Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kisah Wagini, Tunanetra yang Berhaji Bareng Istri dari Hasil Tani & Jual Kerupuk
9 Juni 2024 0:26 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kakek berusia 72 tahun asal Desa Tambahagung, Padukuhan Gading, Kabupaten Pati, ini akhirnya mendapat panggilan berhaji tahun ini. Dia berangkat bersama sang istrinya, Supeni.
Wagini merupakan jemaah haji tunanetra. Matanya tak bisa melihat sejak Juni 2013 silam karena glukoma.
Dia sempat berobat ke berbagai tempat agar matanya sembuh. Namun hal itu tak membuahkan hasil. Syaraf matanya putus dan harapan untuk bisa kembali melihat pun sirna.
Meski begitu, Wagini yang sehari-hari bekerja sebagai petani padi dan kacang hijau itu tetep bersyukur.
"Disyukuri, diparingi Gusti Allah,” kata Wagini saat ditemui di hotelnya di kawasan Raudhah, Makkah, Rabu (5/6/2024).
Wagini awalnya mengolah tanah miliknya yang berukuran 250 meter. Namun sejak ia tidak bisa melihat, tanah itu akhirnya dikelola orang lain dengan model bagi hasil.
ADVERTISEMENT
Dari hasil panen setahun dua kali, ia mendapat untung hingga Rp 2,5 juta. Uang itu lalu dia tabung untuk berhaji.
Istri Wagini, Supeni, juga begitu ingin pergi ke Tanah Suci. Sehari-hari, dia berjualan kerupuk rambak untuk membantu perekonomian keluarga.
"Saya jual kerupuk rambak dari terigu dan tepung pati, dibungkus kecil-kecil dijual Rp 400-500,“ kata Supeni yang sudah berjualan kerupuk sejak tahun 1987 ini.
Supeni membuat sendiri kerupuknya hingga menjual di pasar kecamatan Tambak Romo. Untung dari kerupuk ia tabung sedikit demi sedikit.
"Dari seribu dua ribu rupiah untung jualan kerupuk saya tabung. Pokoknya saya tabung di tempat yang hanya saya yang tahu dan orang lain tidak lihat," ucapnya.
Daftar haji tahun 2012
ADVERTISEMENT
Pasangan suami istri itu mendaftar haji sejak 12 tahun lalu. Usai mendaftar mereka kembali menabung agar saat mendapat panggilan bisa melunasi biaya haji.
"Pokoke karepe bareng-bareng (maunya sama-sama)," ucap Supeni.
Setiap uang dengan jumlah tertentu terkumpul, keduanya langsung menyetor ke bank. Hingga akhirnya pada 2014, keduanya bisa melunasi biaya naik haji dan menjadi tamu Allah tahun ini.
Saat sudah berada di Makkah, Wagini dan Supeni tak mau menyia-nyiakan waktu. Mereka memperbanyak zikir, salat, dan menghafal Al-Quran.
Saat akhirnya bisa berdoa di depan rumah Allah, Wagini dan Supeni memohon agar diberi kesehatan dan keselamatan. "Nyuwun sehat, nyuwun selamat," katanya.