Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.3
Kisah Ogoh-ogoh "Angkara": Simbol Manusia Glamor dan Tak Bijaksana
18 Maret 2025 18:07 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Ogoh-ogoh raksasa di Balai Desa Adat Dukuh Mertajati, Jalan Sidakarya, Kota Denpasar, Bali, menarik perhatian para pengendara Senin (18/3) malam. Musababnya, patung raksasa kepala tiga ini terlihat begitu mewah.
ADVERTISEMENT
Ogoh-ogoh biasanya dibuat seram dan menakutkan untuk menggambarkan sifat buruk manusia. Ogoh-ogoh itu nanti diarak dan dibakar dalam Pengerupukan, sebuah rangkaian perayaan Hari Nyepi, sebagai simbol manusia wajib melepaskan sifat buruk itu.
Ogoh-ogoh bernama Angkara ini memang seram dan menakutkan. Anak muda ST Tunas Muda sengaja memberikan kesan mewah untuk menampilkan kebuaian manusia terhadap hidup yang penuh glamor, tapi tak bijaksana.
"Manusia saat ini jarang memfilter hal dalam mengambil suatu sikap sehingga tampak baik-baik saja, hidup glamor, padahal tidak (baik), sehingga menimbulkan kebrutalan sosial," kata Ketua ST Tunas Muda Wayan Pageh Wedhanta kepada wartawan, Selasa (18/3).
Tubuh patung raksasa ini terbuat dari iratan bambu dan kayu yang dikumpulkan dari sampah-sampah di pantai.
ADVERTISEMENT
Tubuh setinggi dua sampai tiga meter itu dibalut serpihan botol kaca warna merah, kuning dan hijau dengan sistem tempel.
Tubuh raksasa berkilau karena paduan antara serpihan botol kaca dan pencahayaan.
Pada bagian tengah masing-masing tubuh dibuat lubang berisi mata, hati dan telinga berwarna putih keunguan, ditambah ornamen mahkota emas, yang terbuat dari kertas.
Pada bagian dasar patung dibuat bentuk akar dan kandang burung mewakili alam. Akar-akar ini juga diperoleh dari sampah pantai.
Sekitar 50-an muda-mudi membuat sosok Angkara selama kurang lebih tiga bulan. Desa adat Banjar Dukuh Mertajati menggelontorkan dana sekitar Rp 35 juta, yang diperoleh dari sponsor, penggalangan dana dan Pemkot Kota Denpasar.
Wedhanta mengatakan, asal nama Angkara ini dikutip dalam kitab Hindu Srimad Bhagavatan. Angkara berarti jahat dan kejam. Angkara hidup dalam zaman Kali Yuga.
ADVERTISEMENT
Wedhanta berharap melalui ogoh-ogoh ini, manusia kembali diingatkan untuk berpikir matang dalam mengambil suatu keputusan. Menggunakan mata, hati dan telinga demi kebaikan.
"Manusia seharusnya hidup beradab, akhlak, mengedepankan fungsi indra secara positif sebagai filter dalam mengambil tindakan hingga tumbuh kesadaran diri, empati, kerendahan hati, kesabaran, dan rasa syukur. Kita manusia harus bisa mengendalikan sifat angkara kita," kata Wedhanta.
Bursa Efek Indonesia (BEI) membekukan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS). Hal ini dipicu oleh penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 5,02% ke 6.146.