Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kisah Ron DeSantis dan Trump: dari Kawan, Jadi Lawan Berujung Dukungan
22 Januari 2024 13:12 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Bakal calon presiden dari Partai Republik, Ron DeSantis , disorot usai banting setir — menghentikannya pencapresannya untuk pemilu 2024. Padahal DeSantis sempat digadang sebagai salah satu calon utama merebut tiket presiden dari Partai Republik.
ADVERTISEMENT
DeSantis kini memilih untuk mendukung pencalonan Donald Trump , sosok pemimpin yang pernah dimakzulkan dua kali. Trump pernah menjadi saingan utamanya, dan mengejek dirinya dengan beragam julukan.
Acap kali terlibat dalam perbedaan pendapat, DeSantis dan Trump adalah bacapres dari Partai Republik saat ini sedang gencar mencari dukungan di berbagai negara bagian termasuk di Iowa — daerah yang didominasi pendukung partai tersebut.
Namun, setelah hasil survei di Iowa menunjukkan DeSantis berada di urutan kedua bacapres paling favorit Partai Republik setelah Trump — ia pun memutuskan untuk mundur.
Bahkan, ia menyatakan dukungan untuk Trump dibandingkan untuk bacapres dari sesama Partai Republik yang juga nyalon dalam pemilu, Nikki Haley. "Sudah jelas bagi saya bahwa mayoritas pemilih utama Partai Republik ingin memberi Donald Trump kesempatan lagi," ujar DeSantis dalam pernyataan pengunduran dirinya pada Minggu (21/1), seperti dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana kisah DeSantis yang semula adalah lawan Trump kini berbalik menjadi kawan?
Menurut laporan media AS, DeSantis dan Trump sempat berteman dan memiliki hubungan akrab — sebelum DeSantis mencalonkan diri sebagai capres dalam pemilu tahun ini. Pertemanan itu terlihat dari sebuah video yang beredar pada 2018, ketika DeSantis membacakan buku karya Trump untuk putranya yang masih bayi.
Namun, kedekatan tersebut berubah usai DeSantis kian populer. Bahkan, DeSantis untuk mulai diperhitungkan lebih dari sekadar pemimpin regional.
Sejak 2018 sampai sekarang, DeSantis adalah Gubernur untuk Negara Bagian Florida. Ia berhasil menang setelah menerima dukungan dari Trump dalam pemilu awal Partai Republik.
Selama mengemban jabatan tersebut, DeSantis dinobatkan sebagai gubernur berhaluan sayap kanan yang paling agresif dan berprestasi.
ADVERTISEMENT
DeSantis menjadi panutan usai sukses menuntun Florida menyikapi pandemi hingga roda perekonomian di wilayah itu kembali berjalan dengan cepat. Dia juga menerima perhatian nasional karena secara blak-blakan menentang kebijakan dari pemerintah pusat mengenai penanganan pandemi dan tak sungkan mengkritik Joe Biden.
DeSantis juga dikenal dengan sikap anti-LGBT garis keras. Ia telah meratifikasi Rancangan Undang-Undang (RUU) Hak Orang Tua dalam Pendidikan — yang dikenal di kalangan kritikus sebagai UU 'Jangan Katakan Gay'.
Adapun RUU tersebut melarang pengajaran atau diskusi berunsur LGBT di seluruh jenjang pendidikan negeri di penjuru Florida.
Eks perwira di Angkatan Laut AS itu belakangan ini telah meratifikasi UU yang melarang perempuan melakukan aborsi pada enam minggu kehamilan — jangka waktu yang bahkan belum disadari banyak perempuan bahwa mereka hamil.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh, DeSantis juga telah menandatangani UU yang melarang pendanaan negara bagian dan federal untuk program keragaman, kesetaraan, dan inklusi di perguruan tinggi dan universitas negeri. Hal itu dikenal sebagai 'perang budaya' AS.
Sepak terjang DeSantis pada pencalonan presiden bermula saat Trump — kandidat andalan dari Partai Republik, sedang kelimpungan usai diterpa 91 tuntutan pidana dalam 4 kasus terpisah.
Di antara tuntutan pidana yang dihadapi Trump adalah dugaan suap yang melibatkan seorang aktris porno Stormy Daniels jelang pemilu 2017, kekerasan Capitol pada Januari 2021, hingga penyalahgunaan dokumen rahasia milik negara.
Melihat bahwa Trump sedang blunder, di situlah DeSantis tiba-tiba maju dan mengumumkan pencalonannya. Dengan seluruh tantangan yang muncul sejak awal — seperti glitch di platform X saat DeSantis sedang menyampaikan pencalonan untuk pertama kalinya, sehingga suaranya tak terdengar oleh audiens.
ADVERTISEMENT
Hingga akhirnya, pada Mei 2023 DeSantis menyatakan dirinya sebagai bacapres dari Partai Republik dan resmi menjadi saingan Trump. Ia memikul kepercayaan dan harapan dari banyak orang bahwa dirinya dapat menggantikan pria berusia 77 tahun itu.
Bahan Ejekan Trump
Melansir dari media-media AS, Trump acap kali melontarkan ejekan dan julukan aneh kepada DeSantis. Misalnya, usai DeSantis menyebut soal perselingkuhan Stormy Daniels dan Trump di sebuah konferensi pers, Trump menanggapinya dengan ejekan bahwa DeSantis punya orientasi seksual berbeda — hingga dituding pedofil.
Trump bahkan memiliki julukan 'spesial' untuk DeSantis yang acap kali ia gunakan di media sosial, yaitu Ron DeSanctimonious.
"Ron DeSanctimonious mungkin akan mengetahui tentang TUDUHAN PALSU & CERITA PALSU suatu saat nanti, seiring bertambahnya usia, semakin bijaksana, dan semakin dikenal, ketika dia diserang secara tidak adil dan ilegal oleh seorang wanita, bahkan teman sekelasnya yang masih 'di bawah umur' (atau mungkin pria!)," tulis Trump di platform Truth miliknya.
ADVERTISEMENT
"Saya yakin dia ingin melawan orang-orang yang tidak sesuai ini sama seperti saya!" sambung dia.
Kepada media VanityFair tahun lalu, salah seorang teman DeSantis mengatakan, Trump sering menyerang DeSantis baik di depan umum maupun secara pribadi. "Serangan itu berlebihan, tidak loyal, dan tidak tahu apa-apa," kata teman tersebut, seperti dikutip dari ABC.
DeSantis menanggapi berbagai hinaan, sindiran, dan julukan pedas dari Trump tanpa menyerang balik. Strategi inilah yang lalu banyak membuat DeSantis disukai oleh para pendukungnya, tetapi tak cukup banyak untuk mengalahkan dukungan kepada Trump.
ADVERTISEMENT