Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Kisah Pendakian Pertama ke Puncak Bersalju Carstensz pada Abad 17
2 Maret 2025 19:52 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Dua orang pendaki senior, Elsa Laksono dan Lilie Wijayati, meninggal dunia saat menuruni puncak Carstensz Pyramid atau Gunung Puncak Jaya, Papua, pada Sabtu (1/3) kemarin. Mereka diduga meninggal usai mengalami hipotermia.
ADVERTISEMENT
Kapolres Mimika AKBP Billyandha Hildiario Budiman, mengatakan jasad Elsa kini sudah berhasil dievakuasi. Namun, Lilie belum berhasil dievakuasi karena terkendala cuaca buruk.
Sehingga, evakuasi baru bisa dilanjutkan Senin (3/3) besok. Rencananya, setelah jenazah Lilie dievakuasi, proses pemulangan baru akan dilakukan.
"Jenazah atas nama Lilie kalau sudah dievakuasi akan diterbangkan ke Jakarta bersamaan jenazah almarhum Elsa," kata Billyandha saat dihubungi, Minggu (2/3).
Lantas, siapa orang yang pertama kali melakukan pendakian di Puncak Carstensz?
Puncak Carstensz atau yang lebih dikenal sebagai Puncak Jaya, adalah gunung tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Puncak Jaya merupakan satu dari tiga puncak gunung di Pegunungan Jayawijaya. Selain Carstensz Pyramid, ada juga Puncak Mandala dengan ketinggian 4.760 mdpl dan Puncak Trikora dengan ketinggian 4.751 mdpl.
Puncak Carstensz menjadi salah satu gunung yang paling menantang untuk didaki, baik karena medan yang ekstrem maupun perizinan yang kompleks.
ADVERTISEMENT
Carstensz merupakan satu-satunya gunung di Indonesia yang memiliki salju abadi di puncaknya. Meskipun nyatanya tidak berumur panjang, salju ini terancam hilang selamanya karena cuaca ekstrem.
Carstensz sendiri merupakan jenis gunung non-vulkanik yang terbentuk dari aktivitas tektonik dan erosi.
Gunung ini pertama kali ditemukan oleh Jan Carstensz, warga negara Belanda pada abad 17, tepatnya tahun 1623. Dalam ekspedisinya, ia melaporkan adanya puncak bersalju di tengah wilayah tropis, sesuatu yang dianggap tidak masuk akal pada masa itu.
Namun, keberadaannya terbukti ketika ekspedisi modern mulai menjelajah wilayah ini pada abad ke-20. Setelah Indonesia merdeka, Gunung Carstensz pun juga dikenal dengan nama Puncak Jaya.
Seorang penjelajah Belanda bernama Hendrik A. Lorentz adalah orang pertama yang mencapai salju di Gunung Jawawijaya. Akan tetapi, Puncak Jaya tersebut baru didaki pada 1962 oleh ekspedisi yang dipimpin oleh pendaki asal Austria bernama Heinrich Harrer.
ADVERTISEMENT
Ekspedisi itu melibatkan tiga anggota lainnya, yakni Robert Philip Temple, Russell Kippax, dan Albertus Huizenga.
Philip Temple, seorang pendaki asal Selandia Baru, merupakan yang paling berpengalaman di antara mereka dalam berurusan dengan Puncak Carstensz.
Temple sebelumnya tercatat memimpin ekspedisi ke daerah tersebut dan merintis rute akses ke pegunungan. Ia menemukan beragam jalur alternatif menuju puncak bersalju sekaligus membuat peta rute perjalanan menuju Puncak Carstensz.
Akan tetapi, lantaran kehabisan dana dan logistik, ia tidak berhasil mewujudkan impiannya menaklukkan Puncak Carstensz. Selanjutnya, ia bergabung dalam tim yang dipimpin Harrer dan menjadi penunjuk jalan.
Lewat ekspedisi itu, Temple berhasil mengantar tim yang dikomandoi Harrer mencapai puncak gunung bersalju tersebut. Kini, nama Harrer yang disebut sebagai orang pertama yang menginjakkan kaki di Puncak Carstensz.
ADVERTISEMENT
Sepulangnya dari sana, Harrer kemudian menulis sebuah buku berjudul “I Come from the Stone Age" yang diterbitkan pada 1964. Petualangannya menaklukkan Puncak Carstensz pun diabadikan dalam buku tersebut.
Setelahnya, sejumlah pendaki lainnya juga tercatat pernah menaklukkan Puncak Carstenz. Mereka di antaranya adalah Reinhold Messner (1971), Rob Hall (1994), dan Yasuko Namba (1994).
Kini, Gunung Carstensz merupakan bagian dari rangkaian Seven Summits yang menjadi target utama pendaki Indonesia maupun dunia.
Pelopor yang pertama kali mempopulerkan Carstensz sebagai salah satu Seven Summits dunia adalah Reinhold Messner, seorang pendaki asal Italia.
Kini, Puncak Carstensz bersanding dengan Everest di Asia, Kilimanjaro di Afrika, Elbrus di Eropa, Aconcagua di Amerika Selatan, Mckinley di Amerika Utara, dan Vinson Massif di Antartika dalam The Seven Summits tersebut.
ADVERTISEMENT
Jalur Pendakian
Jalur untuk mencapai puncak juga tidak mudah. Pendaki harus melewati jalur trekking panjang dengan durasi 7 sampai 10 hari melewati desa penduduk, hutan belantara, sungai, dan tentunya cuaca yang tidak dapat diprediksi untuk sampai di base camp Lembah Kuning yang merupakan titik awal perjalanan menuju puncak.
Ketika pendaki sampai di base camp, masih harus dibutuhkan waktu 6-12 jam untuk bisa sampai di puncak. Di puncak juga tidak mudah, suhu bisa mencapai di bawah 0°C, dengan cuaca yang sering berubah secara tiba-tiba, mulai dari hujan deras, kabut tebal, hingga badai es.
Meski begitu ada opsi lain bagi yang ingin akses lebih mudah, yaitu dengan menggunakan helikopter dari Timika langsung ke base camp Lembah Kuning atau Base Camp Yellow Valley. Namun lagi-lagi cuaca menjadi tantangan.
ADVERTISEMENT
Ekstremnya medan yang ditempuh menjadikan Carstensz bukan sembarang gunung yang bisa didaki oleh pendaki amatir. Bagi pendaki profesional yang sudah berpengalaman pun gunung ini cukup sulit untuk ditaklukkan.