Artikel Ramadan Harita Nickel

Kisah Ramadan Pekerja Tambang-Smelter: Rekan Jadi Keluarga, Buka Puasa Tak Sepi

8 April 2024 12:37 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bunyi kelontang piring saji terdengar dari lemari penyimpanan. Waktu menunjukkan sekitar pukul 18.15 WIT, saat sejumlah pekerja tambang dan smelter Harita Nickel mulai mengambil piring dan mengantre makanan di kantin perusahaan. Buka puasa di wilayah Pulau Obi sekitar pukul 18.45 WIT.
Di hadapan mereka ada mangkuk-mangkuk mi ayam dan takjil berupa kolak pisang-ubi, hingga makanan berat lainnya yang disajikan secara prasmanan. Itu adalah menu makan malam sekaligus menu berbuka para pekerja Harita Nickel pada Selasa (26/3/2024).
Perusahaan tambang dan pemrosesan nikel terintegrasi yang terletak di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara tersebut, memang menyiapkan makan gratis untuk pekerja setiap hari, termasuk saat Ramadan.
Meja makan kala itu ramai diisi pekerja PT Halmahera Persada Lygend (HPAL), salah satu unit usaha Harita Nickel. Mayoritas pekerja masih berseragam, sementara lainnya sudah berganti baju.

Buka Puasa hingga Sahur di Lapangan

Siska Novitasari, operator material plant Harita Nickel, salah satu karyawan yang berbuka puasa di area kantin. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Siska Novitasari, operator material plant Harita Nickel, bercerita soal suka duka berpuasa di tengah kesibukannya di site. Perempuan asal Halmahera Timur ini menilai suasana berpuasa di tambang memang tak seramai di kampungnya. Puasa penuh tahun ini pun jadi pengalaman pertama buat Siska jauh dari keluarga.
Meski jauh dari keluarga, Siska mengaku puasa tetap seru karena dikelilingi para perantau seperti dirinya. Siska dan sejumlah pekerja dibagi waktu kerja dalam tiga shift, yakni pagi-siang, siang-malam, dan malam-pagi. Nah, saat bekerja pada shift malam ke pagi, dia harus sahur di lapangan.
“Kalau sahur di area itu pasti ketika udah memasuki jam 4 pagi tuh udah ramai-ramai ke ruang peristirahatan. Di situ udah banyak banget anak-anak, ada yang sebagian udah bawa masakan dari rumah, jadi kita nyoba enggak cuma makanan dari kantin aja,” ujar perempuan yang baru setahun bekerja di Harita Nickel ini.
Karyawan Harita Nickel mengantre makanan prasmanan di area kantin. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Tak jarang, banyak temannya yang bawa makanan khas daerah asal. “Mereka bawa apa dari kampung, dari desa, jadi makan bersama-sama di jam sahur kalau (sedang) di area,” lanjut dia.
Kebersamaan itu pun tak hanya ada saat sahur. Pada waktu berbuka dan masih harus kerja di lapangan, Siska juga makan takjil bersama pekerja lainnya.
Takjil disediakan Harita Nickel di mess dan bisa dibawa ke tempat kerja. Para pekerja juga sering membeli dari pedagang atau warga sekitar melalui event Festival Takjil yang difasilitasi perusahaan.
Karyawan Harita Nickel berburu takjil buka puasa yang dijual warga sekitar pada Festival Takjil di dalam kawasan Harita Nickel. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Lewat event ini, perusahaan turut membantu warga sekitar dalam meningkatkan pendapatan selama Ramadan dengan berjualan takjil kepada karyawan Harita Nickel.
Ada beraneka ragam takjil yang dijual, mulai dari es buah, es kelapa hijau, gorengan, aneka kue, hingga lalampa. Lalampa adalah kudapan seperti lemper tapi berisi suwiran daging ikan.
Karyawan Harita Nickel berburu takjil buka puasa yang dijual warga sekitar pada Festival Takjil di dalam kawasan Harita Nickel. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Pengalaman berpuasa di area tambang dan smelter turut dirasakan Krisna Bayu Kartawinata, Foreman Monitoring Geotech Harita Nickel. Pria asal Pamulang, Tangerang Selatan tersebut, juga baru pertama kali melewati bulan puasa jauh dari keluarga.
Dia pun sempat culture shock karena kini harus menyiapkan sahur sendiri, tak bersama keluarga. Namun, Krisna senang bisa berbuka secara ramai-ramai dengan rekan kerjanya yang juga perantau.
Para karyawan Harita Nickel menyantap menu buka puasa yang disediakan di area kantin. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Mereka ada yang berasal dari Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, hingga Sumatera. Jam kerja Krisna berbeda dari Siska, karena tidak ada shift dan mengikuti jam reguler kantor.
“Jadi kalau kita sahur sama teman-teman yang di mess, mungkin sama yang lain. Tapi kalau misalnya buka kadang sama teman-teman kerja kita gitu juga lebih cair sih. Jadi rasa kekeluargaannya tuh dapet, kayak keluarga kedua,” kata Krisna dalam kesempatan terpisah, Rabu (27/3/2024).
Pria 24 tahun itu hampir selalu berbuka dan sahur di kantin Harita Nickel. Menurutnya, makanan di kantin terjamin kebersihan dan gizinya.
Krisna Bayu Kartawinata, Foreman Monitoring Geotech Harita Nickel, salah satu karyawan yang berbuka puasa di area kantin. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Mengatur waktu bekerja, ibadah, dan beristirahat saat puasa memang tidak mudah. Hal ini juga yang menjadi perhatian Siska dan Krisna. Di tengah kesibukannya, Krisna dan para pekerja lainnya tetap mengusahakan untuk berolahraga.
Selain itu, perusahaan juga membantu menjaga stamina karyawannya dengan memberi suplemen vitamin.
“Di sini kan ada fasilitas nge-gym, ada kayak badminton, futsal, ada swimming pool. Jadi kita biasain beberapa hari sekali atau satu minggu sekali kita olahraga bareng. Kita puasa selalu lebih ke jogging aja sih,” kata dia.
Karyawan Harita Nickel mengantre makanan prasmanan di area kantin. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Sementara Siska yang harus bekerja sesuai shift menyebut sulit untuk berolahraga. Jam-jam kosongnya dimanfaatkan untuk ibadah atau istirahat.
“Apalagi dengan kami yang produksi, itu kan jamnya lebih lama lagi (kerjanya). Kalau misalkan di office itu kan mungkin batasnya sampai jam 6 gitu kan. Tapi kalau kita yang mungkin kayak operator atau bagian-bagian produksi itu kan pulangnya jam 7 malam,” jelas Siska.
Pekerja Harita Nickel menikmati buka puasa di kantin usai bekerja. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Sering bekerja di depan komputer dan sesekali ke lapangan, membuat Krisna pintar-pintar mengatur waktu jeda di sela-sela pekerjaannya.
Baik Siska maupun Krisna juga siap tak mudik Lebaran tahun ini lantaran terhitung sebagai karyawan baru. Mereka mengaku tak masalah, sebab masih banyak teman-teman yang juga menghabiskan waktu lebaran di Pulau Obi.

Kualitas Makanan Karyawan Dijaga

Karyawan Harita Nickel mengantre untuk mengambil mi ayam, menu spesial buka puasa saat acara live cooking di area kantin. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Makanan yang dikonsumsi Siska, Krisna, dan pekerja Harita Nickel lainnya dimasak dari bahan-bahan segar untuk menjaga gizi pekerja tetap cukup. Terlebih dalam memenuhi kebutuhan gizi sepanjang puasa. Dapur kantin Harita Nickel pun siap ngebul 24 jam.
Human Resource & General Affair (HRGA) Superintendent Harita Nickel, Junaidi Arief, memastikan makanan yang dipersiapkan untuk para karyawan selalu terjaga dari aspek kualitas gizi dan kebersihannya. Proses quality control, kata dia, menjadi hal yang utama dilakukan sejak bahan makanan masuk ke dapur hingga disajikan.
“Ada tim industrial hygiene juga yang memastikan bahan yang disuplai ini pas saat proses masuk sampai dengan diproduksi itu juga dalam memenuhi kualitas yang sudah ditetapkan oleh manajemen. Sehingga pas pada saat itu dikonsumsi oleh karyawan, kami pastikan bahwa bahan produksi tersebut layak secara higienitas,” papar Junaidi.
Karyawan Harita Nickel mengantre mengambil makanan buka puasa di area kantin. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Selain menyiapkan menu makanan reguler, Junaidi menyebut Harita Nickel juga menghadirkan menu tambahan, khususnya saat Ramadan. “Seperti kolak, kacang hijau, dan juga menu takjil yang disiapkan oleh perusahaan,” kata Junaidi.
Pemberian menu tambahan ini, kata Junaidi, dibarengi dengan pemberian suplemen vitamin bagi karyawan yang berpuasa. Hal ini jadi treatment yang diberikan perusahaan untuk menjaga kebugaran karyawan selama berpuasa.
Junaidi mengatakan, selama 24 jam beroperasi, kantin Harita Nickel harus memenuhi makanan untuk jam makan pagi, siang, malam, dan supper atau tengah malam, termasuk bagi karyawan yang ingin membawa bekal.
Setiap shift, ada total 11 chef yang bertanggung jawab untuk memastikan menu sudah sesuai dengan standar perusahaan. Totalnya ada sekitar 22 chef yang dimiliki tim kantin saat ini.
Human Resource & General Affair (HRGA) Superintendent Harita Nickel, Junaidi Arief (kiri) memantau bahan makanan untuk karyawan di area dapur kantin Harita Nickel. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Junaidi memastikan perusahaan sangat detail terhadap makanan karyawan, termasuk soal variasi menu makanan yang disajikan agar karyawan tidak bosan. Perusahaan pun membuat plan menu dengan variasi menu yang berbeda-beda.
“Kami sudah punya plan menu secara bulanannya, sehingga karyawan tidak bosan dan bisa bervariasi, termasuk kita juga ada program live cooking juga untuk sebagai variasi agar karyawan tersebut tidak bosan,” ungkap dia.
Karyawan Harita Nickel mengantre mengambil makanan buka puasa di area kantin. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Terkait tantangan, memasak makanan ribuan karyawan di remote area seperti Pulau Obi, memang tak selalu mudah. Junaidi menuturkan, cuaca dan ombak laut sangat mempengaruhi pasokan bahan pangan.
“Pada saat cuaca kurang bagus mungkin ombak tinggi dan nelayan tidak bisa melaut, misalkan kita seharusnya itu kita dapat suplai ikan, terkadang ini menjadi kendala utama yang mempengaruhi penyediaan menu ikan yang disuplai oleh vendor dari lokal tersebut. Seperti itu sih kendala utamanya,” ujar Junaidi.
Meski begitu, timnya mengusahakan agar gizi karyawan, terutama yang berpuasa, tetap terpenuhi. Hal ini agar mereka bisa menjalankan aktivitas pekerjaan sehari-hari bisa berjalan baik.

Bahan Makanan Disuplai dari Warga Lokal

Petani lokal menyuplai sayur untuk bahan makanan karyawan Harita Nickel. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Sejumlah bahan baku di dapur kantin berasal dari masyarakat sekitar Harita Nickel. Mereka memasok sayur, buah, hingga ikan untuk dikonsumsi ribuan pekerja Harita Nickel setiap hari.
“Berkaitan dengan suplai dari desa sekitar, Harita Nickel memiliki program pemberdayaan masyarakat dari desa di lingkar Obi, misalnya untuk suplai ikan, tahu, tempe, sayur mayur, buah-buahan seperti timun, pare, semangka, melon dan sebagainya, ini kita dapatkan dari Desa Kawasi, Soligi, Laiwui, Jikotamo maupun desa sekitar untuk memenuhi semua kebutuhan perusahaan yang ada di Obi,” jelas Junaidi.
Sementara itu, menurut Panji Setyadi selaku Community Development Superintendent Harita Nickel, suplai bahan makanan ini merupakan hasil kebun petani dan nelayan binaan CSR Harita Nickel di Pulau Obi.
Buah semangka dari hasil kebun petani lokal disuplai untuk makanan karyawan Harita Nickel. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Dengan pendampingan yang diberikan Harita Nickel, kelompok tani maupun kelompok nelayan binaan bisa terus menyuplai sayur, buah, hingga ikan dengan kualitas terbaik untuk dikonsumsi karyawan.
“Kebutuhan dari karyawan ini kan cukup besar ya totalnya terakhir kurang lebih di angka 20 ribu lebih jumlah karyawan sehingga kebutuhan untuk konsumsi tentu sangat besar. Di sekitar perusahaan kan ada petani, ada nelayan yang juga berproduksi yang kita dampingi. Nah ini tentunya pemenuhan kebutuhan makanan tadi kita berharap semaksimal mungkin dari masyarakat di sekitar perusahaan,” ujar Panji.
Petani lokal menyuplai sayur untuk bahan makanan karyawan Harita Nickel. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Panji memastikan Harita Nickel berkomitmen akan terus memberdayakan masyarakat sekitar. Khususnya dalam hal keikutsertaan menyuplai bahan makanan untuk karyawan. Jangka panjang diharapkan dapat terwujud one village one product dari desa-desa dampingan perusahaan.
“Desa-desa di sekitar perusahaan cukup banyak ya, ada kurang lebih 10 desa ring 1 (yang dekat perusahaan). Nah, ini kita akan mendorong desa-desa ini akan memiliki one village one product sehingga nanti ada ada apa namanya suplai ke area kawasan perusahaan dari masing-masing desa,” pungkas Panji.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten