Kisah Tukang Bubur Kacang Ijo Naik Haji Setelah 12 Tahun Menunggu

17 Juli 2022 22:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warsini, tukang bubur naik haji.  Foto: Kemenag RI
zoom-in-whitePerbesar
Warsini, tukang bubur naik haji. Foto: Kemenag RI
ADVERTISEMENT
Tukang bubur naik haji bukan kisah yang hanya ada di sinetron. Warsini (60), membuktikan seorang tukang bubur juga bisa memenuhi panggilan Allah ke Tanah Suci untuk berhaji.
ADVERTISEMENT
Jemaah haji asal Balikpapan, Kalimantan Timur, itu bercerita sejak muda memang bercita-cita ingin naik haji. Dia merantau dari tanah kelahirannya di Kediri, Jawa Timur, ke Balikpapan.
Warsini memutuskan berjualan bubur kacang ijo, bubur ketan item, dan bubur sumsum dibantu suami, setelah sang suami berhenti sebagai karyawan perusahaan sementara anak-anaknya masih kecil.
“Sehari-hari saya jualan bubur kacang ijo, bubur ketan item, bubur sumsum. Saya yang jualan, suami bantu-bantu. Dulu suami pernah kerja di perusahaan, sudah berhenti, sementara anak masih kecil-kecil,” tutur Warsini dalam rilis Kemenag, Kamis (15/7).
Warsini bertahun-tahun menyisihkan penghasilannya untuk memenuhi setoran awal haji sebesar Rp 25 juta, sehingga dia masuk antrean untuk pergi ke Tanah Suci.
ADVERTISEMENT

Jumat Berkah

Jemaah haji RI laksanakan Tawaf di Masjidil Haram. Foto: Muhammad Iqbal/kumparan
Ibu anak tiga dan sudah memiliki cucu ini bercerita sejak memulai usaha, sudah mencanangkan program Jumat Berkah. Pada hari-hari biasa harga setiap porsi buburnya dihargai Rp 7.000, maka setiap Jumat menjadi Rp 5.000. Ia pun menggratiskan buburnya bagi orang yang ingin makan bubur tapi tidak punya uang.
“Setiap Jumat saya punya program Jumat berkah, saya turunkan harga jualannya, di hari biasa saya jual Rp 7.000 setiap Jumat jadi Rp 5.000. Jumat berkah ini sudah saya lakukan sejak memulai usaha ini. Saya cari berkahnya dengan menurunkan harga jualan saya,” ujar wanita yang selalu melafalkan kalimat syukur saat berbincang.
“Saya juga sering memberi bubur gratis pada yang mau bubur, tapi enggak punya uang, saya kasih. Saya ikhlas sekali, yang saya cari kan tabungan nanti di akhirat. Yang penting ikhlas, itu kuncinya,” kata Warsini yang tinggal di wilayah Muara Jawa, Balikpapan.
ADVERTISEMENT
Ia mengaku setiap Jumat terkadang mendapat pesanan bubur dari dari perusahaan-perusahaan yang berada di sekitar tempat ia jualan. “Perusahaan tahu Jumat berkah itu, sehingga banyak pesan untuk karyawannya, jumlahnya enggak tentu, 50-100 porsi. Alhamdulillah senang, disyukurin saja,” terang Warsini yang ketiga anaknya melanjutkan pendidikannya hingga perguruan tinggi.
Jemaah haji mengelilingi Ka'bah dan berdoa di Masjidil Haram, di kota suci Makkah, Arab Saudi, Jumat (1/7/2022). Foto: Mohammed Salem/REUTERS
Warsini sedianya berangkat haji tahun 2020. Namun sebagaimana jemaah haji lain, ditunda 2 tahun karena Covid. Lalu penantian 12 tahun itu terjawab saat Warsini berangkat haji tahun ini.
Saat pertama kali melihat Ka'bah, ia mengaku bahagia, haru, sedih dan bersyukur. Tidak banyak doa yang ia langitkan pada Tuhan saat itu.
“Sedih, senang, bersyukur, ya Allah. Doa saya, hanya minta sehat, minta rezeki yang berkah, dan minta ke sini lagi sama anak, cucu, menantu. Doa saya begitu saja, sama dengan doa yang dipanjatkan saat di Arafah,” kata Warsini.
ADVERTISEMENT
Puncak haji pun dilalui dengan lancar selama di Arafah, Muzdalifah, Mina. “Saat lempar jumrah dan tawaf Ifadah seluruhnya alhamdulillah lancar,” katanya.
Warsini saat ini masih berada di Makkah karena termasuk gelombang II pemberangkatan ke Tanah Suci. Dari Makkah Warsini akan ke Madinah dulu sebelum ke Tanah Air.
-----------------
Ikuti informasi seputar haji 2022 langsung dari Arab Saudi dalam Kabar Haji 2022 hanya di kumparan.