Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Usia Sri Salami memang tak lagi muda, 78 tahun, tetapi semangatnya bisa diadu. Warga asli Solo ini menolak mengemis dan lebih memilih berpeluh dengan berjualan baju bekas di pinggir Jalan Veteran, Kelurahan Gajahan, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah. Perempuan yang biasa dipanggil Mbah Salami ini memang dikenal sebagai sosok pekerja keras sejak muda.
ADVERTISEMENT
kumparan berkunjung ke rumah Mbah Salami, namun saat ditemui Mbah Salami tak bisa diajak berbincang karena usia dan pendengarannya yang kurang. Namun adik Mbah Salami, Sotajab (67) bersedia menceritakan kisah perjuangan kakaknya.
"Saya akui dia (Salami) orangnya pekerja keras. Berjualan baju bekas mewarisi keahlian orang tua (ibu)," katanya saat ditemui di Jalan Gang Rajawali, Desa Cemani, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah (31/1).
Lebih lanjut dia bercerita kalau Mbah Salami merupakan anak sulung dari empat bersaudara. Karenanya, dia kerap membantu adik-adiknya sejak muda.
Atas jasanya inilah Sotajab mengaku seluruh keluarga tak enggan membantunya. "Kasihan (Salami) punya anak dan suami sudah meninggal dunia. Sekarang tinggal sebatang kara. Kami berikan tempat tinggal di rumah saya," katanya.
ADVERTISEMENT
Dia menambahkan, Mbah Salami selama ini tetap bekerja sebagai penjual baju bekas di usia tua karena bosan diam di rumah. Sotajab pun mengaku tak dapat berbuat banyak ketika Mbah Salami mengatakan alasan ini.
Meski begitu, dia tetap khawatir terhadap Mbah Salami. Bahkan pernah di satu hari semua anggota keluarga panik lantaran Mbah Salami belum sampai rumah. Padahal waktu menunjukkan pukul 18.30 WIB. Apalagi, Mbah Salami tidak mau diantar ataupun dijemput ketika berjualan.
"Biasanya dia (Salami) berjualan baju bekas pukul 13.00 WIB sampai pukul 18.30 WIB. Ya waktu itu saya panik, jam 18.30 WIB belum pulang takut terjadi sesuatu. Ternyata dapat undangan acara ulang tahun bank BUMN tak jauh dari lokasi jualan. Tahu-tahu sampai rumah pulang dengan naik becak. Kejadian itu terjadi pada 2017," kata dia.
ADVERTISEMENT
Ditambah lagi Mbah Salami tidak memiliki asuransi jaminan kesehatan apa pun. Dia juga tidak mendapat Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang harusnya dibagikan pada warga miskin sepertinya.
Selain itu, rumah yang ditempati Salami juga hanya berukuran 5 x 9 meter. Rumah ini ditempati tiga keluarga (KK) dengan jumlah penghuni 11 orang.
"BPJS Kesehatan tidak punya. Kalau sakit cukup saya belikan obat di apotek. Sebagai warga miskin juga tidak mendapatkan KIS (Kartu Indonesia Sehat)," tutupnya.