Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Kisah Ukraina Membantu Indonesia Mempertahankan Kemerdekaan dari Ancaman Belanda
7 Maret 2022 14:15 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Indonesia punya kenangan manis yang berharga dengan Ukraina. Ukraina menjadi negara pertama yang mengusulkan terkait masalah di Indonesia saat awal kemerdekaan untuk dibahas di Dewan Keamanan PBB pada 1946.
ADVERTISEMENT
Bagaimana kisahnya? Simak ulasan berikut.
Perang Bukanlah Cara
Semua berawal dari kegagalan perundingan secara terus menerus Indonesia dengan pihak Belanda. Tahap awal kemerdekaan Indonesia merupakan suatu fase yang diwarnai oleh kesulitan. Usia Indonesia yang masih sangat ‘muda’, membuat ‘kaki-kaki’ pemerintahan Indonesia masih sangat lemah. Hal ini membuat Sutan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia yang diangkat pada November 1945, berpikir bahwa perang bukanlah jalan untuk mempertahankan kemerdekaan, melainkan diplomasi.
Seperti yang dikisahkan oleh Rushdy Hoesein dalam bukunya yang berjudul Terobosan Sukarno Dalam Perundingan Linggarjati (2010), berbagai perundingan dilakukan pihak Indonesia dengan pihak Belanda. Seperti pertemuan Van Mook (petinggi atas Belanda di Indonesia) dengan Soekarno dan Hatta pada 23 Oktober 1945 hingga perundingan pada 17 November 1945 yang ditengahi Inggris. Tetapi, semua perundingan itu tidak menghasilkan keputusan apa pun.
ADVERTISEMENT
Namun, tentu hal itu tidak membuat pihak Republik Indonesia ‘patah semangat’. Pada Desember 1945, usaha-usaha untuk melakukan komunikasi serta informasi dengan dunia luar dilakukan. Hal ini dengan maksud untuk ‘melobi’ dunia internasional agar turut mendukung perjuangan Indonesia. Dalam keterangan pers pada 4 Desember 1945, Sutan Sjahrir mengatakan bahwa
“Campur tangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah jalan terbaik untuk memecahkan soal Indonesia dan kalau Belanda akan menempuh jalan kekerasan, niscaya tidak ada persetujuan yang akan dicapai.”
Mengirim Surat ke PBB
Langkah berikutnya yang diambil Sjahrir ialah mengirim surat serta dokumen penting ke Konferensi PBB yang berlangsung di London, Inggris. Konferensi tersebut dimulai pada 10 Januari 1946. Dalam surat tersebut, Sjahrir menuliskan pesan agar masalah Indonesia dibicarakan dalam konferensi.
ADVERTISEMENT
Hal ini menjadi sangat penting bagi Indonesia, mengingat masalah Indonesia bisa dibicarakan oleh Dewan Keamanan apabila disetujui dalam konferensi PBB di London itu. Singkat cerita, dengan dukungan dari utusan Amerika dan Mesir, akhirnya diputuskan bahwa masalah Indonesia dapat dibicarakan dalam Dewan Keamanan PBB.
Di sisi lain, pada 17 Januari 1946, Menteri Luar Negeri Belanda Van Kleffens, mengomentari surat kiriman Sjahrir tersebut. Ia mengatakan bahwa usul Indonesia bisa dibicarakan kalau Indonesia didukung oleh salah satu negara anggota PBB. Tanpa adanya rekayasa, pada 21 Januari 1946 muncul dukungan kuat dari utusan Ukraina di sidang PBB Dmitry Manuilsky. Hal tersebut merupakan kemenangan diplomasi perdana bagi Indonesia atas dukungan dari Ukraina.
Dmitry Manuilsky
Dilansir dari situs resmi Museum Perumusan Naskah Proklamasi (Munasprok), Dmitry Manuilsky memegang jabatan sebagai Menteri Luar Negeri Ukraina pada 1944 hingga 1952. Pria kelahiran Sviatest pada 3 Oktober 1883 itu lalu diangkat sebagai Duta Besar Ukraina untuk PBB pada 1952-1953.
ADVERTISEMENT
Manuilsky pertama kali menyampaikan terkait masalah Indonesia di konferensi Dewan Keamanan PBB pada 7 Februari 1946. Berdasarkan arsip notulen konferensi tersebut yang dipublikasikan di situs resmi PBB, pidato Manuilsky terkait permasalahan Indonesia di konferensi tersebut terbilang cukup lengkap.
Manuilsky menjelaskan bagaimana peralihan masa penjajahan oleh Belanda ke Jepang pada Maret 1942. Dirinya juga menerangkan kepada anggota konferensi betapa kejam dan kacaunya pertempuran Indonesia dengan Inggris di Surabaya pada 10 November 1945. Manuilsky secara ‘gamblang’ menceritakan betapa suramnya situasi yang pernah dan tengah terjadi di Indonesia kala itu.
Pada akhir pidatonya, Manuilsky mendesak Dewan Keamanan untuk menghentikan permasalahan di Indonesia dengan menyelidikinya langsung, sesuai dengan Pasal 34 Piagam PBB. Yakni Dewan Keamanan dapat menginvestigasi setiap pertikaian yang dapat mengancam perdamaian dan keamanan internasional.
ADVERTISEMENT
Hingga Era Modern
Indonesia dan Ukraina terus menjalin persahabatan bertahun-tahun setelah peristiwa di atas. Sebagai contoh, Ukraina turut memberikan bantuan sosial setelah Indonesia diterpa bencana alam seperti gempa bumi di Yogyakarta pada 2006. Indonesia juga pernah mengirimkan bantuan obat-obatan saat Ukraina mengalami konflik bersenjata dengan kelompok separatis di timur Ukraina pada 2014.