Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kisah Yusuf Supendi, Dibuang PKS Dirangkul PDIP
17 Juli 2018 15:26 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Yusuf Supendi adalah bagian dari generasi pertama gerakan tarbiyah di Indonesia, cikal bakal lahirnya Partai Keadilan Sejahtera (PKS ). Namun siapa sangka, sang pelopor di tengah perjalanan malah berbalik menyerang, bahkan tak jarang memberikan kritik tajam kepada partai besutannya itu. Mengapa?
ADVERTISEMENT
Sebelum ke situ, perjalanan karier politik Yusuf memang menarik untuk diikuti. Dalam buku berjudul 'Replik Pengadilan Yusuf Supendi Menggugat Elite PKS', disebutkan bahwa Yusuf merupakan seorang yang lurus dan bersih.
Hal tersebut digambarkan dengan kondisi dirinya yang walaupun sudah pernah menjadi anggota DPR, Yusuf masih tinggal di ujung gang selebar satu mobil di Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Begitu juga tumpangannya yang masih menggunakan mobil Avanza hitam kreditan.
Yusuf Supendi lahir di Bogor 15 Mei 1958. Ia lahir dari keluarga besar ulama di Bogor. Latar belakang pendidikannya pun tidak jauh-jauh dari soal agama. Ia sekolah di pesantren Darul Falah milik pamannya, K.H. Ahmad Rifai Yasin.
Selama bersekolah, Yusuf adalah anomali. Saat menempuh pendidikan di pesantren, ia bisa menghafal Al-Quran lebih cepat dan banyak dibandingkan teman sejawatnya. Kalau temannya satu hari dapat menghafal satu lembar, dia bisa menghafal hingga 4 lembar.
Bahkan, belum genap berumur 19 tahun, dia nekat keluar negeri untuk bersekolah di Arab Saudi. Walaupun awalnya tidak berjalan mulus, pada tahun 1979 ia berhasil menempuh pendidikan di Universitas Imam Muhammad Ibnu Saud, Riyadh.
ADVERTISEMENT
Yusuf lulus tahun 1985. Setelah kembali ke Tanah Air, dia membawa gerakan dakwah Ikhwanul Muslimin yang ia pelajari di Arab Saudi ke Indonesia. Bersama dengan kawannya yang juga alumni Timur Tengah lainnya, Hilmi Aminudin dan Salim Segaf Al Jufri, melahirkan sebuah gerakan yang dikenal sebagai gerakan tarbiyah.
Di gerakan tarbiyah ini, Yusuf punya jabatan penting sebagai Ketua Majelis Tarbiyah. Dari tangan Yusuf, muncul tokoh-tokoh seperti Surahman Hidayat, Mutammimul Ula, Wahyudin Munawir, Al Muzammil Yusuf, Untung Wahono, yang kini semuanya jadi tokoh penting di PKS.
Pada 1998, gerakan tarbiyah berkembang dan tumbuh menjadi Partai Keadilan (PK). Setelah lahir, PK langsung tancap gas dengan mengikuti Pemilu 1999. Yusuf adalah salah satu pendiri dan deklaratornya saat itu. Di PK Yusuf berperan sebagai Wakil Ketua Dewan Syariah atau semacam mahkamah pengadilan partai dari 2000 hingga 2005.
ADVERTISEMENT
Pada pemilu 2004, PK berganti nama jadi PKS . Pergantian ini dilakukan setelah PK gagal memenuhi ambang batas pada Pemilu 1999.
Pada 2004 muncul percikan perpecahan di internal PKS. Bermula saat itu, suara dukungan di internal PKS pecah terhadap dua calon presiden yaitu Amien Rais dan Wiranto. Untuk meredamnya, dilakukan beberapa kali rapat pemungutan suara.
Rapat-rapat tersebut menghasilkan dukungan terhadap Amien Rais. Namun sayang, saat itu Hilmi Aminudin sebagai Ketua Majelis Syuro PKS selalu menggunakan hak veto untuk menggagalkan dukungan tersebut. Hal ini memicu kemarahan dari Yusuf.
Semenjak kejadian itu, dari tahun 2004 hingga 2010, Yusuf selalu menjadi tokoh yang mengambil sikap krtitis terhadap pelbagai kebijakan PKS. Salah satu kebijakan yang ditentang adalah pergantian presiden PKS dari Hidayat Nur Wahid terhadap Tifatul Sembiring pada 2004. Yusuf menilai pergantian sangat dipaksakan.
ADVERTISEMENT
Akibat Yusuf yang sangat vokal mengkritik PKS, pada 2008 partai tersebut mengeluarkan kebijakan yang melarang kader PKS untuk berhubungan dengan Yusuf Supendi. Yusuf pun diasingkan, kader dilarang berinteraksi dengan dirinya.
Akhirnya, Yusuf Supendi dipecat dari PKS oleh Luthfi Hasan Ishaq pada tahun 2010 saat menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Syariah PKS. Namun, salinan SK pemecatan tersebut belum diterima Yusuf hingga tahun 2011.
Tidak selesai sampai di situ. Yusuf melawan dengan melaporkan Luthfi ke Badan Kehormatan DPR RI, dengan tuduhan melanggar etika dan akhlak sebagai anggota DPR RI dengan menuding Yusuf sebagai pengganggu istri orang.
Puncak dari perlawanan Yusuf terjadi ketika dia dituding menyelewengkan sumbangan untuk anak yatim. Dari situ, Yusuf menyerang balik dengan menjadi oposan bagi kelompok Hilmi Aminudin dan kawan-kawan. Pada 2 Mei 2011 di ruang Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Yusuf Supendi menggugat para petinggi PKS.
ADVERTISEMENT
Namun, gugatan Yusuf di PN Jaksel mental. Hakim menolak semua poin gugatan Yusuf.
Meski demikian upaya Yusuf menggugat PKS belum berhenti. Pada 3 Juli 2018, dia mengajukan peninjauan kembali atas pemecatannya. Yusuf menilai pemecatannya adalah perbuatan melawan hukum.
Dari situ, perjalanan berlanjut. Hingga teranyar, Yusuf bergabung ke PDIP. Bahkan, Yusuf maju sebagai salah satu caleg dari partai banteng tersebut. Yusuf pernah menjadi anggota DPR periode 2004-2009 dari PKS.
"Iya, pendiri PKS gabung (PDIP)," ujar politikus PDIP Eva Kusuma Sundari ketika dikonfirmasi, Selasa (17/7/2018).
Dan Yusuf pun mengacungkan salam khas PDIP: Salam metal!