Kisah Tanzania yang Remehkan COVID-19: Cuma Andalkan Doa Tanpa Tindakan

8 Februari 2021 19:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi masyarakat Tanzania. Foto: AFP/ERICKY BONIPHACE
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi masyarakat Tanzania. Foto: AFP/ERICKY BONIPHACE
ADVERTISEMENT
Tanzania selama berbulan-bulan mengeklaim bebas COVID-19. Pemerintah setempat menolak lockdown atau tindakan pencegahan lain dan berharap hanya pada doa.
ADVERTISEMENT
Kini klaim pemerintah Tanzania mulai dipertanyakan. Sebab, enam orang pejabat tinggi daerah otonomi khusus Zanzibar meninggal akibat pneumonia yang diduga dipicu COVID-19. Bahkan Wapres Zanzibar sudah mengakui terinfeksi corona.
"COVID-19 sudah membunuh warga kami dan kami melihat banyak kasus tapi kami tidak bisa berbicara soal penyakit itu di negara ini," kata seorang dokter di ibu kota Dar es Salaam, yang namanya minta dirahasiakan karena alasan keselamatan.
Presiden Tanzania John Magufuli. Foto: Reuters/Thomas Mukoya
Negara tetangga Tanzania sudah melakukan berbagai cara berupa lockdown hingga penutupan perbatasan demi mencegah masuknya wabah. Tidak demikian dengan Tanzania, Magufuli terus menganggap virus itu sudah hilang dari tanah Tanzania.
Magufuli pernah berkata bahwa terakhir kali virus itu muncul yaitu pada April 2020. Ia percaya karena doa negaranya selamat dari pandemi COVID-19.
Presiden Tanzania John Magufuli Foto: SIMON MAINA / AFP
"Itu sebabnya tidak ada yang pakai masker di sini, apa kalian pikir kami takut mati?" kata Magufuli ketika ditanya soal bahaya virus corona, demikian dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
Magufuli bukan cuma terus menerus membantah adanya virus corona. Lewat kekuasaannya yang absolut dia melarang publikasi media mengenai penyakit berbahaya tanpa izin pemerintah.

Warga 'Melawan' Pemerintah

Ilustrasi perempuan Tanzania. Foto: AFP
Sikap Magufuli yang meremehkan corona, nyatanya tidak diterima oleh beberapa lapisan warga. Masyarakat Tanzania tanpa ada anjuran resmi dari pemerintah, terlihat menjalankan protokol kesehatan dengan sendirinya.
Laporan kantor berita AFP, warga Tanzania banyak terlihat memakai masker. Bahkan beberapa di antaranya mengakui takut atas bahaya COVID-19.
"Hal ini sudah menyerang kami dan pemerintah tidak mau mengakui dan menerima," kata seorang warga, Kuluthum Husein, yang nampak terus memakai masker di tempat umum.
"Ada empat orang kenalan saya yang meninggal karena pneumonia di waktu berdekatan, saya harus menjaga nyawa saya," sambung dia.
ADVERTISEMENT
Pada Januari lalu Institut Staten Denmark (SSI) melakukan penelitian mengenai varian virus corona Afsel, yang dikenal lebih menular. Hasilnya, dua pelancong yang baru kembali dari Tanzania tertular varian baru itu.
Mengetahui fakta tersebut, pemerintah Inggris resmi melarang penerbangan dari Tanzania.
Sedangkan Gereja Katolik Tanzania sudah meminta pengikutnya menjaga diri dan melakukan protokol kesehatan ketat.
"Kami punya alasan kuat untuk selalu berjaga-jaga dan berdoa pada Tuhan agar kami bertindak pada pandemi ini," kata surat resmi Gereja Katolik Tanzania.