Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Kisah Ramadan dari ‘Midnight Sun’ Kanada, Masjid Paling Utara di Barat Bumi
4 Maret 2025 17:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Di masjid bernama Midnight Sun, umat Muslim di Inuvik, Kutub Utara Kanada, berkumpul untuk berbuka puasa Ramadan dengan hidangan rumahan khas Sudan.
ADVERTISEMENT
Suhu dingin dan cahaya matahari yang nyaris tak pernah padam di musim panas menjadi bagian dari keseharian mereka dalam menjalankan ibadah.
Untungnya, Ramadan kali ini datang di pergantian musim dingin dan semi, sehingga lamanya waktu berpuasa tak lebih dari 16 jam.
Sembilan tahun silam, mereka menjalankan puasa Ramadan selama lebih dari 20 jam setiap harinya.
Pria 75 tahun asal Palestina yang lahir di Lebanon, Abadallah El-Bekai, sudah 25 tahun tinggal di Inuvik.
Ia bercerita, setiap tahun dirinya berencana pergi, tetapi tak pernah benar-benar meninggalkan tempat itu.
“Tuhan tidak mengizinkan saya pergi. Mungkin saya telah berbuat jahat dalam hidup saya, Tuhan mengirim saya ke sini!” katanya sambil terkekeh, mengutip AFP, Selasa (4/3).
ADVERTISEMENT
Masjid yang juga dikenal dengan nama “Masjid Kecil di Tundra” itu dibangun di Winnipeg dan diangkut sejauh 4 ribu kilometer ke utara.
Sejak dibuka pada 2010, masjid ini menjadi yang paling utara di Belahan Bumi Barat dan melayani sekitar 100-120 jemaah yang bekerja atau menetap di sana.
Bagi umat Muslim di sekitar Lingkaran Arktik, menjalankan ibadah di tengah kondisi ekstrem adalah tantangan tersendiri.
Inuvik mengalami 24 jam cahaya matahari selama lebih dari 50 hari dalam setahun dan sekitar 30 hari malam kutub tanpa sinar matahari langsung.
Imam masjid, Saleh Hasabelnabi, masih mengingat kejutan pertamanya saat tiba di sana.
“Saya tidak percaya. Pertama kali dalam hidup saya, saya salat lima waktu, matahari masih bersinar,” kenangnya.
ADVERTISEMENT
Untuk menyesuaikan waktu ibadah, umat Muslim di sana mengikuti jadwal Makkah.
Seorang akuntan yang baru pindah ke Inuvik, Mohamed Asad Behrawar, menyebut tantangan terbesar bukan hanya soal waktu salat, tapi juga beradaptasi dengan lingkungan yang keras.
“Agak sulit, tetapi kami bertahan,” ujarnya.
Di antara para jemaah, banyak yang datang ke Kanada sebagai pengungsi sebelum akhirnya pindah ke utara demi penghasilan lebih baik. Banyak juga yang bekerja sebagai sopir taksi.
Seorang ulama asal Edmonton yang berkunjung ke Inuvik, Abdul Wahab Saleem, menggambarkan Muslim di sana sebagai “minoritas yang terlihat”.
“Anda berjalan di luar, Anda akan melihat Muslim sepanjang waktu. Setiap kali naik taksi, kemungkinan besar pengemudinya Muslim,” katanya kepada AFP.