Kisah Yogi, Sempat Ragu Bisa Kuliah S1 hingga Jadi Lulusan Terbaik Monash

7 Mei 2021 12:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yogi saat di kampus Monash University, Australia. Foto: Dok. Yogi Saputra Mahmud
zoom-in-whitePerbesar
Yogi saat di kampus Monash University, Australia. Foto: Dok. Yogi Saputra Mahmud
ADVERTISEMENT
Yogi Saputra Mahmud lahir dari keluarga yang sederhana. Ia sempat tak ingin melanjutkan kuliah dengan alasan untuk membantu perekonomian keluarga. Untuk itu, ia memilih belajar di SMK dengan harapan segera bekerja setelah lulus. Akan tetapi, harapan itu berubah karena sejumlah beasiswa yang ia terima.
ADVERTISEMENT
Saat masih berseragam putih abu-abu, ia mendapatkan beasiswa pelatihan Bahasa Inggris di ITB selama satu semester. Dari pengalaman ini, ia melihat bagaimana gambaran menjadi anak kuliah. Dari situlah tumbuh keinginannya untuk menempuh kuliah S1.
“Alhasil saya pun mencoba untuk mendaftarkan diri di SNMPTN 2011 dengan mendaftarkan diri ke Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai pilihan pertama,” ujar Yogi di laman Indonesia Mengglobal.
Yogi bersama keluarga saat wisuda magister di Australia. Foto: Dok. Yogi Saputra Mahmud
Untuk mengikuti seleksi itu, ia belajar secara mandiri dengan modal membeli buku-buku. Ia tak mengikuti les persiapan karena memang tak ada dana. Perjuangan itu membawa hasil seperti yang ia impikan.
Semasa kuliah, ia menikmati proses belajar sebagai calon guru Bahasa Inggris. Ia juga semangat untuk mengejar beasiswa yang ditawarkan kampus. Dua di antaranya ia dapatkan adalah Beasiswa Mahasiswa Berprestasi dan Beasiswa Pendidikan Provinsi Jabar.
ADVERTISEMENT
“Selepas wisuda S1, saya langsung diterima mengajar di salah satu sekolah bilingual di Kota Bandung. Selama dua tahun, saya mengaplikasikan ilmu yang diraih saat jenjang sarjana,” kenangnya.
Dalam perjalanan kariernya sebagai guru, ia berkeinginan untuk melanjutkan ke jenjang S2. Semangat itu lahir karena berkaca dari pendidikannya saat kuliah S1, kuliah itu bisa ‘gratis’.
Kala itu, LPDP sedang gencar-gencarnya membuka pendaftaran. Ia mulai mempersiapkan segala keperluan untuk seleksi, mulai dari surat rekomendasi hingga syarat bahasa asing.
Ijazah Yogi S2 dengan IPK 4.0. Foto: Dok. Yogi Saputra Mahmud
Ia mengatakan, pendanaan dari beasiswa LPDP menjadikan ia lebih fokus dalam menyelesaikan studi di Monash University, Australia. Bahkan, ia meraih IPK 4.0 di jurusan Master of TESOL (Teaching English to Speakers of Other Languages)
“[Saya] menjadi lulusan terbaik di Master of TESOL tahun 2019 dengan mendapatkan Dean’s Award of Academic Excellence yang langsung diberikan oleh Dekan Faculty of Education, Monash University,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
====
Tulisan ini pernah dimuat di Indonesia Mengglobal ditulis oleh Yogi Saputra Mahmud.