Kisah Pemuda di DIY Bagikan Nasi Gratis ke Mahasiswa dan Pekerja yang Kelaparan

22 Februari 2023 19:30 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sosok Evan (26) pemuda di Yogyakarta ini tiap hari membagikan nasi gratis ke mahasiswa dan pekerja yang kelaparan. Dari satu indekos ke indekos lain. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sosok Evan (26) pemuda di Yogyakarta ini tiap hari membagikan nasi gratis ke mahasiswa dan pekerja yang kelaparan. Dari satu indekos ke indekos lain. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Pengalaman hidup dan rasa bersalahnya kepada sang adik membuat Evan (26 tahun) tergerak untuk membantu sesama. Di tengah ingar-bingar Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan dan wisata, tak sedikit mahasiswa atau pekerja yang menahan lapar di kamar indekosnya.
ADVERTISEMENT
Evan, seorang pemuda sederhana dari Gunungkidul mencoba tawarkan bantuan. Nomor ponsel pribadi dia sebar bagi siapa pun yang butuh makan. Nasi gratis Evan antar tiap indekos pemesan.
"Awal mulanya itu ya dari aku ngalami, dari aku sendiri aja kalau kehabisan uang nggak bisa makan. Sakit gimana tuh rasanya kesal sama diri sendiri kok bisa aku sampai begini," kata Evan saat berbincang dengan awak media di salah satu warung di Jalan Godean, Kabupaten Sleman, Rabu (22/2).
"Iya. Evan pernah kelaparan. Di medio Desember 2022 dia kehabisan uang setelah mengganti LCD dan baterai ponselnya. Hanya bisa plonga-plongo" kata Evan.
Bekerja freelance, dalam sebulan Evan mendapat gaji Rp 1,4 juta dan terkadang dia mendapat lebih karena mendapat apresiasi dari tempatnya bekerja. Namun itu tak menyurutkannya untuk membantu.
ADVERTISEMENT
Apalagi, saat dia membaca berita kisah Nur Riska Fitri Aningsih mahasiswi UNY yang berjuang sampai akhir hayat untuk berkuliah.
"Mulai kemarin Januari (2023) berjalannya (bagi-bagi nasi gratis). Setelah tahun baru. Saya benar-benar bergerak itu setelah anak UNY gara-gara dia (kisah Riska) tak lakonane (tak jalani). Mungkin ada Riska-Riska lain yang butuh bantuan," kata Evan.
Apa yang dia lakukan ini dia namai Gerakan Nasi Darurat. Tak hanya melalui getok tular atau mulut ke mulut, agar nasi gratis bisa diakses banyak orang, dia membagikan informasi ini di Twitter melalui akun @stefanaezer.
Dia menyadari himpitan ekonomi kadang membuat orang benar-benar tak bisa makan. Pekerja bisa saja kehabisan tabungan. Mahasiswa apalagi, tak ada penghasilan. Mau minta orang tua sungkan, mau minjam teman rasa malu terkadang tak bisa ditahan.
ADVERTISEMENT
"Saya ngasih call center nasi darurat. Ingin makan nggak punya uang tinggal nge-WA nomor itu aja, nggak usah sing harus ngisi syarat segala macam," katanya.
Sosok Evan (26) pemuda di Yogyakarta ini tiap hari membagikan nasi gratis ke mahasiswa dan pekerja yang kelaparan. Dari satu indekos ke indekos lain. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan

Rasa Bersalah pada Sang Adik

Selain dua alasan di atas, tekad membantu dari Evan lahir karena rasa bersalahnya pada sang adik. Dia mengaku tak sempat membantu adiknya saat kuliah sambil kerja.
Maka dari itu, Evan sangat menghargai perjuangan para mahasiswa. Yang di tengah keterbatasan ekonomi masih terus berusaha menggapai pendidikan terbaik.
"Sama ini buat adik saya. Saya salut adik saya. Dia kerja terus sambil kuliah saya merasa bersalah membiarkan dia, sama dia juga bantu orang tua tapi ya mau gimana lagi aku sendiri waktu itu kekurangan," katanya.
ADVERTISEMENT
Gerakan ini dia lakukan sebagai salah satu bentuk permintaan maaf kepada sang adik. "Minta maaf lah sama adikku. Aku mau ngasih ke dia lagi udah nggak bisa, dia udah kerja gajinya juga dah banyak. Ini untuk mereka yang berjuang di Yogya," katanya.
Sosok Evan (26) pemuda di Yogyakarta ini tiap hari membagikan nasi gratis ke mahasiswa dan pekerja yang kelaparan. Dari satu indekos ke indekos lain. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan

Mulai Bergerak

Evan ingat dia pertama kali bergerak di Januari lalu. Dia mengaku memilih mengantar nasi gratis secara langsung agar tepat sasaran. Memang ada banyak gerakan nasi gratis di Yogyakarta yang nasinya ditaruh di etalase, lalu orang mengambil sendiri.
Namun, Evan menilai ada banyak orang yang tak bisa beranjak dari tempat tinggalnya karena berbagai alasan termasuk sakit. Itu terbukti saat gerakan ini dia jalankan, ada seorang ibu-ibu hamil yang sakit dan tak bisa beranjak dari rumah.
ADVERTISEMENT
"Ini itu bukan masalah di orang yang laparnya saja. Tapi ngaksesnya gitu. Aksesnya itu lho," katanya.
Orang pertama yang mendapat bantuan nasi gratis Evan adalah mahasiswi di daerah Babarsari, Sleman. Mahasiswi tersebut WA ke dirinya dan menanyakan soal nasi gratis karena kehabisan uang.
Saat itu dia mengantarkan nasi ke mahasiswi itu menggunakan sepeda. Saat ini Evan telah mendapatkan pinjaman motor dari saudara. Aksi sosialnya semakin terbantu. Evan mulai bergerak pukul 16.00 WIB selepas dia bekerja.
"Waktu itu masih pakai sepeda itu," katanya.
Sosok Evan (26) pemuda di Yogyakarta ini tiap hari membagikan nasi gratis ke mahasiswa dan pekerja yang kelaparan. Dari satu indekos ke indekos lain. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan

20-30 Nasi Bungkus Sehari

Seiring berjalannya waktu, nomor ponsel Evan mulai tersebar. Tak hanya dari Twitter, banyak yang tahu nomor Evan dari grup WhatsApp hingga media sosial lainnya.
ADVERTISEMENT
Rata-rata saat ini dia mengantar 20 hingga bungkus tiap harinya. Satu porsi makanan yang dia belikan senilai Rp 10 ribu.
"Rata-rata jumlah nasi sekitar 20 sampai 30 bungkus," katanya.
Evan bercerita, bahkan dirinya sempat seharian tidak tidur karena pesanan yang banyak. Waktu itu dia selesai mengantarkan nasi gratis pukul 00.30 WIB.
Baru selesai, ada lagi orang yang minta bantuan. Saat itu dia mengantar ke sebuah rumah sakit, orang itu sedang menunggu keluarganya yang sakit
Lalu pada pukul 04.00 WIB dia kembali ke indekos. Namun pukul 06.00 WIB ada pesan masuk meminta bantuan. "Nggak tidur itu seharian," katanya.
Sosok Evan (26) pemuda di Yogyakarta ini tiap hari membagikan nasi gratis ke mahasiswa dan pekerja yang kelaparan. Dari satu indekos ke indekos lain. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan

Tidak Dikontenkan

ADVERTISEMENT
Evan memegang teguh privasi orang yang dia bantu. Sama sekali tidak ada konten wajah penerima bantuan di Twitter Evan.
ADVERTISEMENT
"Orang itu, mau WA saya sudah berat hati mau nge-WA saya minta nasi itu menyingkirkan segala perasaan sungkan kok tahu-tahu difoto. Kan isin (malu). Untuk sebungkus nasi mengorbankan harga diri. Mau ngonten, saya bukan konten kreator," katanya.
Yang dia posting lebih pada reaksi chat dari penerima bantuan. Itu juga sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada orang yang menitipkan amanah kepada Evan.
Bahkan ketika awak media ingin memotret Evan, dia meminta untuk memakai masker terlebih dahulu. Aksi sosialnya ini tulus.

Mulai Terima Donasi

Awalnya Evan tak mau menerima donasi karena bagaimanapun itu adalah amanah yang besar. Saat itu Evan membantu dengan uang pribadinya.
Sempat dia mengarahkan temannya agar membantu berbentuk sembako. Evan berencana memasak sendiri dan dibagikan ke yang membutuhkan. Namun ternyata itu jauh dari kata praktis. Sementara orang lapar telah menunggu.
ADVERTISEMENT
"Teman saya bilang terima saja dibelikan nasi bungkus. Dari situ ternyata lebih praktis ya kalau beli sendiri daripada masak," katanya.
"Tiap hari saya posting ke Twitter tapi kalau foto orangnya penerimanya sama sekali nggak. Rute saya ke mana aja, sehari berapa bungkus (saya laporkan)," katanya.
Saat ini masih ada Rp 30 juta dari uang donasi. Jumlah sebanyak itu bisa untuk membantu mahasiswa dan pekerja yang membutuhkan selama 3 bulan ke depan. "Ibaratnya 3 bulan ke depan masih aman," katanya.
Sosok Evan (26) pemuda di Yogyakarta ini tiap hari membagikan nasi gratis ke mahasiswa dan pekerja yang kelaparan. Dari satu indekos ke indekos lain. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan

Banyak yang Tergerak

Saat ini ada beberapa orang yang membantu Evan mengantarkan nasi gratis. Ada 10 orang yang menyediakan dirinya untuk membantu, 3 di antaranya rutin membantu pengantaran.
Sudah ada ratusan orang yang terbantu dari nasi gratis ini. 70 persen adalah mahasiswa sisanya pekerja hingga bapak atau ibu rumah tangga. Tinggal indekos dan berasal dari perantauan.
ADVERTISEMENT
"Jarak itu mungkin sudah tidak terhitung sih sudah menyebar di banyak titik mungkin jarak 20 menitan lah rata-rata. Rute, rata-rata 10-20 menit rute satu dan lainnya," katanya.

Terus Hidup

Satu hal lagi mengapa Evan tergerak adalah mencari alasan untuk terus hidup.
"Apa sih alasan kita kok hidup ada di dunia, saya lama-lama mencari dan kemudian melakukan hal ini malah jadi nemu. Bahwa orang hidup untuk menjalankan peran masing-masing. Untuk manusia, hidup harus bermakna bisa bermakna pada orang lain," katanya.
Dia berharap dengan apa yang dia lakukan ini tidak ada lagi orang yang kelaparan. Syukur-syukur gerakan salin membantu ini bisa diduplikasi di wilayah atau kota lain.