Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Kisah Sastia Putri, Ilmuwan WNI di Jepang yang Belum Mau Pulang ke Indonesia
24 Februari 2025 11:19 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Indonesia memiliki banyak ilmuwan yang berprestasi di luar negeri. Salah satunya adalah Sastia Prama Putri , ilmuwan asal Jakarta yang menjadi orang asing pertama yang meraih Ando Momofuku Award.
ADVERTISEMENT
Sastia meraih Ando Momofuku Award atas risetnya menemukan senyawa aktif dalam tempe yang bisa menurunkan kolesterol. Namun, rupanya Sastia awalnya tidak pernah sama sekali bercita-cita jadi ilmuwan .
"Waktu kelas SMP-SMA itu aktif banget dan benar-benar kegiatan luar akademik lah, ya. Ya, tadi itu suka dance, suka modeling juga, tapi sebenarnya minat dan bakat saya, tuh, dari kecil memang senang banget sama sains, sama biologi, ya," kata Sastia saat membagikan ceritanya di podcast kumparan DipTalk yang tayang di Youtube kumparan.
Sastia mengatakan, ketika masih duduk di bangku sekolah senang bertanya hal-hal mengenai sains. Ketertarikan Sastia dengan sains itu dilihat oleh ayahnya yang kemudian mendorongnya untuk mengambil jurusan biologi di ITB.
"Jadi akhirnya pindah ke Bandung untuk ambil jurusan biologi di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan kuliah di situ di Bandung 4 tahun. Alhamdulillah menjelang lulus, tuh, dapat tawaran dari pemerintah Jepang, ada program yang namanya UNESCO Inter-University Course for Biotechnology," ungkapnya.
Program tersebut menawarkan pelatihan selama 1 tahun di Jepang bagi peneliti muda untuk belajar dan melakukan riset. Tawaran itu diambil oleh Sastia, hingga akhirnya supervisor Sastia selama di Jepang menawarkan beasiswa penuh dari pemerintah Jepang untuk S2 dan S3.
ADVERTISEMENT
"Tapi syaratnya memang harus pulang dulu ke Indonesia, lalu apply nanti dari Kedutaan Jepang gitu, ya, terus nanti dapat pembekalan, lalu berangkat lagi ke Jepang," ujarnya.
Tahun 2006, Sastia akhirnya kembali lagi ke Jepang untuk menempuh S2 dan S3. Meski demikian, Sastia mengungkapkan ada tantangan yang dihadapi saat menempuh S2 dan S3.
"Waktu itu menjelang akhir-akhir ini, ya, mau lulus, alhamdulillah dikaruniai anak gitu, ya. Jadi hamil, pas mau lulus studi dan pada saat itu aku berpikir awalnya sebenarnya rencana mau pergi ke Amerika atau mau pergi ke Inggris untuk mengambil post doct, tapi ternyata karena punya anak akhirnya menunda dulu, ya, untuk pindah negara, kan. Aku coba dulu untuk cari-cari kerjaan gitu, ya, yang ada di Jepang," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Sastia yang kini memiliki 2 anak ini pada saat itu akhirnya memutuskan untuk bekerja di Jepang demi bisa mendapatkan visa kerja. Ia pun ditawarkan pekerjaan oleh profesor sekaligus mentornya.
"Jadi awalnya enggak niat selama ini di Jepang. Tapi berbagai kejadian episode dalam hidup itu pada akhirnya membuat aku berpikir kayaknya ini masih tempat yang paling bagus gitu untuk aku tinggal," tuturnya.
Kenapa Sastia Belum Mau Kembali ke Indonesia?
Tak terasa, sudah 20 tahun lebih Sastia tinggal di Jepang. Meski masih berstatus sebagai WNI, Sastia belum mau pulang ke Indonesia. Sastia kemudian mengomentari soal pihak-pihak yang mempertanyakan nasionalisme WNI yang lebih memilih tinggal dan berkarier di luar negeri.
"Sebenarnya banyak orang yang menyalahartikan arti nasionalis, ya. Kadang-kadang orang yang bilang kalau orang yang di luar negeri itu enggak nasionalis, kalau kita melihat hampir 2 per 3 dari paper saya itu dengan instansi Indonesia," ungkap Sastia.
ADVERTISEMENT
Lewat dari paper penelitiannya, ia membawa instansi Indonesia berkolaborasi agar penelitian mereka dapat dipublikasikan di Q1 dan Q2 Journal. Q1 dan Q2 adalah tingkatan jurnal internasional, Scopus. (Quartile 1) adalah jurnal internasional yang memiliki kualitas terbaik dan pengaruh paling besar.
"Saya buka pintu lebar-lebar. Saat ini ada 10 mahasiswa Indonesia yang lagi S2 dan S3. Mereka semuanya rata-rata udah punya posisi, ya. Apakah mereka di BRIN, apakah mereka di kampus sebagai PNS. Nantinya mereka akan pulang ke Indonesia. Bukan satu Sastia yang pulang tapi 10, 20, bahkan 50 PhD holder di bidang teknologi akan pulang membangun Indonesia," jelasnya.
Sastia tidak setuju jika WNI yang memilih berkarier di luar negeri dibilang tidak nasionalis. Apalagi, jika WNI itu membawa manfaat yang lebih luas ketika berkarier di luar negeri.
ADVERTISEMENT
"Dan saya punya opsi itu. Enggak semua orang bisa punya opsi untuk kabur aja dulu gitu, kan, ya. Jadi kalau saya merasa bahwa opsi ada dan kesempatan itu ada, dan saya mampu untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya untuk berkontribusi balik ke Indonesia, ya, saya merasa belum waktunya saya pulang," ungkapnya.
"Kecuali nanti kebermanfaatan saya akan jauh lebih dibutuhkan kalau saya ada di Indonesia," lanjutnya.
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara diresmikan Senin (24/2). Danantara dibentuk sebagai superholding BUMN dengan tujuan mengoptimalkan kekayaan negara melalui investasi strategis. Aset yang dikelola Rp 14.659 triliun.