Kisah Sofyan Tsauri, Mantan Teroris yang Pernah Tampung 10 Anggota JI

19 Mei 2018 21:45 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi teroris. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi teroris. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Tak disangka, seorang anggota kepolisian bisa terjerumus ke dalam kasus terorisme. Hal inilah yang pernah dialami oleh Sofyan Tsauri. Polisi dengan pangkat terakhir Bripka ini pernah desersi dari kepolisian untuk bergabung dengan jaringan Teroris Dulmatin alias Amar Usmanan.
ADVERTISEMENT
Tak tanggung-tanggung, selain bergabung, Sofyan juga turut menampung dan menafkahi 10 orang dari jaringan teroris Bom Bali tersebut. Ia menyebut, 10 orang yang ia tampung itu, merupakan korban penipuan dari salah seorang Anggota FPI di Banda Aceh, yang gagal memberangkatkan mereka ke Palestina.
“Cuma 10 orang saja yang boleh, karena enggak kuat saya lebih dari itu,” ucap Sofyan, di rumah Orang tuanya, Cimanggis, Depok, Sabtu (19/5).
Beberapa di antara 10 orang tersebut merupakan nama besar di balik organisasi teroris Jemaah Islamiyah. Selain Dulmatin, ada juga Abdulah Sonata yang memiliki keahlian membuat bom termos, dan Haidir Hasan teroris yang terbunuh di Bandung.
Untuk mereka, Sofyan memberikan sejumlah fasilitas berupa kontrakan serta kebutuhan makan. Bahkan ia memerintahkan istrinya untuk memasak lebih banyak, agar menghemat pembiayaan.
ADVERTISEMENT
Adapun, kala itu kontrakan mereka berada di belakang Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat. Sofyan juga mencoba memberikan dauroh kepada mereka.
Sofyan Tsauri. (Foto: Andreas Ricky Febrian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sofyan Tsauri. (Foto: Andreas Ricky Febrian/kumparan)
“Kontrakanya mereka belakang Gunadarma persis. Saya kontrakan 2 kamar, dan saya bayar langsung, dan kontrakanya 350 rebu,” ucap Sofyan.
Sofyan mengaku, saat itu ia memiliki penghasilan yang lebih sehingga bisa menyokong kehidupan para buron polisi ini.
“Dulu saya banyak duit, makanya saya bisa biayai banyak orang. Karena bisnis saya masih maju. Dulu airsoft gun belum dilarang seperti sekarang,” kenangnya.
Kini, Sofyan yang mengaku telah bertaubat mengecam mereka yang menilai bahwa aksi teror merupakan rekayasa. Sebab, menurutnya, adanya doktrin dan pemahaman radikal itu hidup di dalam dirinya.
ADVERTISEMENT
“Buktinya orang-orang seperti kita ini ada, doktrinnya ada, ajaran-ajaran takfir ini ada. Makanya, penyelesaian terorisme tidak pernah tuntas karena selalu ada yang bilang ini rekayasa,” pungkas Sofyan.