Kisah Somad dan Anak-anak Jalanan Bekasi di Sekolah Kami

27 April 2018 18:47 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kerajinan tangan murid sekolah kami. (Foto: Irishta Tamzil/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kerajinan tangan murid sekolah kami. (Foto: Irishta Tamzil/kumparan)
Somad (14), anak jalanan asal Bekasi terpilih untuk mewakili Indonesia di ajang Street Child World Cup 2018 di Rusia pada Mei 2018 mendatang. Somad saat ini tengah giat berlatih sepak bola bersama dengan teman-temannya.
ADVERTISEMENT
Selain latihan, Somad juga mengisi kegiatannya dengan sekolah. Dia bersekolah di SMP swasta untuk mengejar paket B, dan di Sekolah Kami.
Di Sekolah Kami, Somad bukan hanya diajarkan mata pelajaran seperti biasanya. Di sana Somad juga diajarkan untuk mandiri dengan membuat berbagai kerajianan tangan. Hasil kerajinan itu nantinya bisa dijual dan uangnya ditabung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Somad dari Tim Garuda Baru. (Foto: Marissa Krestianti/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Somad dari Tim Garuda Baru. (Foto: Marissa Krestianti/kumparan)
kumparan (kumparan.com) mengunjungi Sekolah Kami di kawasan Bekasi pada Senin (24/4). Dari luar, sekolah itu terlihat biasa saja, pintu masuknya pun dari bambu.
Cuaca mendung membuat sekolah itu terasa semakin sejuk, mata akan disuguhkan pemandangan saung, danau, dan pondok yang hampir keseluruhannya terbuat dari kayu, sedangkan lantainya dilapisi semen. Di dalam kelas hanya ada meja, kursi dan papan tulis.
ADVERTISEMENT
Sekolah Kami adalah kelompok belajar bagi anak-anak pemulung dan kaum dhuafa. Selain belajar mata pelajaran, di sini anak-anak juga diajarkan kerajinan tangan seperti merajut, membuat daur ulang, hingga melukis tas kanvas.
Tatiana, salah satu pengajar di Sekolah Kami mengatakan para pengajar di Sekolah Kami adalah relawan.
"Yang ngajarin gurunya masing-masing, tapi kalau ngerajut kita memang ada volunteer. Itu dia di daerah Cipete, dia ke sini tiap hari Selasa, ngajar anak-anak ngerajut," kata Tati saat ditemui kumparan (kumparan.com), Senin (23/4).
Kerajinan tangan murid sekolah kami. (Foto: Irishta Tamzil/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kerajinan tangan murid sekolah kami. (Foto: Irishta Tamzil/kumparan)
Kerajinan tangan dikerjakan oleh murid SD sampai SMP sesuai dengan kelasnya masing-masing.
"Ada yang bikin daur ulang kertas, jadi (anak) yang kecil-kecil bisa nyetak kertas kan terus bikin kartu," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Hasil kerajinan murid Sekolah Kami nantinya akan dijual dan uangnya ditabung untuk kebutuhan anak murid tersebut.
Proses penjualannya juga beragam, ada yang dilakukan saat bazar, ada juga yang dijual secara online via WhatsApp ke rekan-rekan relawan.
Kerajinan tangan murid sekolah kami. (Foto: Irishta Tamzil/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kerajinan tangan murid sekolah kami. (Foto: Irishta Tamzil/kumparan)
"Kalau misalnya lagi ada acara, kita buka bazar, taruh di meja. Bazarnya di sini (sekolah) karena tamu yang datang. Kadang kita via WA, alhamdulillah ada aja (pembeli), “ ucap Tatiana.
Hasil kerjinan tangan dijual dari harga Rp10 ribu sampai Rp100 ribu, mulai dari amplop sampai tas kanvas.
Imam salah satu murid kelas tiga di Sekolah Kami mengaku senang dengan adanya kegiatan kerajinan tangan.
"Senang. Bikin kerajinan daur ulang, kertas diblender terus taruh di triplek. Udah ada yang beli, Bu guru yang jual" ungkapnya.
ADVERTISEMENT