berdaya, Belanda kembali menyerang Tanjungpinang dengan angkatan perang yang lebih banyak di bawah pimpinan Pieter Jacob van Braam. Namun sekali lagi, Belanda harus pulang dengan tangan kosong. Hal ini lantaran pasukan Belanda tidak menemui Sultan beserta rakyatnya di pusat kesultanan di Pulau Bintan.
ADVERTISEMENT
Sultan Mahmud sudah tahu rencana Belanda untuk menyerang balik. Karenanya, Sultan memindahkan pusat kesultanan ke Daik, Lingga. Sultan membawa rakyatnya dengan 200 perahu ke Lingga, ada yang ke Pahang, Bulang, Trengganu, Kalimantan dan kawasan lain di bawah kekusaaan Sultan Mahmud Riayat Syah. Taktik ini sengaja Sultan pilih untuk mengantisipasi jika satu kawasan diserang, maka tentara dan rakyat dari kawasan lain akan menyerbu musuh secara bersama-sama.
Dengan perpindahannya ke Lingga, Sultan menjadi penghalang besar bagi perdangan Belanda di Selat Malaka sehingga Kejayaan Belanda di Malaka pun runtuh. Pada 1795 Inggris mengakui kedaulatan penuh Sultan Mahmud Riayat Syah. Pengakuan itu akhirnya diikuti oleh Belanda. Sultan Mahmud Riayat Syah wafat pada 1812 setelah memimpin Kesultanannya selama 51 tahun.
ADVERTISEMENT
Sultan Mahmud Riayat Syah menjadi tokoh ketiga dari Kepulauan Riau yang sudah dianugerahi gelar pahlawan. Sebelumnya ada Raja Haji Fisabilillah di tahun 1997 dan Raja Ali Haji di tahun 2004.