Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Kisah Warga Wonosobo Dapat Ganti Untung Imbas Bendungan Bener
11 Juni 2022 19:35 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Lahan seluas 4.000 meter milik Khomsatun di Desa Burat, Wonosobo, Jawa Tengah, kini memang sudah beralih menjadi milik negara. Namun, ia mendapat ganti untung berkali lipat atas tanah itu.
ADVERTISEMENT
Tanah milik Khomsatun yang berusia 45 tahun itu dibeli pemerintah untuk pembangunan Bendungan Bener dengan harga Rp 120.000 per meternya. Siapa sangka, Khomsatun masih bisa mengelola dan memanfaatkan lahan itu bersama ratusan warga terdampak lainnya.
Khomsatun adalah satu dari ratusan warga terdampak Bendungan Bener di Desa Burat Kecamatan Kepil Wonosobo. Di daerah itu, ada 1.010 hektar lahan yang dibebaskan dan dijadikan greenbelt Bendungan Bener oleh pemerintah.
Namun warga masih bisa mengelola lahan itu. Warga membentuk sebuah koperasi bernama Tirto Mulyo Bogowonto. Koperasi itu menjalin kerja sama dengan BBWS Serayu Opak dalam pemanfaatan lahan greenbelt.
Peresmian koperasi dilakukan di Desa Burat Kecamatan Kepil Wonosobo pada Sabtu (11/6). Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, hadir secara langsung untuk menyerahkan SK koperasi pada warga.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah seneng banget. Selain dapat uang ganti rugi, kami juga masih dilibatkan untuk mengelola lahan ini. Jadi kami tetap bisa mendapatkan manfaat dari lahan ini meski bukan milik kami lagi," kata Khomsatun.
Ketua Koperasi Tirto Mulyo Bogowonto, Komarudin, mengatakan bahwa awalnya koperasi ini adalah paguyuban yang menampung aspirasi masyarakat terdampak Bendungan Bener. Setelah proses pembebasan lahan selesai, paguyuban beralih menjadi koperasi yang anggotanya juga masyarakat terdampak.
"Kami membentuk koperasi ini sebagai wadah, agar ada keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan ini. Ini juga sebagai syarat dulu saat pembebasan lahan," katanya.
Wilayah ini, lanjut dia, akan dijadikan greenbelt. Penghijauan terus dilakukan dengan penanaman sejumlah tanaman buah.
"Jadi nanti bisa kami kelola. Kalau dikelola pihak ketiga, nanti masyarakat tidak merasakan manfaatnya. Makanya kami bentuk koperasi ini agar masyarakat bisa terlibat," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Ganjar Pranowo mengapresiasi pembentukan koperasi oleh warga terdampak Bendungan Bener di Wonosobo itu. Menurutnya, itu bagian dari cara menyelesaikan dengan masyarakat terdampak.
"Saya mengucapkan terima kasih, karena pola ini bisa menjadi contoh di daerah lain, sehingga ada cerita baiknya dari proses ini," kata Ganjar.
Tidak harus berbentuk koperasi, keterlibatan masyarakat bisa dengan bentuk apa pun. Yang penting, menurutnya, masyarakat masih bisa memanfaatkan.
"Apa pun namanya yang penting bisa memanfaatkan. Kami siap memberikan pendampingan, pelatihan, dan lainnya," ucapnya.
Ganjar berharap Koperasi Tirto Mulyo Bogowonto bisa benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat. Ia meminta pengelolaan dilakukan secara profesional dan melibatkan banyak pihak.
"Kerja sama dengan BBWS harus detail. Ini bukan cerita iba, tapi dilibatkan secara profesional. Mereka mengelola kawasan greenbelt ini, siapkan design pengelolaan yang profesional, libatkan perguruan tinggi untuk jadi yang diinginkan. Apakah menjadi destinasi wisata dengan beragam produk turunannya. Kami siap bantu," pungkasnya.
ADVERTISEMENT