Kisah Prajurit TNI Dihantam Serangan Tank Israel di Lebanon

24 April 2025 13:15 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pratu Marinir Egy Arifianto dan Praka Nofrian Syahputra saat diwawancara di Mabes TNI, Jakarta Timur, Kamis (24/4/2025). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pratu Marinir Egy Arifianto dan Praka Nofrian Syahputra saat diwawancara di Mabes TNI, Jakarta Timur, Kamis (24/4/2025). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Lebanon Selatan, sebuah wilayah yang menjadi saksi bisu dari ketegangan konflik yang tak kunjung usai. Di tengah eskalasi yang semakin meningkat antara Lebanon-Israel, dua prajurit TNI, Pratu Marinir Egy Arifianto dan Praka Nofrian Syahputra, menjalani tugas berbahaya di bawah naungan misi perdamaian PBB. Mereka menjaga stabilitas, meski harus bertaruh nyawa.
ADVERTISEMENT
“Saat itu, kami berada di Tugu Pengamatan, Tower Pengamatan 14 di sektor Naqoura. Pada 10 Oktober 2024, wilayah ini mencapai level 3 ketegangan,” cerita Egy di Mabes TNI, Jakarta Timur , Kamis (24/4).
Saat itu, kedua prajurit ini tengah berjaga di menara pengamatan, sebuah pos strategis di daerah yang rawan konflik.
Mereka memantau pergerakan pasukan Israel yang keluar dari tembok Blue Line yang sebelumnya sudah dijebol. Semuanya tampak normal, hingga sebuah ledakan besar mengguncang wilayah mereka.
“Kami melihat atau memantau 2 pergerakan dari Merkava yang keluar dari tembok Blue Line yang pada saat itu sebelumnya sudah dijebol oleh Israel,” jelas Egy.
“Setelah 2 Merkava tersebut keluar dari Israel, dari tembok Blue Line tersebut, kami melaporkan kepada satuan atas. Dari satuan atas agar kami tetap memonitoring dari pergerakan Merkava tersebut,” tambahnya.
Pratu Marinir Egy Arifianto dan Praka Nofrian Syahputra saat diwawancara di Mabes TNI, Jakarta Timur, Kamis (24/4/2025). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
Merkava adalah nama untuk jenis tank tempur utama yang digunakan oleh militer Israel. Merkava juga memiliki sistem persenjataan yang dilengkapi dengan pelindung yang dapat menahan tembakan dari berbagai arah, termasuk peluru anti-tank.
ADVERTISEMENT
Tak lama setelah itu, sekitar pukul 13.00 waktu setempat, ledakan besar mengguncang mereka.
“Kami terkena impact dari ledakan dari airstrike jarak 400. Kami setelah itu kembali melaporkan ke Satuan Atas dan perintah dari Satuan Atas agar kami tetap melaksanakan dinas jaga di sektor tersebut dan mengawasi batas-batas Unifil agar tidak terjadi pelanggaran,” ujar Egy.
Pada pukul 17.00, serangan udara dan tembakan artileri mulai menghujani sektor Naqoura. Konflik semakin meluas, dan meskipun menghadapi bahaya di setiap detiknya, mereka tetap bertugas.
“Tembakan artileri dan airstrike dari pihak Israel kemudian dari Hisbullah melaksanakan membalas dengan tembakan artileri ataupun tembakan ringan sebagainya,” ujar Egy.
Namun, malam itu, nasib mereka berubah.
Pasukan tentara UNFIL di dekat kibbutz Israel Utara Misgav Am ketika tank tempur Merkava IV bermanuver. Foto: JALAA MAREY/AFP
“Pada malam hari, tepatnya jam 00.00, kembali sektor kami yang kami jaga terkena impact dari jarak 200 untuk kurang lebihnya kemungkinan dari airstrike juga,” jelas Egy.
ADVERTISEMENT
“Kami tetap melaksanakan dinas jaga dan pukul 4 pagi kami terkena luncuran atau sebelumnya kami melihat laser, kami termal, kami lihat itu Markava yang membidik ke arah kami. Setelah itu kami laporkan dan tidak lama kemudian kami sedang melaporkan ada luncuran dari dua Markava yang mendekat ke arah kami dan kemudian mengenai tugu yang kami jaga atau tower yang kami jaga di tepatnya di lantai 2,” kenang Egy.
Ledakan tersebut mengakibatkan bangunan tempat mereka bertugas rusak parah, dan dalam kondisi panik, mereka harus melarikan diri.
“Setelah kejadian itu, dari lantai 4 kami menuruni tangga ke lantai 3. Setelah dari lantai 3 ke lantai 2, langkah kami terhenti karena tangga dari lantai 3 ke lantai 2 itu sudah hancur karena efek ledakan tersebut,” lanjut Nofrian.
ADVERTISEMENT
Meskipun terluka parah, keduanya berhasil bertahan dan berusaha menemukan tempat aman. Namun, keberuntungan masih berpihak pada mereka.
Tim evakuasi yang menggunakan kendaraan lapis baja datang tepat waktu, menjemput keduanya dan membawa mereka ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.
Pasukan tentara UNFIL di dekat kibbutz Israel Utara Misgav Am ketika tank tempur Merkava IV bermanuver. Foto: JALAA MAREY/AFP
“Saat itu saya melaksanakan pengecekan di rumah sakit. Kaki kami sebelah kiri robek, setelah itu lutut kami juga terkena impact dari ledakan tersebut, robek, kemudian di bagian siku kiri, dan lengan kanan, dan dada kanan kami. Untuk bagian luar, untuk bagian dalam, mata kami agak rabun, dan setelah kejadian tersebut, telinga kami berdengung, dan napas sesak,” kata Egy, sambil mengenang luka-lukanya.
“Keluarga syok ya dan terutama orang tua kami dikabari dari satuan kami. Tidak menyangka sedikitpun bahwa ada prajurit yang salah satunya anaknya yang terkena dari korban (penyerangan) tersebut,” ujar Egy dengan mata yang masih tampak lesu akibat kelelahan.
ADVERTISEMENT
Namun, meski trauma besar membekas di hati, semangat juang mereka tidak luntur.
“Sebagai prajurit TNI, kami siap bertugas kembali. Kami sudah disumpah untuk negara ini dan untuk TNI,” tegas Egy.
Begitu juga dengan Nofrian, meski efek ledakan masih terasa, mereka bertekad kembali menjalankan tugas mereka.