Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Kisah Pemuda Kudus Rogoh Rp 20 Juta untuk Kuliah di Al-Azhar Kairo
20 Juni 2024 13:12 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Syarif Hidayatullah, seorang pemuda asal Tenggeles, Kudus, Jawa Tengah, merupakan salah satu dari sekian banyak mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.
ADVERTISEMENT
Pria berusia 26 tahun itu kini berada di tingkat empat atau setara dengan semester delapan di sistem pendidikan Indonesia. Namun, perjalanan akademisnya di Mesir terbilang tidak mudah, terutama dalam hal biaya pendidikan.
Pada tahun 2017, Syarif memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke Mesir melalui jalur mandiri yang difasilitasi oleh Kementerian Agama (Kemenag). Proses seleksinya cukup ketat dan panjang.
"Masuknya [ke Al-Azhar] mandiri melalui jalur Kemenag. Jalur Kemenag itu, kan, ada kuota beasiswa," kata Syarif kepada kumparan, Kamis (20/6).
"Kalau saya dulu dua kali seleksi, yang pertama kali seleksi itu di tahun 2016 saya seleksi di UIN Yogya saya enggak lolos, terus tahun berikutnya 2017 saya di UIN Jakarta lolos tahun 2017," cerita dia.
ADVERTISEMENT
Namun, Syarif kemudian memilih terbang ke Universitas Al-Azhar di Kairo.
Berbeda dengan sebagian kecil mahasiswa yang mendapat kuota beasiswa, Syarif harus membiayai pendidikannya sendiri.
Kuota beasiswa dari Kemenag sangat terbatas, hanya sekitar 20 orang setiap tahunnya dari ribuan pelamar. Syarif termasuk dalam kelompok yang harus menanggung biaya pendidikan secara mandiri, yang ternyata tidak sedikit.
Total biaya yang harus dikeluarkan Syarif untuk bisa berangkat dan tempat tinggal di Mesir kala itu mencapai sekitar 20 juta rupiah.
Biaya tersebut mencakup tiket pesawat, administrasi, dan terutama biaya asrama yang diwajibkan oleh Universitas Al-Azhar pada tahun pertama. Kebijakan wajib asrama ini baru diberlakukan pada tahun angkatan Syarif dan sempat menimbulkan kontroversi di kalangan mahasiswa.
ADVERTISEMENT
"Sekitar Rp 20 jutaan. Aslinya enggak segitu. Soalnya dulu itu waktu saya pertama kali berangkat, pertama kali juga kebijakan untuk wajib asrama di Mesir. Nah, kalau kasusnya asrama waktu itu kasusnya enggak tahu punya asrama, enggak tahu itu emang. Pokoknya dikasih asrama sama kampus, itu wajib kita tempati waktu itu, dan kita disuruh bayar," ujarnya.
Kebijakan wajib asrama ini membuat Syarif dan teman-temannya harus membayar biaya asrama sebesar USD 600 untuk satu tahun penuh di muka. Sebelumnya, mahasiswa bisa memilih untuk tinggal di luar asrama dengan biaya yang lebih fleksibel dan sesuai kemampuan.
Kebijakan wajib masuk asrama ini memaksa mereka mengeluarkan uang lebih banyak di awal, sehingga total biaya yang harus disiapkan menjadi lebih besar.
ADVERTISEMENT
Kontroversi kebijakan wajib asrama ini cukup signifikan. Banyak mahasiswa merasa bahwa biaya hidup di luar asrama sebenarnya lebih layak dan ekonomis dibandingkan biaya asrama yang harus dibayar di muka.
Syarif menjelaskan bahwa biaya pemberangkatan yang awalnya diperkirakan sekitar Rp 9-13 juta, membengkak menjadi sekitar Rp 20 juta rupiah karena tambahan biaya asrama tersebut.
"Makanya kalau sampe Rp 20 juta itu gara-gara suruh bayar asrama itu dari awal, enggak boleh per bulan kita bayarnya," kata Syarif.
Rp 40 Juta
Sama seperti Syarif, seorang mahasiswa S3 Al-Azhar, M. Nuruddin, mengatakan ada biaya yang harus dirogoh untuk kuliah di kampus tersebut.
Dia mengatakan, normalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk berangkat sampai kuliah di Al-Azhar sebesar Rp 15-18 juta. Namun ia menyebut ada dugaan permainan yang membuat biaya jadi lebih mahal.
ADVERTISEMENT
"Macem-macem sih, ada yang Rp 17 juta, ada yang Rp 18 juta, Rp 16 juta, sekitar segitu, ada yang lebih dari itu," kata Nuruddin di podcast Diptalk yang tayang di Youtube, kumparan, Rabu (19/6).
Saat ditanya apa benar ada yang bayar Rp 30 sampai 40 juta?
Nuruddin kemudian menjawab:
"Ada, iya. Nah itu, itu, itu permainan sudah jelas itu, kita itu gak boleh diam. Mahasiswa di sana itu gak boleh diam, kita itu peduli dengan nama baik nama baik alumni kita, nama baik almamater kita, yang kita banggakan itu," tuturnya.
Untuk tahun 2024, Kemenag menggelar seleksi masuk Al-Azhar pada bulan Mei untuk jalur beasiswa maupun mandiri. Tersedia 20 kursi beasiswa dari Kedubes Mesir di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 1.596 calon mahasiswa dinyatakan lolos pada tahap pertama (uji kompetensi) untuk selanjutnya ikut ujian sesi berikutnya, tahap tes wawasan kebangsaan.