Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Kisah Pilu Korban Banjir Bandang Sukabumi, Ibu & Anak Ditemukan Tewas Berpelukan
10 Maret 2025 14:30 WIB
·
waktu baca 5 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Hingga Senin (10/3), sebanyak 5 warga dilaporkan tewas dan 4 orang masih hilang. Dari 5 itu, 2 di antaranya adalah Eneng Santi (40) dan Siti Nurul Awalia (3) yang merupakan ibu dan anak. Jasad keduanya ditemukan berpelukan tertimbun tanah bekas material banjir.
Saat peristiwa terjadi, keduanya sedang berada di dalam rumah kontrakannya di Kampung Gumelar RT 02/22, Kelurahan Palabuhanratu. Rumah itu berada di bantaran Sungai Cipalabuan.
Jenazah ibu dan anak itu ditemukan keesokan harinya, Jumat (7/3) sekitar pukul 13.30 WIB oleh Basarnas. Keduanya ditemukan dalam posisi berpelukan tertimbun puing-puing bangunan serta sampah yang terbawa arus.
”Tim kami sudah melakukan operasi SAR dari pagi bahkan sejak terjadinya banjir, kemudian diketahui bahwa di sini ada dua korban yang rumahnya roboh dan diduga korban itu ada di bawah. Alhamdulillah pukul 13.30 WIB kedua korban bisa ditemukan,” ujar Ahmad Rizkiansyah, Kasie Operasi Kantor SAR Jakarta, saat diwawancara, Senin (10/3).
ADVERTISEMENT
"Ditemukan dalam kondisi berpelukan pada saat dievakuasi. Ditemukan pada radius 5 meter dari lokasi rumahnya," ujar Ahmad.
Ahmad menuturkan, dari keterangan saksi, ketika air luapan sungai mulai menerjang hingga air meninggi, ibu dan anak itu masih berada di dalam rumah hingga peristiwa nahas itu terjadi.
“Pada saat air menghantam rumah tersebut, ibu dan anak terjatuh,” ujarnya.
Teriakan Minta Tolong
Dina (59), tetangga sekaligus saksi mengatakan, dia sudah mengingatkan korban untuk menyelamatkan diri sebelum banjir semakin parah. Namun, korban tetap bertahan di dalam rumah. Selanjutnya, sekitar pukul 21.00 WIB, air semakin deras menerjang.
Saat air sudah semakin tinggi dan mengalir deras, korban berupaya menyelamatkan diri. Yang terdengar oleh Dina saat itu suara minta tolong. Warga pun berupaya menolong, tapi tidak berhasil.
ADVERTISEMENT
”Waktu itu terdengar suara minta tolong. [warga] Ada yang mencoba mengambil tali untuk menolong, tapi saat kembali rumahnya sudah hancur diterjang arus sungai,” ujarnya.
Suami Korban Jadi Sasaran Emosi
Ketika peristiwa itu terjadi, suami korban, Aang, sedang berjualan di Pasar Palabuhanratu. Aang sempat ditemui oleh RW setempat dan mengatakan bahwa istri dan anaknya itu telah mengungsi ke daerah asalnya di Kecamatan Cikakak.
Namun situasinya berubah ketika jasad kedua korban ditemukan dan dievakuasi tim SAR. Aang akhirnya menjadi sasaran emosi warga karena menganggap Aang telah berbohong dan tidak peduli keluarganya.
Usai dievakuasi, jenazah ibu dan anak itu selanjutnya dibawa ke RSUD Palabuhanratu untuk selanjutnya dimakamkan di kampung halamannya di Kampung Ciganas, Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Jumat (8/3) malam.
ADVERTISEMENT
Kepala Desa (Kades) Sirnarasa Okih Suryadi membenarkan bahwa korban merupakan warganya. Okih pun tak tahu penyebab sikap Aang yang saat itu bersikap cuek saat terjadinya bencana.
”Saya tidak terlalu dalam mengetahui apa masalahnya. Saya pun bingung kenapa sampai seperti itu. Saat pemakaman itu, [Aang] langsung dijemput lagi ke Polsek Cikakak,” ujarnya.
Suami Mengira Istri Sudah Ngungsi
Kepada polisi, Aang mengungkapkan kalau dirinya mengira istri dan anaknya itu selamat karena telah pulang ke kampung halamannya. Padahal kenyataannya, mereka berada di dalam rumah hingga menjadi korban terjangan derasnya luapan Sungai Cipalabuan.
”Kalau menurut keterangan dia, [istri-anaknya] tidak apa-apa. Dugaannya sudah pulang ke [Desa] Sirnarasa,” ujar Kapolsek Cikakak AKP Dudung.
Dudung menyatakan, saat tahu bahwa memang istri dan anaknya telah meninggal akibat bencana itu, Aang langsung shock. “Dia langsung stres, sedih,” katanya.
5 Orang Tewas, 4 Masih Hilang
Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten (BPBD) Kabupaten Sukabumi menyatakan sebanyak 5 orang dinyatakan meninggal dunia akibat bencana banjir dan longsor yang terjadi pada Kamis (6/3) malam.
ADVERTISEMENT
Korban meninggal dunia yaitu Eneng Santi dan Siti Nurul Awalia di Kelurahan Palabuhanratu, Kecamatan Palabuhanratu kemudian Nendi Saputra (7) dan Yayar (70) di Desa Kertajaya, Kecamatan Simpenan serta Ooy (69) di Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan.
Sedangkan 4 korban hilang yakni Darjat (60), Siti Maryam (35) dan Ahyar Fauzi (9) warga Desa Langkapjaya, Kecamatan Lengkong kemudian Mondi (9) warga Desa Kertajaya, Kecamatan Simpenan.
Terkait bencana ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi telah menetapkan 3 kecamatan berstatus tanggap darurat bencana yakni Kecamatan Simpenan, Kecamatan Palabuhanratu dan Kecamatan Lengkong.
Tanggap darurat ini berfokus untuk pencarian dan pertolongan korban, pemenuhan kebutuhan dasar pelayanan kesehatan, perlindungan kelompok rentan, dan pemulihan sarana prasarana yang rusak.
Pencarian Terus Dilakukan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Sukabumi Deden Sumpena mengungkapkan bahwa upaya pencarian 4 orang yang ditanyakan hilang masih terus dilakukan oleh tim SAR gabungan.
“Tim SAR terdiri dari Basarnas, BPBD beserta TNI, polri dan relawan melaksanakan pencarian 4 orang yang dinyatakan hilang. Masih ada 3 orang lagi di Kecamatan Lengkong, yaitu di Desa Langkapjaya dan 1 orang di Kecamatan Simpenan, Desa Kertajaya,”ujarnya, Senin (10/3).
Dalam upaya pencarian itu, dilakukan penambahan personel serta dikerahkan alat berat untuk mengevakuasi timbunan longsoran yang tujuannya memudahkan akses menuju lokasi kejadian.
“Untuk kelengkapan alat akan disuplai kemudian juga ada penambahan personel dalam rangka mengefektifkan proses pencarian. Terkait jalan menuju lokasi kita tambah alat berat supaya akses segera terbuka,” katanya.
ADVERTISEMENT