Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kisah Muzaffer Kayasan, Pria Turki yang Positif Corona 14 Bulan Lamanya
15 Februari 2022 8:03 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ketika terinfeksi COVID-19 untuk pertama kalinya, Kayasan berpikir waktunya untuk hidup tak akan lama lagi—semua akibat komorbid yang ia derita.
Namun, 14 bulan dan 78 tes positif COVID-19 berselang, Kayasan masih hidup dan tak patah arang.
Kayasan merupakan seorang pria berusia 56 tahun asal Turki. Menurut tim dokter, Kayasan mencatat rekor infeksi COVID-19 berkelanjutan terlama di Turki. Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh sistem imun yang lemah akibat kanker.
Meskipun Kayasan kerap bolak-balik ke rumah sakit sejak November 2020, api semangatnya tak pernah padam.
“Sepertinya ini adalah versi perempuannya dari COVID — dia terobsesi sekali pada saya,” canda Kayasan, sebagaimana dikutip dari Reuters. Tes PCR-nya menunjukkan hasil, lagi-lagi, positif.
Kayasan menghabiskan sembilan bulan di rumah sakit dan lima bulan di apartemennya. Sebagian besar waktu ia lewati sendirian, terpisah dari dunia luar, menahan virus tersebut agar tidak menulari orang tercinta.
ADVERTISEMENT
Keluarganya tentu datang menjenguk, walaupun tembok dan pintu kaca berdiri kokoh di antara mereka.
Cucu perempuannya, Azra, hanya bisa bermain di taman belakang rumah. Sementara Kayasan hanya bisa memandang cucu tersayangnya dari balik pintu.
“Kakek akan bermain bersamamu saat sudah sembuh nanti,” kata Kayasan—lengkap dengan masker melindungi hidung dan mulut—kepada Azra, di depan pintu kaca.
Kayasan—yang kehilangan indra penciuman dan perasanya—sudah positif beratus-ratus hari lamanya. Akibat hasil tes positif yang seakan tak berkesudahan, Kayasan tidak bisa divaksinasi.
Menurut pedoman vaksinasi COVID-19 Turki, pasien positif harus menunggu hingga sembuh total untuk bisa menerima suntikan vaksin.
Menurut sebuah penelitian yang dirilis tahun lalu dalam New England Journal of Medicine, pasien COVID-19 dengan immunosuppression (imunosupresi) berisiko mengalami infeksi berkepanjangan dengan sindrom pernapasan akut.
Sedangkan dalam studi oleh Leukemia & Lymphoma Society menunjukkan, setiap satu dari empat pasien kanker darah tidak memproduksi antibodi yang terdeteksi, bahkan setelah divaksinasi dua dosis.
ADVERTISEMENT
Profesor Penyakit Menular dan Mikrobiologi Klinis di Istanbul University, Serap Simsek Yavuz, mengungkapkan kasus Kayasan merupakan kasus infeksi COVID-19 terlama yang pernah dicatat di Turki.
Dokter dari Kayasan ini terus memonitor kondisi pasiennya, untuk memantau adanya risiko varian bermutasi.
“Kasus pasien terkonfirmasi positif selama 441 hari bukanlah sesuatu yang sebelumnya pernah dilaporkan,” ujar dokter penyakit menular dan mikrobiologi klinis di Acibadem Hospital, Cagri Buke.
Anak Kayasan, Gokhan Kayasan, mengatakan sang Ayah merupakan orang yang sangat “positif.” Tentu Gokhan berharap, positif yang ia dan semua orang maksud bukanlah positif corona.
“Kita terus menerus mengatakan betapa positifnya Ayah, dan sekarang, ia malah positif [COVID-19] dan tidak bisa balik jadi negatif,” ujar Gokhan.
ADVERTISEMENT
“Kata Ayah, ia terjebak di lampu merah dan tidak bisa melewatinya.”