Kisah Tragis Bidan Sweetha: Dibunuh Tunangan; Pelaku Diminta Dihukum Mati

19 Maret 2022 5:50 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ucapan duka IBI Sleman Tengah atas meninggalnya Sweetha Kusuma Gatra Subardiya. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ucapan duka IBI Sleman Tengah atas meninggalnya Sweetha Kusuma Gatra Subardiya. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Nasib tragis menimpa bidan Sweetha Kusuma Gatra Subardiya (33). Ia dibunuh dan mayatnya dibuang di jembatan Tol Semarang-Bawen di wilayah Susukan, Banyumanik, Kota Semarang.
ADVERTISEMENT
Pelakunya tak lain adalah orang terdekatnya, sang kekasih sekaligus tunangannya, Dony Christiawan Eko Wahyudi (31). Aksi sadis Dony tak hanya ditujukan kepada Sweetha.
Beberapa waktu sebelumnya, ia membunuh anak laki-laki Sweetha, Muhammad Faezya Alfarisqi (5) dan juga membuangnya di bawah Jembatan Susukan Tol Semarang-Bawen KM 426.
Sweetha atau yang akrab disapa Tata oleh rekan sejawatnya, merupakan single parent. Ia menitipkan anak laki-lakinya itu kepada tersangka pada Februari lalu karena kesibukan. Namun nasib berkata lain. bocah malang tersebut tewas di tangan calon ayahnya.
Ilustrasi pembunuhan. Foto: Shutterstock
Meski single parent, Sweetha dikenal rekan-rekannya sebagai sosok yang supel dan ceria. Tak sedikitpun dia menampakkan ada kesedihan maupun masalah.
"Enggak ada (cerita), karena sebenarnya orangnya itu apa ya hummble ceria. Dia sebenarnya supel gitu lho jadi enggak tahu kalau ada masalah di situ juga kita nggak tahu," jelas Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Ranting Sleman Tengah Dwi Rahmawati, dihubungi, Kamis (17/3).
ADVERTISEMENT
Sweetha merupakan salah satu anggota dari organisasi ini. Ia merupakan bidan Rumah Sakit Mitra Sehat, Gamping, Sleman.
Sementara, nasib Dony meringkuk di balik jeruji usai ditangkap pada Rabu (16/3). Ia dijerat pasal berlapis. Mulai dari Undang-undang Perlindungan Anak hingga Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan berencana.
"Kalau pembunuhan berencana itu bisa 15 tahun sampai seumur hidup (penjara)," kata Direskrimum Polda Jateng, Kombes Djuhandhani Rahardjo Puro, di kantornya, Jumat (18/3).

Motif Pembunuhan

Tampang Dony Christiwan Eko (31) pembunuh sepasang ibu dan anak, yang mayatnya dibuang di bawah jembatan Tol Semarang-Bawen. Foto: Intan Alliva/kumparan
Polisi mengungkap motif pembunuhan terhadap bidan Sweetha karena Dony cemburu dan kalut aksi pembunuhan terhadap anak Sweetha diketahui.
Awalnya, Dony terus didesak Sweetha untuk menunjukkan kondisi anaknya itu yang dititipkan karena kesibukan. Sweetha menitipkan anak keduanya yang masih berusia 5 tahun ke Dony yang berada di Semarang.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Dony di Semarang masih memiliki istri dan anak. Sweetha tak tahu anaknya itu telah dibunuh Dony. Bocah malang itu tewas pada 20 Februari 2022 di rumah tersangka. Ia disekap, disiksa dan dibiarkan kelaparan hingga mati lemas.
Dony melakukan itu karena takut ketahuan dengan istrinya. Sehingga, Faezya hanya ditaruh di suatu ruangan di rumah Dony hingga tewas, kurang lebih selama sepekan. Dony lalu membuangnya dari jembatan tol dengan kondisi telanjang.
Ilustrasi TKP pembunuhan. Foto: Getty Images
Lantaran tak kunjung mendapat kabar tentang anaknya itu, Sweetha terus mendesak agar diizinkan menemui anaknya. Donny pun menyanggupi dan keduanya bertemu di sebuah hotel di Kota Semarang pada 7 Maret
Selain bingung mempertemukan Sweetha dengan anaknya yang sudah dibunuh, Dony juga merasa cemburu lantaran Sweetha sempat menyapa seseorang saat mereka bertemu. Sweetha pun lantas dicekik Dony hingga kehabisan napas.
ADVERTISEMENT
"Jadi waktu di jalan itu si korban sempat melambaikan tangan kepada seseorang dan cemburulah pelaku. Motifnya ada dua, cemburu dan diminta dipertemukan dengan anaknya," kata Djuhandani.
Sementara, Dony nekat membunuh anak Sweetha lantaran kesal korban kerap menangis dan rewel, sehingga takut keberadaan anak malang itu diketahui istri sahnya.
"Karena anaknya ada sakit, jadi rewel atau nakal atau seperti apa. Pelaku kesal lagi disiksa sedemikian rupa hingga meninggal," ungkap Djuhandani.

Pengakuan Dony

Tampang Dony Christiwan Eko (31) pembunuh sepasang ibu dan anak, yang mayatnya dibuang di bawah jembatan Tol Semarang-Bawen. Foto: Intan Alliva/kumparan
Saat dihadirkan dalam konferensi pers Polda Jateng, Dony yang merupakan tenaga kesehatan di salah satu rumah sakit di Kota Semarang ini, masih bisa menjawab pertanyaan yang diajukan awak media dengan tenang.
Ia mengakui seluruh kejahatannya terhadap bidan Sweetha. Dony juga mengungkapkan bagaimana cara membunuh dan membuang mayat kekasih dan anak kekasihnya itu.
ADVERTISEMENT
"Tak cekik, tak taruh sarung tak buang di tol (Saya cekik, saya bungkus menggunakan sarung dan saya buang di tol)," kata warga Desa Sumber Girang, Lasem, Kabupaten Rembang itu, Jumat (18/3).
Pria beristri ini juga mengakui telah membunuh Faeyza. Bahkan hingga detik ini Sweetha belum mengetahui anaknya turut menjadi korban kekejaman kekasihnya itu.
"Jaraknya sedikit (pembunuhan 1 ke pembunuhan 2) selisih 2 minggu. Enggak dikasih tahu ibunya (Faeyza tewas)," ungkap Dony.

Dony Diminta Dihukum Mati

Ilustrasi hukuman mati. Foto: Dariush M/shutterstock
Duka mendalam dirasakan keluarga bidan Sweetha. Mereka kehilangan kata-kata usai mengetahui pembunuh Sweetha dan anaknya adalah sang tunangan yang tentu sudah dikenalkan secara baik-baik kepada pihak keluarga.
"Sama Dony itu sudah tunangan lamaran itu. Wong itu juga sama keluarga sudah dikenalkan. Itu sudah dari tahun 2021 kemarin," kata kakak sepupu Sweetha, Yudha Rahmanto, dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (18/3).
ADVERTISEMENT
Pihak keluarga meminta polisi dan pengadilan menjatuhi hukuman mati kepada Dony.
"Ya (hukuman) mati lah (untuk Donny)," tegasnya.
Lokasi penemuan tengkorak dan tulang belulang diduga anak korban pembunuhan di bawah jembatan tol Semarang-Bawen. Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
Hal senada juga diutarakan Yunita Adhiarini, salah seorang bidan yang juga rekan Sweetha. Ia meminta agar hukum ditegakkan. Hukuman yang paling pantas untuk Dony menurutnya hukuman mati.
"Penginnya dihukum seberat-beratnya dengan apa yang sudah dilakukan dengan menghabiskan 2 nyawa. Hukum mati saja kalau bisa. Kita sebagai teman merasa bener-benar kehilangan teman seperti Mbak Sweetha," ujarnya saat dikonfirmasi, Jumat (18/3).
Yunita sempat bekerja bersama dengan Sweetha. Selama ini Sweetha dikenal sebagai sosok yang humoris dan menyenangkan. Dia juga sosok yang bertanggung jawab dalam pekerjaan.
"Urusan pekerjaannya selama kerja dulu orangnya entengan (suka membantu), enak diajak kerja tim," pungkasnya.
ADVERTISEMENT