Kisah Khader Adnan, Tukang Roti Jadi Pentolan Gerakan Jihad Islam Palestina

3 Mei 2023 17:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Palestina Khader Adnan (tengah) disambut oleh warga Palestina setelah dibebaskan dari penjara Israel di desa Arrabeh Tepi Barat dekat Jenin, Minggu, 12 Juli 2015. Foto: Majdi Mohammed/AP Photo
zoom-in-whitePerbesar
Warga Palestina Khader Adnan (tengah) disambut oleh warga Palestina setelah dibebaskan dari penjara Israel di desa Arrabeh Tepi Barat dekat Jenin, Minggu, 12 Juli 2015. Foto: Majdi Mohammed/AP Photo
ADVERTISEMENT
Seorang aktivis yang tergabung dalam kelompok Jihad Islam Palestina (Palestinian Islamic Jihad/PIJ), Khader Adnan, meninggal dunia pada Selasa (3/5).
ADVERTISEMENT
Aktivis anti-Israel garis keras itu kehilangan nyawa dalam tahanan usai melakukan aksi mogok makan selama hampir 3 bulan.
Menurut pihak berwenang, Adnan berada dalam tahanan Israel sambil menunggu persidangan di pengadilan militer.
Bapak dari sembilan anak ini diketahui telah bolak-balik masuk penjara selama lebih dari dua puluh tahun dan sering melakukan serangkaian aksi mogok makan untuk memprotes penahanannya.
Kematian Adnan bahkan memicu eskalasi ketegangan antara Israel dan milisi Gaza. Aksi saling serang terjadi antar dua belah pihak dari Selasa malam hingga Rabu subuh.
Lantas, siapakah sosok Khader Adnan kenapa dia begitu berpengaruh?

Sempat Bekerja sebagai Tukang Roti

Dikutip dari Al Jazeera, Adnan lahir pada 24 Maret 1978 di Desa Arrabeh, tidak jauh dari Kota Jenin di Tepi Barat yang kini diduduki Israel.
ADVERTISEMENT
Sebelum menjadi aktivis pro-Palestina, pria berusia 54 tahun itu berprofesi sebagai tukang roti dan memiliki sebuah toko di Kota Qabatya, bagian selatan Kota Jenin.
Khader Adnan tokoh Palestina. Foto: Family HO / AFP
Dia memperoleh gelar sarjana dari fakultas matematika di Universitas Birzeit yang terletak di Tepi Barat. Selama menempuh pendidikan sarjana, Adnan menjadi pengacara politik untuk PIJ dan pertama kali ditangkap oleh Israel pada 1999. Kala itu, dia ditahan selama empat bulan.
Delapan bulan kemudian, Adnan kembali ditangkap — kali ini oleh Otoritas Palestina (PA) usai memimpin demonstrasi mahasiswa pada 1999 di kampusnya.
Para demonstran yang dia pimpin melawan eks Perdana Menteri Prancis Lionel Jospin yang sedang berkunjung ke Tepi Barat. Mereka melempari Jospin dan mobilnya dengan batu.
ADVERTISEMENT

Bergabung dengan PIJ

Berbekal pengalamannya sejak muda berkiprah di PIJ, Adnan kemudian dipercayakan menjadi juru bicara PIJ cabang Tepi Barat.
Adapun PIJ adalah sebuah kelompok yang lebih kecil dari dua kelompok utama pro-Palestina di Jalur Gaza, sekaligus kalah besar dari kelompok militan Hamas yang menguasai daerah tersebut.
Warga Palestina Khader Adnan (tengah) disambut oleh keluarganya setelah dibebaskan dari penjara Israel, di rumahnya di desa Arrabeh Tepi Barat dekat Jenin, Minggu, 12 Juli 2015. Foto: Majdi Mohammed/AP Photo
PIJ didirikan oleh para mahasiswa Palestina di Mesir pada 1981 dengan ambisi membangun sebuah negara Palestina di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan daerah-daerah lain yang diduduki oleh Israel.
Pada periode 2000-an, Adnan sempat ditangkap lima kali sebelum akhirnya menikah dengan seorang wanita asal Nablus, Randa Adnan, pada 2005.
Antara tahun 2005 dan 2011, Adnan lagi-lagi ditangkap sebanyak tiga kali. Meski sudah ditangkap berkali-kali, tetapi Adnan tidak pernah dijatuhi dakwaan oleh pengadilan Israel sebelum penangkapannya yang terakhir.
ADVERTISEMENT

Mulai Aksi Mogok Makan

Di usianya yang ke-33 tahun, Adnan ditangkap di rumahnya di Kota Arrabeh. Saat ditangkap, sang istri — Randa, sedang hamil dan pasangan itu sudah memiliki dua anak perempuan yang masih kecil.
Pada 17 Desember 2011, Adnan diinterogasi selama 18 hari. Saat ditahan, dia mengaku telah mengalami penyiksaan dan dipermalukan oleh pasukan keamanan dalam negeri Israel.
Kala itu, Adnan ditahan dalam kerangka ‘penahanan administratif’ — sebuah klausa yang diciptakan oleh Israel untuk memenjarakan seseorang tanpa memerlukan dakwaan dan tanpa harus memberikan bukti apa pun yang menjustifikasi penahanan mereka kepada pengacara.
Khader Adnan terbaring di tempat tidur saat dirawat di rumah sakit Makassed di Yerusalem Timur pada 15 Juli 2015. Foto: Ahmad Gharabli/AFP
Penahanan administratif masih diberlakukan sampai sekarang oleh pasukan Israel. Ratusan warga Palestina dari berbagai usia telah menjadi sasarannya, sebagian besar ditangkap ketika pasukan penjajah meluncurkan penggerebekan di wilayah Palestina yang diduduki.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, selama penahanannya di tahun 2011 inilah Adnan diketahui mulai melakukan aksi mogok makan.
Dia melakukan tindakan itu selama 66 hari, yang merupakan aksi mogok makan terlama yang pernah dilakukan oleh seorang tahanan Palestina di Israel pada saat itu.
Aksi mogok makannya menarik perhatian dunia dan memicu protes solidaritas dari warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Adnan kemudian menghentikan aksi mogok makannya pada Februari 2012, setelah dirinya dan pihak Israel mencapai sebuah kesepakatan.

Sudah Belasan Kali Ditangkap

Secara keseluruhan, Adnan telah bolak-balik ditangkap oleh otoritas Israel sebanyak 12 kali. Dia terkadang ditahan di bawah kerangka ‘penahanan administratif’ dan terkadang dengan tuduhan atas keterlibatannya dalam kegiatan yang mengancam keamanan regional.
ADVERTISEMENT
Padahal, menurut keterangan yang diperoleh keluarga Adnan pada 2012, kerabatnya itu tidak pernah dalam operasi militer PIJ melawan Israel.
Pada 2014, Adnan ditangkap dan dijatuhi hukuman enam bulan penjara yang kemudian diperpanjang secara sepihak — sebuah kebijakan yang bisa diambil oleh otoritas Israel.
Istri Khader Adnan (tengah), seorang militan Jihad Islam Palestina yang telah melakukan mogok makan selama hampir tiga bulan, setelah kematiannya diumumkan, pada Selasa (2/5/2023). Foto: Jaafar Ashitiyeh/AFP
Sehingga, Adnan kembali melakukan aksi mogok makan selama 56 hari untuk memprotes penahanannya itu dan berujung pada pembebasannya pada 12 Juli 2015. Dia sempat ditangkap beberapa kali sebelum penangkapan terakhirnya pada 5 Februari 2023.
Menurut laporan Lembaga Pemasyarakatan Israel, kali ini Adnan didakwa di pengadilan militer atas tuduhan yang meliputi afiliasi dengan kelompok terlarang dan hasutan untuk melakukan kekerasan.
Namun, ternyata bagi Adnan penangkapan kali ini adalah yang terakhir kalinya. Dia lagi-lagi melakukan aksi mogok makan sebagai bentuk protes dan berakhir tidak mendapatkan nutrisi apa pun selama 87 hari — rekor mogok makan terlama yang pernah dia lakukan.
ADVERTISEMENT
Otoritas Penjara Israel melaporkan, Adnan ditemukan tidak bernyawa di balik jeruji, pada Selasa (3/5).
“Adnan telah menolak untuk menjalani tes medis dan menerima perawatan medis dan ditemukan tidak sadarkan diri di dalam selnya,” bunyi laporan itu.