Kisah Prabowo soal Dominasi Militer di Politik saat Orde Baru

16 September 2018 13:14 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bakal Calon Presiden Prabowo Subianto memberikan paparan saat menjadi pembicara dalam seminar "Paradoks Indonesia" di Jakarta, Sabtu (1/9/2018). (Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
zoom-in-whitePerbesar
Bakal Calon Presiden Prabowo Subianto memberikan paparan saat menjadi pembicara dalam seminar "Paradoks Indonesia" di Jakarta, Sabtu (1/9/2018). (Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
ADVERTISEMENT
Bakal capres Prabowo Subianto bercerita soal perannya di rezim Orde Baru. Ia menuturkan, saat itu, ia memang berada di jajaran TNI. Prabowo mengatakan militer memang mendominasi pemerintahan di Orde Baru.
ADVERTISEMENT
Prabowo mencontohkan, anak-anak yang hidup di generasi tahun 1980-an, akan diminta untuk masuk AKABRI.
"Jadi zaman Orba, anak tahun 80-an jumpa sama bapaknya, 'Pak, saya mau jadi bupati, fakultas mana yang saya harus masuk? Sebaiknya belajar ke Gajah Mada belajar politik?'. 'Tidak nak, kamu masuk AKABRI'. Mau jadi bupati harus masuk AKABRI baru bisa masuk," kisah Prabowo di Pembekalan Caleg PAN, di Hotel Paragon, Jakarta Pusat, Minggu (16/9).
Menurut dia, saat itu, militer memang masuk ke dalam dunia politik. Hal ini tak bisa dihindari. Namun, akhirnya Prabowo mengaku sadar bahwa tentara adalah alat negara dan tidak boleh menjadi alat politik, apalagi alat kekuasaan. Begitu juga dengan polisi.
"Kami sadar waktu itu, perwira yang masih muda dan walau kami di dalam, kami juga bekerja pelan-pelan meyakinkan senior kami kami bahwa memang tentara harus keluar dari politik. Tentara harus menjadi milik rakyat. Tentara harus membela seluruh bangsa," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Ia menyebut saat itu, salah satu tugas tentara adalah memastikan hasil pemilu. Prabowo menuturkan, dalam satu kali KTT, Presiden kedua RI Soeharto bercerita bagaimana para presiden memamerkan proses demokrasi di negara masing-masing. Di Amerika, hasil pemilu sudah bisa diketahui jam 12 malam, sedangkan di Uni Soviet hasil pemilu sudah bisa diketahui jam 6 sore.
"Pak Harto tidak mau kalah, 'kalau di negara kami, 2 minggu sebelum pemilu, kami sudah tahu'," tutur Prabowo.
Prabowo mengaku makin terganggu dengan keterlibatan militer yang terlalu dalam di politik. Dari situlah, Prabowo mengaku sadar bahwa demokrasi bisa membawa perdamaian dan kemakmuran. Apalagi, sebagai orang yang besar di medan perang, ia menyebut perang justru tidak bisa menghasilkan perdamaian.
ADVERTISEMENT
"Dalam perang tidak mungkin bisa tercapai kemakmuran dan perdamaian. It can not make peace," pungkasnya.