Kisah Pelajar Asal Aceh: Antara Virus Corona, Natuna, dan Rindu Kampung Halaman

17 Februari 2020 16:45 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemulangan pelajar asal Aceh setelah observasi akibat virus corona. Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pemulangan pelajar asal Aceh setelah observasi akibat virus corona. Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
ADVERTISEMENT
Di atas kursi beranda Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), Jumala (23) tak henti menatap layar monitor jadwal penerbangan. Dia duduk sendiri sambil memainkan gawai di tangan. Jumala memang sengaja datang lebih cepat, dia tidak sabar untuk berjumpa dengan sang kakak yang baru saja selesai menjalani karantina terkait virus corona di Natuna.
ADVERTISEMENT
Kakaknya, Hayatul Hikmah terbang menggunakan maskapai Citilink. Sesuai jadwal penerbangan, pesawatnya mendarat pukul 08.55 WIB.
Setelah lama menunggu, akhirnya pesawat yang dinanti Jumala pun tiba. Satu per satu penumpang terlihat keluar dari pintu kedatangan. Dari tempat duduknya, Jumala memperhatikan setiap orang yang keluar dari pintu itu, namun dia tidak mendapati sosok kakaknya tersayang.
Jumala kemudian berdiri dan berjalan menuju arah pintu kedatangan. Dia berusaha mengintip ke dalam, memastikan sang kakak sudah tiba. Jumala datang sendiri menjemput kakaknya, sementara Ibunda menunggu kedatangan Hayatul di rumahnya di Aceh Utara.
Pertemuan WNI dengan keluarga setelah observasi akibat virus corona. Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
Usai merebaknya virus corona di Wuhan, China, rasa rindu dan khawatir tak mampu dibendung olehnya. Mengingat, Hayatul termasuk satu dari 13 mahasiswa Aceh yang terisolasi di Wuhan kala itu.
ADVERTISEMENT
“Pesawat kakak sudah tiba. Tapi kakak belum keluar,” ucap Jumala, seraya mondar-mandir di depan pintu kedatangan.
Setelah lama menunggu, sekitar pukul 09.01 WIB rombongan Hayatul keluar dari pintu kedatangan. Jumala semringah, air matanya tumpah, dia langsung berlari dan memeluk sang kakak.
“Mamak sudah menunggu di rumah. Alhamdulillah kakak sehat,” ujarnya.
Sebanyak 11 dari 13 mahasiswa asal Aceh memilih kembali ke kampung halaman masing-masing. Namun, mereka tidak pulang secara bersamaan. Delapan di antaranya lebih dulu tiba Senin (17/2), sedangkan tiga orang lainnya akan mendarat pada Selasa (18/2).
Delapan mahasiswa ini dibagi dalam dua jadwal penerbangan. Hayatul bersama tiga rekannya, Ory Safwar, Siti Mawaddah, dan Maisal Jannah menjadi rombongan pertama tiba. Sementara rombongan kedua yaitu, Intan Maghfirah, Alfi Rian Tamara, Ita Kurniawati, dan Jihadullah. Mereka mendarat pukul 10.35 WIB dengan maskapai Lion Air.
ADVERTISEMENT
Tiba di bandara, ke delapan mahasiswa itu tak hanya disambut oleh keluarga masing-masing. Tetapi juga teman-teman mereka dari Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Tiongkok (PPIT) Aceh.
Ayah Intan Maghfirah, Said, mengaku sangat bersyukur dan gembira atas kembali sang buah hati dalam kondisi sehat walafiat. Said menyambut kedatangan Intan bersama dengan istri, anak, dan juga para sahabat Intan.
“Alhamdulillah bersyukur sekali atas kesehatan ananda (Intan). Bahagia sekali bisa berkumpul kembali,” ungkapnya.
Pertemuan WNI dengan keluarga setelah observasi akibat virus corona. Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
Said mengaku, selama Intan menjalani isolasi di kota Wuhan dirinya kerap berkomunikasi dengan sang anak. Memastikan kondisinya dalam keadaan sehat.
“Dari Wuhan ananda sehat, apalagi setelah mendapat perawatan dari pemerintah yang sudah memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pelajar kita. Saya bersyukur dan terimakasih atas kembali anak-anak kita,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Kantongi Sertifikat Kesehatan
Hayatul mengatakan kalau dirinya dalam kondisi sehat dan aman.
Dia bersama dengan teman-temannya mahasiswa asal Aceh, telah mengantongi sertifikat tanda kesehatan dan negatif corona setelah menjalani observasi di Natuna.
“Sudah dinyatakan oleh Kemenkes kami sehat. Terus kami juga ada dikasih semacam sertifikat kesehatan, bahwa kami bebas dari virus. Sehingga masyarakat tidak perlu takut,” katanya pada kumparan.
Hayatul merupakan mahasiswi yang tengah mengambil Master of Education di kota Wuhan. Saat ini dia baru menjalani masa perkuliahan satu semester. Dia akan kembali lagi ke sana setelah kondisi kondusif.
“Untuk sementara kita kuliah online, dan mulai hari ini sebenarnya sudah berjalan. Kalau kembali ke sana, menunggu instruksi lebih dulu kalau kondisi sudah kondusif saya akan kembali,” ceritanya.
Salah satu WNI menunjukkan surat kesehatansetelah observasi akibat virus corona. Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
Sementara itu, Jihadullah mahasiswa Wuhan University asal Banda Aceh, juga memastikan kondisi mereka dalam keadaan baik. Dirinya sangat bersyukur bisa kembali setelah menempuh perjalanan panjang dari Wuhan, Natuna, Jakarta, hingga menginjakkan kaki di Aceh.
ADVERTISEMENT
“Pastinya masyarakat tidak perlu khawatir, khususnya kami mahasiswa yang ada di Aceh. Kami baik-baik saja, jangan terlalu memikirkan informasi yang tidak penting. Kami sudah menjalani karantina dan kami dinyatakan sehat,” katanya.
Natuna Luar Biasa
Pelajar lainnya, Alfi Rian Tamara bercerita tentang Natuna yang telah memberikan banyak banyak pengalaman dan kenangan, selama ia menjalani observasi bersama dengan mahasiswa Indonesia lainnya. Menurut Rian, banyak hal yang tidak bisa dilupakan dari Natuna.
“Di Natuna luar biasa tidak bisa dilupakan, mulai dari aktivitas kebersamaan kita. Terus kebersamaan dengan abang-abang TNI yang menjadi teman partner dan tim kesehatan lainya,” ungkapnya.
Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan beraktivitas di di tempat observasi, di hanggar Lanud Raden Sajad, Natuna. Foto: Twitter/@kemenkesri
Selama menjalani masa observasi, kata Rian, semua fasilitas tercukupi apa pun yang mereka butuhkan. Menjalani pengecekan kesehatan rutin dan dipastikan kondisi mereka dalam keadaan sehat sehingga bisa kembali pulang. Saat tiba di bandara, Rian juga langsung membuka tasnya. Dia memperlihatkan sertifikat kesehatan yang telah dibagikan.
ADVERTISEMENT
“Kalau soal keluarga rindu sekali. Tapi mereka sudah mengerti kondisi saya, memang cemas tapi sedikit. Karena kita komunikasi setiap saat. Saya cuma minta doa saja, dan nanti pulang tunggu di rumah. Saya pulang ke Aceh Utara, istirahat dulu di Banda Aceh, besok baru pulang ke sana,” ucap dia.