Kisah Warga Jakarta yang Tak Bisa Mudik saat Lebaran 2023

21 April 2023 10:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi sepi di Kawasan Bundaran HI, Jakarta, Jumat (21/4/2023).  Foto: Thomas Bosco/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi sepi di Kawasan Bundaran HI, Jakarta, Jumat (21/4/2023). Foto: Thomas Bosco/kumparan
ADVERTISEMENT
Jalanan di Bundaran HI sepi pada h-1 Lebaran 1444 Hijriah atau 2023 Masehi. Meski demikian, masih ada segelintir perantau yang tidak pulang kampung dan merayakan Idul Fitri di ibu kota.
ADVERTISEMENT
Jam menunjukkan pukul 6.30 WIB. Di tengah gerimis yang tak kunjung berhenti, kumparan melihat suasana Ibu Kota yang tampak lebih santai dari biasanya.
Layaknya hari minggu pagi, jalanan sangatlah lengang dan sepi. Hanya sesekali terlihat kendaraan yang melintas, tak berjubel seperti biasanya.
Kondisi sepi di Kawasan Bundaran HI, Jakarta, Jumat (21/4/2023). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Sepinya jalanan itu pun tak mau disia-siakan warganya. Mereka yang tersisa memanfaatkan kelengangan itu untuk berolahraga. Ada yang tak berhenti kelilingi bundaran patung selamat datang, namun ada pula yang belum seputaran sudah ambil 5 foto selfie.
Mulai dari berlari, bersepeda, atau hanya sekadar jalan-jalan santai dilakukan untuk mengisi suasana santai di Jumat (21/4) pagi yang kelabu itu.
Saat disapa banyak yang tak ragu mereka membalas sapaan tersebut dengan senyuman. Bahkan tak sedikit yang mau membagikan ceritanya. Khususnya mengapa mereka tak berhari raya di kampung halaman.
ADVERTISEMENT
Alasan utamanya kebanyakan adalah karena mahalnya dana untuk pulang. Tak sedikit yang bilang kalau biaya tak pernah jadi masalah jika masih bujang, namun tidak jika sudah berkeluarga.
Bapak Doni (50) misalnya, dirinya mengaku tidak pernah bolong untuk pulang ke Padang saat Lebaran. Namun berat buatnya di 2 tahun kebelakang ini untuk pulang karena masalah bisnis dan sudah berkeluarga.
Kondisi lalu lintas di Bundaran HI, Jakarta, Senin (17/4/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
"Dua tahun belakangan ini keuangan lagi drop lah ya mas. Bisnis saya gagal. Jadi ya sedang menikmati aja di sini," ungkap Doni saat dijumpai usai menikmati jalan pagi.
"Biasanya pulang, karena kan kalau masih bujang gampang pulangnya. Kaga ngaruh masalah bisnis, ongkosnya paling berapa. Tapi kalau sudah berkeluarga beda cerita kan mas," ungkap Doni seorang pebisnis yang berasal dari Padang.
ADVERTISEMENT
Sulit bagi warga Kebon Kacang ini untuk tak mempertimbangkan harga tiket pesawat bagi 3 anak yang masih sekolah dan istri pada kondisinya saat ini. Itulah mengapa dirinya tak pulang tahun ini.
Beda dengan pak Widianto(45), driver ojol yang sudah lahir di Jakarta ini punya cara berbeda untuk atur masalah mahalnya biaya pulang.
Untuk dirinya, rasa rindu dengan orang tua yang berada di Cilacap bisa diatasinya dengan memanfaatkan teknologi. Video call sudah cukup menjadi obat rindu buat Pak Widi.
"Jamankan sudah canggih ya. Kita bisa video call ke orang tua. Seminggu sekali, seminggu dua kali. Jadi istilahnya kalau kita enggak pulang, enggak masalah," tuturnya saat sedang menunggu orderan di pinggir jalan Bundaran HI.
ADVERTISEMENT
Tapi Pak Widi tak biarkan istrinya merasakan perasaan yang sama dengannya. Sebagai suami yang baik, ia mengutamakan dananya demi sang istri agar bisa pulang kampung tahun ini.
"Istri orang Tegal, ya karena dananya minim ya jadinya ya kita alokasikan buat istri dulu pulang tahun ini," sambungnya Pak Widi.
Meskipun demikian tak bisa dipungkiri dirinya ingin sekali bisa kembali pulang secara lengkap seperti tahun-tahun sebelum pandemi COVID-19 terjadi.
"Alhamdulillah dulu pulang terus. Tapi semenjak Corona sampai sekarang enggak," tuturnya.
"Soalnya kan semenjak Corona, kita narik ojol begini kan berkurang jauh mas. Enggak kaya biasanya. Nabung aja enggak bisa sekarang," curhatnya.