Kisah Warga Petobo yang Selamat dari Gempa: Tanah Seperti Berlompatan

3 Oktober 2018 3:35 WIB
Kondisi bangunan dan jalanan yang rusak akibat gempa 7,4 pada skala richter (SR), di kawasan Kampung Petobo, Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi bangunan dan jalanan yang rusak akibat gempa 7,4 pada skala richter (SR), di kawasan Kampung Petobo, Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
ADVERTISEMENT
Mawardi, pria berusia 45 tahun, tampak sibuk menyisir setiap sudut puing rumahnya yang masih bisa dijangkau setelah dihantam gempa dan terkubur tanah. Sembari beristirahat, Mawardi menyempatkan diri berbagi cerita dengan kumparan.
ADVERTISEMENT
Ia menceritakan, saat itu ia sedang salat Isya bersama beberapa warga sekitar. Tiba-tiba terdengar dentuman keras disertai guncangan hebat. Mawardi dan warga lainnya pun langsung berhamburan keluar masjid. Mereka takut dan panik, lalu mencoba menemui keluarga masing-masing.
"Masyarakat dan kendaraan itu sudah bergelimpangan di jalan raya. Setelah berhenti sesaat, kita lari pulang dari masjid ke rumah masing-masing," ucap Mawardi di sela istirahatnya, Selasa (2/10).
Gempa memang sempat berhenti sejenak, Mawardi dan warga lainnya sempat menyelamatkan barang masing-masing dari dalam rumah. Namun siapa sangka, hal yang lebih dahsyat justru terjadi. Mawardi mengaku melihat tanah mulai bergerak, tampak seperti bukit yang berlarian mengarah kepadanya.
"Dari masjid ke rumah sekitar 50 meter, pas ambil kendaraan, niat hati mau menyelamatkan mobil dari reruntuhan ke tanah kosong. Rupanya, pas mau saya lihat ke sana, ada bukit atau gunung gitu yang berlari," ucapnya.
Satu unit kendaraan tertimbun akibat gempa 7,4 pada skala richter (SR), di kawasan Kampung Petobo, Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
zoom-in-whitePerbesar
Satu unit kendaraan tertimbun akibat gempa 7,4 pada skala richter (SR), di kawasan Kampung Petobo, Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Dengan sigap, ia segera mengemudikan mobilnya melintas keluar dari Kelurahan Petobo. Mawardi sengaja memilih jalan melalui lorong-lorong sempit agar tidak terjebak jalan yang amblas.
ADVERTISEMENT
"Kita memotong lorong, kita ikuti jalan besar terus habis kita terjebak. Jadi untung juga, kita enggak terjebak," lanjut dia.
Bak film action, Mawardi memacu kencang mobilnya hingga hampir 25 menit berlalu. Dia melihat beberapa warga berhamburan seolah terbang dari tanah dan jalan raya retak-retak.
"Tanah itu seperti lompat-lompat. Abis lompat-lompat atas bawah, kemudian goyang kiri kanan. Kita panik besar dan diputar lagi itu," ucap Mawardi.
Beruntung, ia dan keluarga besarnya berhasil lolos dari kejadian mengerikan itu. Namun, Mawardi sempat kesulitan mencari rumahnya karena seluruh bangunan di sekitarnya rata dengan tanah.
"Ini bukan longsor, ini tsunami daratan. Kalau laut itu air, kalau ini kan di daratan. Tanah dan aspal itu dari Petobo seperti digulung," kenangnya.
ADVERTISEMENT
Berbekal pohon mangga dan antena parabola sebagai patokan, Mawardi berhasil menemukan posisi rumahnya. Rupanya, rumah tersebut sudah bergeser sekitar 250 meter dari lokasi semua, lengkap dengan halaman rumah dan pohon mangga di sebelahnya.
Kini, Mawardi hanya bisa berharap agar pemerintah segera mengevakuasi korban yang masih tertimbun di lokasi. Sebab, bau menyengat dari jasad para korban sudah mulai tercium. Dia juga berharap dapur umum segera dibangun di Petobo.
“Kita kayak ayam kehilangan induk, menyebar, biar itu RT/RW hingga lurahnya tidak ada muncul,” ujarnya.