news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Siti Nurbaya Bakar Cegah Kebakaran Hutan: Pidato Jokowi dan Singapura

21 Oktober 2020 19:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri LHK Siti Nurbaya dalam video conference soal penerimaan pendanaan USD 103,8 juta karena Indonesia sukses menekan deforestasi. Foto:  Dok. KLHK
zoom-in-whitePerbesar
Menteri LHK Siti Nurbaya dalam video conference soal penerimaan pendanaan USD 103,8 juta karena Indonesia sukses menekan deforestasi. Foto: Dok. KLHK
ADVERTISEMENT
Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar membagikan cerita mengenai upayanya dalam meredakan dampak dari kebakaran hutan yang banyak terjadi sepanjang tahun 2019 lalu.
ADVERTISEMENT
Siti Nurbaya Bakar bahkan menyebut upaya mati-matian harus dilakukannya bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto agar peristiwa kebakaran hutan tidak mengganggu pidato Presiden pada bulan Agustus 2019.
"Tahun lalu saya mati-matian ngejagain untuk itu tidak terjadi atau kebakaran hutan kemarin waktu pidato Agustusan itu juga saya mati-matian ngejagainnya karena pada tanggal 11-12-13 agustus tuh kabar gila-gilaan asapnya, ini kita mati-matian bersama Panglima TNI supaya pada tanggal pidato Presiden itu tidak terjadi kebakarannya," ujar Siti dalam forum diskusi denpasar secara daring, Rabu (21/10).
Presiden Joko Widodo melapas masker saat akan memberikan sambutan di HUT ke-22 PAN secara virtual. Foto: Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
Belajar dari kejadian tersebut, Siti yang tak ingin kembali direpotkan dengan adanya kebakaran hutan tersebut langsung mengambil sejumlah langkah pencegahan.
Reformasi secara struktural hingga pencegahan dengan melakukan perbaikan tata kelola lapangan ditempuh pihaknya untuk memastikan karhutla tak timbul lagi tiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
"Jadi pak Presiden Jokowi itu punya karakter juga dari sisi nilai yaitu melakukan reformasi secara struktural, melakukan pencegahan, bahwa ini ternyata bukan hanya soal apinya tapi soal landscape dari gambut, tata kelola, kemudian lagi terus sampai di akhir Oktober kami di lapangan bersama-sama dan petunjuk-petunjuk presiden tuh langsung dari lapangan. Kolaborasi di situ nilai-nilainya juga keluar," ucap Siti.
Petugas Manggala Agni berusaha memadamkan kebakaran lahan gambut di Pekanbaru, Riau, Selasa (19/3). Foto: ANTARA FOTO/Rony Muharrman
Komentar pedas dunia Internasional termasuk negara tetangga akibat kiriman asap dari Indonesia, kata Siti, juga menjadi acuannya dalam melakukan perbaikan untuk mencegah munculnya kembali kebakaran hutan.
"Kerasa juga di internasional saya gara-gara 2015 asap itu tekanan internasional kepada Indonesia gila-gilaan dan terus diejek terus, dikata-katain terus apalagi Singapura tuh negara kecil tapi sok tau banget itu selalu mengejek dan itu menjadi reda ketika di tahun 2017 kita betul-betul rapih ngeberesinnya itu," beber Siti.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, melalui langkah pencegahan hingga antisipasi melalui langkah modifikasi cuaca, diklaim Siti berhasil menekan munculnya titik panas (hotspot) hingga 8 persen.
"Pada tahun ini apinya tinggal 8% sampai 9%, hotspotnya itu tinggal 8 sampai 9%. Jadi nggak bener juga Kalo dibilang karena iklim, karena iklimnya tetap kita ikutin jadi saya setiap hari sore pagi tuh ngikutin datanya dan sejak bulan April Mei dan kemarin makin kenceng di agustus kita lakukan modifikasi cuaca," kata Siti.