Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kisah Mahasiswa RI Juarai Simulasi Sidang Pengadilan Pidana Internasional
8 Agustus 2022 23:05 WIB
ยท
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Torehan prestasi internasional berhasil diraih pemuda Indonesia. Kali ini Dylan Jesse Andrian. Dia adalah mahasiswa double degree Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Maastricht University yang berhasil meraih juara di kompetisi Simulasi Sidang Pengadilan Pidana Internasional 2022 di Belanda atau Nuremberg Moot Court Competition 2022 bersama tiga rekannya.
ADVERTISEMENT
"Tim dari fakultas Maastricht University, tetapi setengah dari tim berasal dari UGM," kata Dylan kepada kumparan, Senin (8/8/2022).
Selain Dylan, anggota tim lainnya adalah Fikri Fahmi Faruqi, Ekaterina Fakirova, dan Nicole Binder mereka dilatih oleh Dr. Craig Eggett.
"Saya dan Fikri berasal dari Indonesia dan merupakan mahasiswa double degree yang terdaftar di UGM dan Universitas Maastricht. Ekaterina dan Nicole masing-masing adalah mahasiswa hukum dari Universitas Maastricht dari Bulgaria dan Malta," bebernya.
Dylan berkisah, perjalanan Nuremberg ini dimulai September tahun lalu. Mereka memulai lebih awal dibanding tim lain. Kemampuan Dylan dan kawan-kawan ditempa oleh Dr. Craig Eggett.
"Setelah kompetisi benar-benar dimulai dengan penghapusan masalah resmi Nuremberg pada bulan Januari, kami bekerja menulis memorandum tertulis dari saat itu hingga akhir Maret," ceritanya.
ADVERTISEMENT
"Memorandum tertulis terdiri dari argumen tertulis kami untuk Kantor Kejaksaan dan Pembela berdasarkan masalah resmi yang dapat diperdebatkan," katanya.
Pada bulan Mei, penyelenggara merilis daftar memorandum tertulis terbaik. Di mana, dari 50 teratas diundang untuk bersaing di babak lisan. Dylan dan kawan-kawan saat itu berada di peringkat kedua.
"Putaran lisan sebenarnya berlangsung dari 1-15 Juli dan melibatkan presentasi lisan dari argumen kami melawan tim lain di depan hakim yang ahli dalam hukum pidana internasional," katanya.
Dylan bercerita tentang putaran lisan ini. Di babak ini, para hakim ini bebas memeriksa tanpa henti para penasihat hukum untuk menguji kekuatan argumen.
"Tim juga diharapkan menggunakan hukum dan fakta untuk membantah dan menanggapi argumen satu sama lain. Dalam kompetisi yang sebenarnya cukup berat, kami tidak se-stres daripada tim lain," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Wajar tim Dylan tak terlalu stres. Mereka menghabiskan ratusan jam dalam persiapannya. Hal ini tak lain untuk mengantisipasi sebagian besar argumen kontra dan pertanyaan yang mungkin diajukan.
"Pada akhirnya, kami banyak menikmati pembelajaran banyak tentang keadaan hukum pidana internasional saat ini dan tantangan yang dihadapi oleh negara-negara dan badan-badan internasional dalam implementasi dan penegakannya," ujarnya.
Setumpuk post-it note yang setara dengan jumlah putaran yang diikuti telah disiapkan Dylan sejak awal. Dia mencontohkan, di Nuremberg moot ini ada dua babak penyisihan yaitu babak 16 besar, babak perempat final, semifinal, dan final, yang menambahkan hingga total enam babak.
"Saya menyiapkan enam catatan tempel bernomor dari enam menjadi satu, dan untuk setiap putaran yang kami menangkan, saya menghapus satu catatan sampai saya menghapus semuanya. Beberapa orang mengatakan kepada saya bahwa terlalu dini untuk berharap menang. Saya pikir itu adalah kewajiban yang saya miliki kepada rekan tim saya untuk melakukan yang terbaik yang saya bisa," katanya.
ADVERTISEMENT
Meraih juara di kompetisi ini, artinya mengalahkan 120 tim dari negara lain. Namun, Dylan memiliki trik agar tetap fokus yaitu tidak berpikir untuk mengalahkan satu tim. Menurutnya dalam kompetisi seperti ini yang berbicara adalah mentalitas.
"Karena tim kami memiliki pembicara Jaksa dan Pembela, kami memperlakukan satu sama lain sebagai kompetisi terberat kami dan terus-menerus mencari cara untuk saling membantu meningkatkan," kisahnya.
"Pada akhirnya, kendala terbesar adalah mentalitas. Banyak tim mengalahkan diri mereka sendiri dengan berpikir bahwa peluangnya terlalu tipis untuk berhasil dalam kompetisi internasional. Mentalitas yang harus dimiliki seorang delegasi ketika berkompetisi dalam kompetisi internasional adalah dengan mengambil langkah demi langkah," ujarnya.
Sebuah kebanggaan pun dirasakan Dylan ketika mampu mengalahkan Monash University di babak semifinal. Monash University ini mengalahkan Singapore Management University di perempat final. Menurutnya tim dari Singapura dan Australia biasanya sangat terlatih.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa Hukum Indonesia Miliki Banyak Potensi
Dylan mengatakan bahwa mahasiswa hukum di Indonesia memiliki banyak potensi di kancah internasional. Banyak mahasiswa hukum yang mampu tampil baik di kompetisi internasional selama ini.
"Ini sangat mengesankan, mengingat sebagian besar delegasi mooting Indonesia dipimpin oleh siswa dan tidak menerima tingkat dukungan yang sama seperti yang diberikan negara lain kepada tim mooting mereka," katanya.
Meski sedikit kompetisi moot court internasional yang diadakan di Indonesia, tetapi ada putaran nasional kualifikasi untuk kompetisi moot court internasional yang diadakan di Indonesia. Putaran nasional kualifikasi adalah putaran nasional yang diadakan di negara-negara di seluruh dunia yang menentukan universitas terbaik dari setiap negara dengan tujuan pengiriman universitas-universitas tersebut untuk bersaing di babak internasional.
ADVERTISEMENT
"Misalnya, kompetisi moot court internasional yang paling terkenal dan bergengsi, yaitu kompetisi moot court Philip C. Jessup International Law, memiliki babak kualifikasi nasional di Indonesia. The Jessup Moot melibatkan proses di hadapan Mahkamah Internasional. Dalam kompetisi itu, siswa bertindak sebagai penasihat untuk negara-negara fiksi yang terlibat dalam perselisihan yang menyangkut bidang hukum internasional yang belum dijelajahi. Ada juga Moot Hukum Humaniter Internasional Palang Merah, yang mencakup hukum konflik bersenjata," katanya.
Associate Professor Administrative Law Department, Person in Charge for IUP Law Faculty UGM Richo Andi Wibowo menjelaskan bahwa capaian di kancah kompetisi internasional sebagai bukti bahwa kualitas mahasiswa Indonesia memiliki daya saing kompetitif.
"UGM amat berbangga hati atas pencapaian pencapaian positif dari Dylan. Keberhasilan ini mengkonfirmasi strategi internasionalisasi yang telah, sedang dan terus dicanangkan oleh UGM," kata dikutip dari Antara.
ADVERTISEMENT