Kisah Sellha Jadi Pasukan Oranye: Temukan Uang Hingga Diikuti Pria

22 Januari 2019 18:07 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:48 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sellha Purba, wanita 21 tahun yang bekerja sebagai petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU). (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sellha Purba, wanita 21 tahun yang bekerja sebagai petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU). (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gerimis siang itu menemani Sellha Purba menjalankan tugasnya menyapu Jalan Boulevard Raya, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Genangan air yang berada di depan Mal Kelapa Gading ia sapu ke arah saluran air.
ADVERTISEMENT
Sesekali anggota Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Kelurahan Kelapa Gading Timur itu meletakkan sapunya, lalu dia menunduk dan memungut sampah yang menyumbat saluran air.
Pekerjaan Sellha memang terasa lebih berat saat hujan turun. Selain menyapu sampah yang ada di jalan, ia juga harus memastikan tidak ada sampah yang menyumbat saluran air.
“Kalau hujan pekerjaan saya seperti ini. Sering kecipratan air,” kata Sellha.
Sellha sudah tiga tahun bekerja sebagai anggota PPSU alias pasukan oranye. Selama itu ia ditempatkan sebagai penyapu jalan. Anak kelima dari tujuh bersaudara itu setiap hari bekerja dari pukul 04.00 WIB-08.00 WIB, lalu dilanjutkan pukul 13.00 WIB-17.00 WIB.
Sellha Purba, pasukan oranye Kelurahan Kelapa Gading Timur. (Foto: Facebook/Sellha Purba)
zoom-in-whitePerbesar
Sellha Purba, pasukan oranye Kelurahan Kelapa Gading Timur. (Foto: Facebook/Sellha Purba)
Sellha mengaku merasa malu saat pertama bekerja sebagai PPSU. Ia begitu tertutup saat menjalankan tugasnya tersebut.
ADVERTISEMENT
“Pas awal-awal itu tertutup banget, pakai masker, pakai tutupan leher, pokoknya terutup banget. Tapi sekarang enggak, sudah biasa,” kata gadis 21 tahun ini.
PPSU menjadi pekerjaan pertamanya sejak lulus SMA pada 2016. Selama bekerja, ia banyak mendapat pengalaman menarik.
Sellha bercerita ia kerap menemukan uang di tengah tugasnya menyapu. Uang itu kemudian ia ambil dan digunakan untuk mentraktir rekan-rekannya sesama anggota PPSU.
“Paling besar Rp 50 ribu. Uangnya saya ambil, terus dipakai beli kopi sama teman-teman yang lain,” ucap Sellha yang bergaji Rp 3,9 juta/bulan ini.
Ia juga pernah diberi ponsel oleh seorang juragan bakmi. Menurut Sellha, ponsel itu diberikan karena rasa kagum pria tersebut atas kerja Sellha. Bukan hanya memberi ponsel, pria tersebut juga menawarkan pekerjaan untuk Sellha. Namun, Sellha memilih untuk tetap bekerja sebagai PPSU.
Sellha Purba, pasukan oranye Kelurahan Kelapa Gading Timur. (Foto: Facebook/Sellha Purba)
zoom-in-whitePerbesar
Sellha Purba, pasukan oranye Kelurahan Kelapa Gading Timur. (Foto: Facebook/Sellha Purba)
Ini HP-nya, tapi sudah mulai rusak sih ini. Sudah lama soalnya,” kata Sellha sambil memperlihatkan ponsel tersebut.
ADVERTISEMENT
Menjadi perempuan penyapu jalan, juga membuat Sellha kerap digoda oleh pria di tempat ia bertugas. Namun, godaan itu tidak ia tanggapi serius. Ia cuek dan tetap menjalankan kewajibannya.
“Ada aja cowok yang lewat gitu manggil-manggil, orang proyek gitu, pada manggil, Neng-neng gitu. Saya ya cuek aja. Kan saya kerja,” kata Sellha.
Namun, di antara semua godaan yang pernah ia alami, Sellha mengaku ada yang membuatnya takut. Pria itu awalnya menawarkan tumpangan untuk Sellha yang baru berangkat kerja pagi hari. Namun tawaran itu ditolak. Bukan pergi menjauh, pria itu justru mengikuti Sellha.
“Ada yang mencurigakan, (dia) pakai mobil pick up gitu yang kacanya enggak kelihatan. Awalnya saya mengira dia mau belajar mobil. Eh, tiba-tiba dia berhenti di samping saya, pas saya jalan, dia ngikutin, dia nanya ‘mau ke mana?, saya mau ke taman kan. Dia bilang, ‘ayo ikut saya aja’, gitu,” ucap Sellha mengingat kejadian tersebut.
Sellha Purba, pasukan oranye Kelurahan Kelapa Gading Timur. (Foto: Facebook/Sellha Purba)
zoom-in-whitePerbesar
Sellha Purba, pasukan oranye Kelurahan Kelapa Gading Timur. (Foto: Facebook/Sellha Purba)
“Itu situasi masih pas subuh ya, saya pasti takut karena mencurigakan banget. Akhirnya saya jalan buru-buru saya lari ke tempat parkiran taksi gitu, ke tempat ramai,” lanjut Sellha.
ADVERTISEMENT
Sellha mengadukan kejadian itu ke pengawasnya. Sejak itu Sellha selalu didampingi satu rekannya dalam menjalankan tugas. Padahal biasanya Sellha dilepas sendiri.
“Langsung sama pengawas satu orang suruh temanin saya. Takut kejadian apa-apa. Tapi sekarang si udah enggak,” kata Sellha.
Suka dan duka yang terjadi selama bekerja sebagai PPSU itu tidak membuatnya berhenti. Ia mengaku akan tetap bertahan menjadi pasukan oranye hingga tak ada lagi yang menggunakan jasanya.
“Enggak apa-apa (kerja PPSU), berhasil itu bukan harus kerja di tempat enak. Kalau kata saya, berhasil itu bagi saya bisa ngebanggain orang tua, saat dia mau apa, ya saya penuhin,” tutup Sellha.