Kisah Pilu Tukang Pikul Jasad TPU Cikadut: Kena Corona, APD Tak Ganti Seminggu

13 Juli 2021 15:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah petugas memikul jenazah yang dimakamkan dengan protokol COVID-19 di TPU Cikadut, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (14/6). Foto: Bagus Ahmad Rizaldi/Antara
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah petugas memikul jenazah yang dimakamkan dengan protokol COVID-19 di TPU Cikadut, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (14/6). Foto: Bagus Ahmad Rizaldi/Antara
ADVERTISEMENT
Koordinator petugas pikul jenazah di TPU Cikadut Bandung Fajar mengatakan 35 tukang pikul jenazah yang diangkat menjadi Pekerja Harian Lepas (PHL) dari Pemkot Bandung tidak mendapatkan asupan vitamin setiap bekerja mengurusi jenazah pasien corona.
ADVERTISEMENT
Alhasil, baru-baru ini, banyak dari mereka yang juga terinfeksi corona. "Kita sehari-harinya nggak ada jaminan kita nggak diberi makan dan diberi vitamin, bahkan kita sakit juga kita biaya sendiri, kemarin teman-teman banyak yang terpapar (corona)," kata Fajar melalui sambungan telepon, Selasa (13/7).
Tercatat, menurut Fajar, tukang pikul jasad di TPU Cikadut Bandung yang terpapar corona berjumlah 15 orang. Mereka sudah menjalani isolasi secara mandiri di rumahnya masing-masing.
Selain tak mendapat asupan vitamin, kata Fajar, tukang pikul pun acap kali tak mengganti alat pelindung diri atau APD yang dikenakan hingga sepekan.
"Kita mah sehari saja hazmat sama APD mah, bukan satu kali pikul jenazah (ganti). Kadang lima hari, kadang satu Minggu kita nggak ganti-ganti APD," ucap dia.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Kepala Dinas Tata Ruang Pemkot Bandung Bambang Suhari sempat menyatakan bahwa APD untuk tukang pikul rutin disuplai Satgas COVID-19 Kota Bandung.
Selain terpapar corona, marak pula petugas yang kelelahan dan sakit akibat jumlah kedatangan jenazah yang meningkat. Dalam sehari, sekitar 60 jenazah dapat dimakamkan di TPU Cikadut.
Akibat marak petugas yang terpapar dan sakit, sejumlah warga setempat yang tidak berstatus sebagai PHL dan tak menerima gaji, memberikan bantuan mengurusi jenazah.
Biasanya, mereka mendapatkan imbalan dari ahli waris jenazah karena telah menyumbang tenaga. Nantinya, uang yang diterima warga dikumpul untuk dibelikan kebutuhan makan hingga vitamin yang tak dijamin pemerintah.
"Setiap ada yang memberikan uang, itu dikumpulkan dipakai untuk makan dan bayar yang tidak terjamin oleh pemerintah. Peran pembantu lah, membantu dalam memakamkan dan menggali. Yang menggali kan menjual jasa gali," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Fajar mengatakan total keseluruhan pegawai harian lepas di TPU Cikadut saat ini mencapai 57 orang. Rinciannya adalah 35 pemikul jasad, 17 tukang gali dan 5 petugas administrasi.
Dari jumlah itu, dibagi menjadi 3 shift siang dan malam. Satu shiftnya maka diperkirakan ada 16-17 orang. Belum lagi dikurangi sejumlah petugas yang kena corona maka sehari bisa hanya 14 orang yang kadang kerja full day.
"Jumlah kita semua sama layanan itu 57 orang. Waktu itu kita keteteran di sini soalnya 40 sampai 63 jenazah yang dimakamkan seharinya, kebayang gak 63 jenazah dimakamkan ditangani sama 14 orang," lanjut dia.
Adapun dalam bekerja, para tukang pikul yang berjumlah 35 orang membagi tugas dalam tiga shift dengan waktu kerja 12 jam. Dengan demikian satu shiftnya ada 11 orang.
ADVERTISEMENT
Mereka secara bergantian mengangkut jenazah hingga ke liang kubur dengan jarak tempuh sekitar 1 kilometer. Proses ini memakan waktu 1 hingga 2 jam lamanya.
Terkadang, selain memikul, mereka juga ikut serta menggali liang kubur dalam kondisi seperti ini.