Kisah Raden Saleh dan Perjalanannya Menjadi Maestro Seni Lukis

12 September 2022 10:20 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Visinema rilis poster film Mencuri Raden Saleh. Foto: Visinema Pictures
zoom-in-whitePerbesar
Visinema rilis poster film Mencuri Raden Saleh. Foto: Visinema Pictures
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nama Raden Saleh kembali ramai diperbicangkan belakangan ini karena mencuatnya film 'Mencuri Raden Saleh'. Film ini sudah berhasil menembus 2 juta penonton dalam sekitar 2 minggu penayangannya.
ADVERTISEMENT
Lantas, sebenarnya seperti apa sosok Raden Saleh?
Sebagai salah satu pioneer dunia seni modern Indonesia, Raden Saleh telah melahirkan banyak karya populer yang mendunia.
Tahun lahir maestro satu ini tak diketahui pasti. Alias banyak versi yang disebutkan sejumlah sumber.
Dalam buku Raden Saleh: Kehidupan dan Karyanya karangan Werner Kraus, terdapat setidaknya tiga versi berbeda atas tahun lahir sang maestro. Alasan utama adanya ketidakpastian ini adalah perbedaan sistem penanggalan kalender Saka dan kalender Masehi, serta keterangan Raden Saleh sendiri yang cukup simpang siur.
Tulisan tangannya yang terdapat pada sebuah lukisan potret diri di Dresden menyebutkan bahwa Ia lahir pada Mei 1811.
Pada sebuah surat yang ditulisnya kepada Raja Belanda Willem III tahun 1865, Raden Saleh menyiratkan 1813 sebagai tahun kelahirannya.
ADVERTISEMENT
Di kesempatan lain, Ia memperkenalkan diri sebagai “Pelukis berusia 27 tahun” saat saat tampil di Den Haag pada 25 November 1836, secara tersirat mengatakan bahwa ia lahir pada tahun 1809.
Namun pemilik nama lengkap Raden Saleh Syarif Bustaman ini lahir di Terboyo, Semarang, Jawa Tengah. Sang ayah, Sayyid Husen bin Alwi bin Awal bin Yahya, merupakan seorang laki-laki keturunan Arab. Sementara, sang Ibu yang bernama Mas Ajeng Zarip Husen, memiliki darah Jawa ningrat yang turut menjadikan Raden Saleh sebagai keturunan bangsawan.
Lukisan Raden Saleh yang menggambarkan petaka di Jawa. Foto: Dok. kitlv.nl
Ketertarikan Raden Saleh pada Seni
Raden Saleh muda tinggal bersama Suroadimenggolo, pamannya sekaligus orang yang menjabat sebagai Bupati Semarang. Ia menerima pelajaran menggambar pertamanya dari Jannes Theodorus Bik, sebelum kemudian berguru pada Antoine Auguste Joseph Payen, seorang pelukis asal Belgia, selama tiga tahun (1819-1822).
ADVERTISEMENT
Selama tiga tahun tersebut, Raden Saleh tinggal di Jawa Barat. Pada kurun waktu tersebut, karya-karya yang diciptakannya masih berupa coretan cat air yang menampilkan berbagai alat bertani dan pakaian khas petani.
Raden Saleh sebenarnya bakal dijadikan seorang juru gambar kolonial di daerah Jawa jika perang yang terjadi di Jawa Tengah tidak terjadi. Namun pada perang ini, Suroadimenggolo ditangkap. Hal ini membuat Raden Saleh merasa tertekan dan bertekad untuk meninggalkan tanah Jawa.
Kesempatan itu datang beberapa tahun kemudian. Raden Saleh menjejakkan kaki pada Pelabuhan Antwerpen, Belanda, pada 20 Juli 1829 sebagai juru tulis Jean Baptiste de Linge, inspektur departemen keuangan.
Perjalanannya Belajar Melukis
Setelah beberapa saat tinggal di Belanda, ia pindah ke Den Haag dan belajar bersama beberapa maestro kenamaan negara tersebut. Salah satunya adalah Cornelis Kruseman (1797-1857), seroang pelukis potret diri dan sejarah.
ADVERTISEMENT
Selama masa pendidikannya berguru pada Cornelis Kruseman, Raden Saleh bersentuhan dengan kehidupan kelas atas masyarakat Den Haag. Di sini, ia mendapat kesempatan untuk membuat lukisan potret beberapa kali sebagai bagian dari tugasnya.
Ia melukis Cornelius Graaf van Hartsfelt dan potret keluarga Baud di atas kanvas. Pada lukisan-lukisan ini, ia berorientasi pada gaya lukis Belanda abad 18 yang menunjukkan keluarga menengah berpose di ruang tamu. Ia juga terlihat berusaha menonjolkan detail pada lukisan tersebut.
Perjalanannya ke Dresden, Jerman pada September 1839 kemudian mempengaruhi gaya karya seni yang dibuatnya. Ia melakukan banyak eksperimen dengan warna dan komposisi baru, dengan lukisan tentang perburuan hewan mengikuti gaya seni yang diminati mayoritas masyarakat Dresden pada saat itu.
ADVERTISEMENT
Dari sinilah Raden Saleh menemukan gaya lukisannya, dengan motif pertarungan hewan dan perburuan bernuansa Timur. Gaya lukisannya yang unik membuat Raden Saleh menghebohkan pameran tahunan Himpunan Seniman, membuatnya kebanjiran pesanan lukisan. Namanya pun tersohor ke berbagai penjuru Eropa.
Karya-karya Raden Saleh. Foto: Andin Danaryati/kumparan
Kembali ke Tanah Jawa
Pada 1851, Raden Saleh kembali ke tanah Jawa dan kembali menekuni pekerjaannya sebagai pelukis. Sketsa lukisan “Penangkapan Pangeran Diponegoro” dibuat pada 1856 dan selesai setahun kemudian.
Dilansir situs Cagar Budaya Kemendikbud, lukisan ini kemudian diberikan Raden Saleh kepada Raja Belanda, Willem III, untuk menggambarkan pandangan Raden Saleh atas penangkapan Pangeran Diponegoro.
Raden Saleh menikahi gadis keluarga ningrat Yogyakarta bernama Raden Ayu Danudirja pada 1867 dan pindah ke Bogor. Tahun19 Mei 1875, Saleh membawa istri dan anak angkatnya, Sarinah, kembali ke Eropa.
ADVERTISEMENT
Pada April 1880, istri Raden Saleh menderita sakit keras yang membuat ia yakin hidupnya tak akan lama lagi. Mengetahui hal ini, Raden Saleh kemudian membeli sebidang tanah makam. Namun, saat kondisi istrinya membaik, Raden Saleh lah yang terlebih dahulu meninggal dunia.
Raden Saleh wafat pada 23 April 1880 akibat stroke dan pendarahan pada otak. Sosok dan karyanya yang unik dan berbeda dari gaya lukisan yang beredar pada masa itu membuat julukan pioner seni modern melekat pada namanya.
Reporter: Andin Danaryati