Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kisah Penjual Nasi Kucing di Bali: Kena PHK dan Untung Rp 1 Ribu dari Jualan
11 Agustus 2021 13:11 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Mase Suastawa (27), begitu terpukul saat mendengarkan kabar dirumahkan oleh perusahaan tempat ia mencari penghidupan.
ADVERTISEMENT
Perusahan yang bergerak di sektor wisata watersport tersebut merumahkan sebagian besar karyawannya imbas pandemi COVID-19 tahun lalu, termasuk Suastawa.
Suastawa menyemangati diri. Ia tak bisa hanya merenung kesialan yang menimpa. Ia memutar otak bertahan hidup di tengah pandemi COVID-19.
"Kita tidak bisa hanya berdiam diri tanpa melakukan apa pun, saat ini hanya diri sendirilah yang harus bangkit dan tetap semangat," kata Suastawa kepada kumparan saat berjualan nasi kucing , Rabu (11/8).
Suastawa lalu banting tulang. Berbagai surat lamaran dia kirimkan ke berbagai perusahan namun tak kunjung ada kabar. Ia juga melamar sebagai kuli bangunan beberapa bulan.
Hatinya teriris karena panggilan dari mandor sepi. Ia lebih sering menganggur karena tak banyak proyek berjalan saat pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa bulan terakhir, akhirnya Suastawa memutuskan menjual nasi kucing, di Bali disebut nasi jinggo. Ia mengajak rekannya yang bernasib sama.
Ia berjualan nasi kucing di Jalan Hayam Wuruk, Kota Denpasar, Bali. Ia menjajakan nasi kucing tersebut di atas sepeda motornya. Ada tiga jenis nasi ia jual, yakni nasi bungkus babi guling, be (daging) genyol, dan ayam betutu.
Harga nasi kucingnya lebih murah dibandingkan tempat lain yang biasa menjual seharga Rp 6-7 ribu per bungkus. Ia jual satu bungkus Rp 5 ribu.
Dengan menjual satu bungkus seharga Rp 5 ribu, ia hanya mendapatkan keuntungan Rp 1 ribu. Hal ini lantaran ia mengejar target "habis terjual" setiap hari.
"Kalau dibilang rugi sih tidak ya, yang terpenting modalnya jalan terus. Sejauh ini astungkara (syukur) nasi-nya selalu habis terjual," kata dia.
ADVERTISEMENT
PPKM Leveling yang terus diperpanjang tentu berdampak terhadap tingkat penjualan mereka. Penjualan turun cukup drastis.
"Kalau sebelum PPKM Level 4 bisa sampai 80 bungkus per hari. Karena sekarang sedang PPKM kita tutup sampai jam 8 malam jadi cuma bawa 50 bungkus," tambah Pria yang berasal dari Buleleng tersebut.
Ia berharap pemerintah segera mampu mengendalikan kasus COVID-19. Hal ini agar aktivitas pembatasi bisa dilonggarkan, syukur pariwisata bisa dibuka kembali.
"Semoga pandemi COVID-19 segera berakhir dan kita bisa hidup seperti biasa," kata dia.