Kisah Meylinda, Satu-satunya Perempuan yang Ikut Misi Airdrop di Langit Gaza
12 September 2025 18:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
Kisah Meylinda, Satu-satunya Perempuan yang Ikut Misi Airdrop di Langit Gaza
Menurut Mey, awalnya misi pengiriman airdrop hanya boleh untuk relawan laki-laki. kumparanNEWS

ADVERTISEMENT
Meylinda Ayu Syahrani adalah orang Indonesia yang pernah ke Gaza, Palestina. Mahasiswi berusia 21 tahun itu menjadi satu-satunya perempuan dalam aksi pengiriman bantuan kemanusiaan melalui mekanisme airdrop atau penerjunan dari pesawat terbang.
ADVERTISEMENT
Pada 25 Agustus 2025, Mey, sapaannya, ikut bersama sejumlah relawan maupun personel TNI AU. Mey terbang ke Gaza dengan pesawat Hercules dari Pangkalan Udara King Abdullah II, Zarqa, Yordania. Total ada 12 orang termasuk Mey di pesawat tersebut.
Menurut Mey, awalnya misi pengiriman airdrop hanya boleh untuk relawan laki-laki. Sebab, kata dia, pekerjaan di pesawat disebut-sebut bakal berat karena mesti angkat-angkat paket bantuan ke pesawat.
Lalu di hari kedua atau ketiga, kata Mey, ada info lagi bahwa perempuan boleh mengikuti kegiatan tersebut. Mey pun mendaftar dan lolos sebagai relawan yang bertugas mendokumentasikan penurunan bantuan melalui mekanisme airdrop.
"Waktu di dalam pesawat perasaan saya campur aduk, senang, sedih, excited. Kan kelihatan ya bangunan-bangunan Gazanya hancur," tutur Mey.
Mey bercerita bahwa dia di dalam pesawat sekitar dua jam. Satu jam perjalanan pergi Yordania-Gaza, lalu satu jam lagi perjalanan pulang Gaza-Yordania. Menurutnya warga Gaza sudah menunggu kedatangan pesawat tersebut di lapangan.
ADVERTISEMENT
"Dari atas kelihatan hitam. Kayak bukan bangunan lagi, tidak bisa dideskripsikan lagi. Parah," ungkapnya.
Pengiriman airdrop bantuan dilakukan selama 17 hari, tanggal 15-31 Agustus 2025. Bantuan dikirim melalui tiga pesawat Super Hercules TNI AU dari Tim Satuan Tugas (Satgas) Garuda Merah Putih II.
Adapun total bantuan yang dikirim oleh pesawat militer Indonesia mencapai 91,4 ton. Bantuan itu isinya berupa makanan, air mineral, hingga obat-obatan. Pengiriman bantuan dilakukan di bawah koordinasi Pemerintah Indonesia bekerja sama erat dengan Royal Jordanian Air Force (RJAF) dan berbagai mitra internasional.
Mey sendiri saat ini merupakan seorang mahasiswi di University of Jordan. Perempuan asal Sidoarjo, Jatim, itu tengah menempuh pendidikan S1 di jurusan ushul fiqh. Cita-citanya adalah membahagiakan kedua orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Penerjunan bantuan dilakukan sebagai respons terhadap krisis kemanusiaan di Gaza, termasuk ancaman kelaparan yang meluas akibat blokade pangan oleh Israel. Di bawah tekanan internasional, Israel akhirnya mengizinkan masuknya bantuan, meski hanya dalam jumlah terbatas, sehingga sebagian negara menyalurkan bantuan melalui airdrop.
Mey kini merupakan salah satu relawan kemanusiaan yang berada di Yordania. Perempuan berusia 21 tahun itu merupakan relawan Tim Peduli, sebuah komunitas relawan kemanusiaan yang berfokus pada pengungsi Palestina dan Suriah.
Saat rombongan Dompet Dhuafa mengirim bantuan untuk warga Palestina di Yordania pada 9-12 September 2025, Tim Peduli terlibat banyak hal. Mulai dari pengemasan barang bantuan, mendistribusikan ke masyarakat, hingga membantu menyambung komunikasi bahasa Arab bagi kami yang ingin berinteraksi dengan warga Palestina.
ADVERTISEMENT
