Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kisah Tragis Enen yang Tewas di Tangan Suaminya di Kamboja
29 Maret 2018 6:50 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT
Bau busuk tercium dari kamar nomor 172 di Hometown Suite Hotel, Phnom Penh, Kamboja , akhir pekan lalu. Saat didobrak, petugas dikejutkan oleh tubuh seorang wanita paruh baya yang sudah tak bernyawa.
ADVERTISEMENT
Dari KTP-nya, diketahui wanita berusia 47 bernama lengkap Enen Cahyati ini merupakan warga negara Indonesia yang tinggal di Jagakarsa, Jakarta Selatan. Enen datang menginap bersama seorang pria asal Illinois, Amerika Serikat, Bilal Abdul Fateen, sejak 19 Maret lalu.
Dari hasil otopsi, penyidik kepolisian setempat menyimpulkan Enen meregang nyawa akibat dicekik. Polisi pun bergerak, memburu Bilal yang rupanya telah kabur dari lokasi kejadian.
Hanya berbekal KTP yang ditemukan, pihak KBRI di Kamboja berusaha mencari keluarga Enen di Indonesia. Dari sanalah, diketahui Bilal yang diduga membunuh Enen rupanya adalah suaminya.
"Kami ke TKP, ke hotel, dan yang paling penting menghubungi keluarganya di Indonesia. Menurut keluarga, pelaku adalah suami korban," kata Kuasa Hukum Ad Interim di Kedutaan Besar RI di Kamboja Nelson Simorangkir kepada kumparan (kumparan.com ), Rabu (28/3).
Di Indonesia, Insya Maulida, putri Enen, terkejut ketika utusan KBRI datang ke rumahnya dan mengabarkan kematian Enen yang begitu mendadak. Saat itu, Insya tidak diberi tahu penyebab kematian Enen. Insya justru tahu masalah pembunuhan Enen dari pemberitaan di media Kamboja.
ADVERTISEMENT
Saat ditemui kumparan di rumahnya, Insya menceritakan perjalanan asmara Enen dengan Bilal yang berakhir tragis. Perkenalan Enen dengan Bilal, rupanya berawal dari sebuah situs pencari jodoh, muslima.com, pada tahun 2014. Tidak lama, kedua kemudian melakukan kopi darat di Hotel Ibis, Sarinah.
Saat itu, Enen sempat diinterogasi dan dilarang pulang oleh Bilal. Padahal, saat itu status mereka belum sebagai pasangan suami istri dan belum sah untuk tinggal berduaan. Saat itu, Bilal memang sempat mengajak Enen untuk menikah namun ditolak. Pasalnya, Enen tidak ingin dipoligami.
"Mama saya diinterogasi. Mama saya cerita, enggak boleh pulang semalaman. Mama saya enggak tidur, terus dia (Bilal) minta izin katanya mau nikah lagi. Padahal mereka belum nikah. Mama saya enggak mau dipoligami, akhirnya mama saya diusir," kata Insya.
ADVERTISEMENT
Sepekan setelah pertemuan tersebut, Bilal kembali menghubungi Enen. Pria 66 tahun ini harus berurusan dengan pihak kepolisian karena melakukan kekerasan kepada istri pertamanya.
"Seminggu setelah itu mama saya ditelepon, katanya Bilal lagi di Polsek daerah Thamrin, minta tolong. Mama saya mengurus dia dipenjara selama 3 tahun, dia divonis 7 tahun, akhirnya dapat pembebasan bersyarat tahun kemarin," kata Insya.
Entah apa yang membuat Enen akhirnya luluh pada Bilal. Keduanya lantas menggelar pernikahan secara siri di Rutan Salemba pada tahun 2015. Selama dibui, Bilal sebenarnya sudah beberapa kali dipindahkan. Awalnya ia ditahan di Polda Metro Jaya, kemudian dipindahkan ke Cipinang dan Gunung Sidur karena terus berulah.
“Bahkan kalau bikin masalah terus dia akan dipindahkan ke Nusakambangan," kata wanita 25 tahun ini.
ADVERTISEMENT
Menurut Insya, pernikahan Bilal dengan ibunya tidak sepenuhnya dilandasi cinta. Sebab, Insya menduga Bilal sengaja menikahi ibunya agar bisa mendapat keringanan dan keluar dari penjara.
"Mungkin si Bilal udah cari informasi, kalo dia mau dapat pembebasan bersyarat dia harus nikah dengan orang sini. Minimal istri sah, nah mamah saya tuh diajak istri sah," kata Insya.
Sebenarnya, pihak Kedutaan Besar AS di Jakarta sudah pernah menolak memberikan jaminan pembebasan Bilal. Namun, Enen justru bersikeras mau memberikan jaminan agar Bilal bisa menghirup udara segar.
Insya dan keluarganya hanya bisa heran dan menyimpan prasangka. Mencoba menebak-nebak alasan Enen bersedia menjadi satu-satunya orang yang memberikan jaminan bagi Bilal.
"Cuma mamah saya itu bagaimana ya, otaknya dicuci atau memang diancam," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Lepas dari penjara, Bilal rupanya tidak jera. Bukannya berterima kasih, ia justru melakukan kekerasan terhadap Enen yang saat itu telah sah menjadi istrinya. Bilal bahkan tidak segan melakukan kekerasan di depan Insya serta di tempat umum.
"Di depan keluarga saja dia (Bilal) berani mukulin mamah saya. Ada yang pernah melihat di Blok M, mamah saya lagi diseret-seret," kata Insya.
Sebenarnya, selama dua tahun, Insya sudah curiga ada yang ‘salah’ dengan ayah tirinya itu. Ia menduga, Bilal memiliki kepribadian ganda karena sering berbicara dengan diri sendiri.
"Mamah cerita sama saya. Dia (Bilal) suka ngomong sendiri. Ngomong kayak percakapan dengan diri sendiri," lanjut Insya.
Suatu hari, Bilal terlihat linglung. Dia bahkan masih merasa hidup di tahun 1900-an.
ADVERTISEMENT
"Ini tahun berapa? Ini waktu aku kehilangan istri aku," kata Insya menirukan perkataan Bilal.
Meski demikian, di mata Insya, Bilal adalah orang yang memiliki banyak uang. Padahal, Bilal adalah seorang pengangguran. Suatu saat, Bilal pergi ke Bali untuk mencari pekerjaan. Ia pulang dengan membawa uang Rp 30 juta, entah dari mana.
"Dia sempet ke Bali pulang bawa duit Rp 30 juta. Mungkin dia bisnis narkoba kali ya," katanya.
Kepergian Enen ke Kamboja pun sebenarnya atas paksaan Bilal. Bilal mengaku, kepergiannya tersebut dalam rangka keperluan bisnis. Insya heran, pasalnya menurut Kedubes AS paspor Bilal sudah diblokir karena statusnya masih pembebasan bersyarat. Entah bagaimana, keduanya tetap berangkat pada 15 Maret 2018.
"Dia tuh mau ke Kamboja, Singapura, sama Malaysia kata Mama saya. Makanya kalau mau nyari, dia paling kalau enggak ke Singapura, ya ke Malaysia. Karena emang negara tujuan dia tiga negara itu," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Namun, sayang, kepergian Enen ke Kamboja tersebut justru menjadi akhir dari perjalanan hidupnya. Enen tewas, meninggalkan anaknya di kampung halaman yang masih mengharapkan secercah keadilan. Mereka ingin Bilal ditemukan dan mendapat hukuman.