Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kisah 'Panas-Dingin' Klub Para Mantan Presiden AS
10 Maret 2017 15:54 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Kalau para mantan presiden punya klub sendiri, akan seperti apa kegiatan mereka?
ADVERTISEMENT
Pertanyaan itu mungkin tercuat di bendak Anda setelah mantan presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, mengungkapkan keinginannya agar para mantan presiden bisa 'hang out' bareng dalam sebuah perkumpulan.
Mungkin SBY terinspirasi dari klub para mantan presiden di Amerika Serikat. Klub ini sudah ada puluhan tahun sejak Herbert Hoover pada 1953 mengungkapkan keinginannya untuk membuat klub tersebut kepada Harry Truman.
Dalam inaugurasi presiden Dwight Eisenhower, Hoover menyarankan agar mereka membuat klub para mantan presiden, yang langsung disambut oleh Truman.
"Ok. Kau jadi presiden klub, aku jadi sekretarisnya," begitu kira-kira jawaban Truman.
Setelah ide tersebut terwujud, klub presiden bukan hanya sekadar sebuah institusi. Para mantan presiden duduk bersama dan saling berkonsultasi. Meski tentu apa yang mereka lakukan punya keterbatasan.
Dalam klub ini, persaudaraan antara para mantan presiden terjalin dengan kuat. Saat bertemu, tak jarang mereka curhat, berkonsultasi, bahkan memberikan saran untuk hal paling sederhana.
ADVERTISEMENT
Cerita dari Bill Clinton misalnya. Kala dirinya menjabat sebagai presiden, ia beruntung karena periode klub mantan presiden saat itu diisi oleh Richard Nixon, Gerald Ford, Jimmy Carter, Ronald Reagan dan George H. W. Bush. Klub mantan presiden terbesar sejak inaugurasi Lincoln pada 1861.
Kelima mantan presiden itu dikabarkan banyak membantu Clinton dalam banyak hal. Termasuk saat Reagan memberi pelajaran sederhana kepada Clinton agar ia bisa memberi sikap hormat yang baik dan benar.
Sesi kursus singkat tersebut berlangsung selama 70 menit. Diakhir sesi, Reagan memberikan hadiah pada Clinton berupa satu toples permen jelly beans yang 8 tahun kemudian masih tersimpan di meja Clinton.
Klub mantan presiden ini juga jadi wadah untuk Ford dan Carter untuk bisa berkomunikasi. Keduanya jadi sahabat dekat setelah turun takhta dan bergabung di klub tersebut. Persahabatan keduanya menjadi solid setelah Reagan memerintahkan keduanya untuk terbang ke Kairo, Mesir, menghadiri pemakaman Anwar Sadat.
ADVERTISEMENT
Meski begitu New York Times pernah menuliskan klub para mantan presiden ini sebagai klub elite yang anggotanya sangat jarang bertemu. Terlebih, banyak presiden yang enggan bertemu dengan para mantan presiden.
"Mereka lebih terlihat seperti keluarga disfungsional," tulis New York Times.
Alasannya beragam. Mulai dari rasa tidak suka, hingga keengganan presiden yang aktif untuk mendapat saran dari para seniornya. Presiden aktif dan mantan presiden lebih sering bertemu di pemakaman ketimbang bertukar pikiran.
Klub mantan presiden bisa saja berguna sebagai pengamat bahkan membantu pemerintahan presiden aktif jika para anggotanya menjalankan fungsinya dengan baik.
Bagaimana kira-kira di Indonesia kalau ini terjadi? Mungkinkah Pak SBY bisa berkumpul dengan Megawati Soekarnoputri dan Jokowi? Anda yang menilai sendiri.
ADVERTISEMENT