Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kisah Tukang Kopi yang Jadi Miliarder Dadakan karena Kilang Minyak di Tuban
20 Februari 2021 17:39 WIB
ADVERTISEMENT
Nasib orang memang siapa yang tahu. Priyanto, pria berusia 30 tahun itu mendadak jadi miliarder. Tanahnya digusur untuk proyek kilang minyak dengan ganti rugi miliaran rupiah.
ADVERTISEMENT
Dulu sebelum mendapat rezeki 'durian runtuh', Priyanto sempat menjual pentol alias cilok. Setelah itu dia mencari peruntungan lain dengan membuka warung kopi di pinggiran jalan desa.
Proyek kilang minyak Tuban atau New Grass Root Refinery (NGRR), kerja sama PT Pertamina dengan perusahaan Rusia, Rosneft, itu mengubah hidupnya. Proyek itu menggusur sebagian lahan pertanian di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban. Salah satu lahan yang kena gusur milik orang tua Priyanto.
Tahun 2004 lalu, orang tua Priyanto membeli sebidang lahan seharga Rp 20 juta. Lahan tersebut sebagai mata pencaharian dengan ditanami jagung dan kacang.
Namun, saat ini dia tak menyangka lahan milik orang tuanya dibeli Rp 4,5 miliar oleh PT Pertamina untuk kepentingan proyek nasional. Ia mengaku senang dan berharap keberadaan kilang memberi manfaat buat masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
"Senang, Mas. Tanah dibeli kilang minyak, moga bermanfaat nantinya," jelas Priyanto ketika ditemui di warung kopi miliknya, Sabtu (20/2).
Kegembiraan keluarga Priyanto karena menjadi miliarder diekspresikan dengan membeli sejumlah barang mewah. Di antaranya beli mobil baru hingga tanah. Sisa uangnya kemudian disimpan di bank.
"Uang digunakan beli tanah, satu mobil dan sisanya ditabung. Kalau luas tanah yang dibeli saya lupa," terang Priyanto sambil melayani pembeli warung.
Kini kehidupan Priyanto lebih baik. Dia tidak perlu lagi pusing-pusing memikirkan uang untuk kebutuhan hidup. Sebab tabungannya sudah lebih dari cukup.
Priyanto saat ini fokus berdagang di warung kopinya. “Sekarang masih jualan kopi dan nasi goreng juga,” kata Priyanto.
Sekampung jadi Miliarder
Warga Desa Sumurgeneng mendadak jadi miliarder. Ada sekitar 280 warga atau pemilik lahan yang terdampak proyek pembangunan kilang minyak. Semua warga telah setuju lahannya dijual untuk pembangunan proyek nasional tersebut.
ADVERTISEMENT
"Semua warga Sumurgeneng telah setuju lahannya dijual untuk pembangunan kilang minyak," ungkap Gihanto, Kades Sumurgeneng, yang juga habis beli mobil baru Avanza warna putih.
Harga ganti rugi lahan milik warga dibanderol dengan rata-rata berkisar Rp 600.000-Rp 800.000 per meter persegi.
"Paling banyak sekitar Rp 28 miliar, itu orang Surabaya yang sudah lama memiliki lahan di sini," jelasnya.
Warga berjemaah membeli mobil baru hingga bekas. Sampai-sampai video antrean belasan mobil yang hendak di antar ke rumah warga viral di media sosial.
Menurut Gihanto, dia mencatat sudah ada 176 mobil baru yang dibeli warga sejak mereka menerima uang ganti rugi lahan kilang minyak hingga saat ini. Bahkan, satu warga ada yang membeli 2 sampai 3 mobil mewah seharga ratusan juta.
Proyek pembangunan kilang minyak yang berada di Kecamatan Jenu itu menelan dana USD 15 miliar hingga USD 16 miliar atau sekitar Rp 225 triliun (asumsi kurs Rp 14.084, red). Proyek ini menempati area seluas kurang lebih 900 hektar.
ADVERTISEMENT
Dari luas lahan tersebut, jumlah lahan warga terdampak untuk proyek kilang minyak ini ada 529 bidang berada di tiga desa di Kecamatan Jenu, Tuban. Tiga Desa itu adalah Wadung, Kaliuntu, dan Sumurgeneng.
Kilang Tuban ini juga merupakan salah satu kilang tercanggih di dunia yang memiliki kapasitas pengolahan sebesar 300 ribu barel per hari yang akan menghasilkan 30 juta liter BBM per hari untuk jenis gasoline dan diesel.