Kiswah Ka'bah Ternyata Pernah Berwarna Merah, Begini Sejarahnya

10 Juni 2022 19:43 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Salah satu rukun Islam adalah ibadah haji jika mampu. Ibadah itu dilakukan di sebuah tempat yang disucikan oleh umat Muslim seluruh dunia, yakni di Makkah dan Madinah, Arab Saudi.
ADVERTISEMENT
Salah satu bangunan utama yang disucikan adalah bangunan Ka’bah yang terletak di masjid paling suci, Masjidil Haram, Makkah, Hejaz, Arab Saudi. Ka’bah yang menjadi titik pusat arah umat Islam ketika mendirikan salat ini direpresentasikan sebagai “Rumah Allah”.
Ka’bah sendiri punya sejarah panjang. Tak terkecuali ornamen Ka’bah berupa kain hitam atau Kiswah yang memiliki sejarahnya tersendiri.
Seorang pejabat dari kantor Presiden Jenderal dua Urusan Masjid Suci membersihkan dan mengharumkan Kabah di Masjidil Haram. Foto: Saudi Press Agency / Handout via REUTERS
Menurut Wakil Presiden Urusan Masjidil Haram, Dr Saad bin Muhammad al-Muhaimid, bobot Kiswah Ka’bah saat ini mencapai 670 kg. Bahannya terbuat dari sutra berwarna hitam.
Sementara itu, tulisan kaligrafi ayat-ayat Al-Qur’an di kain Kiswah merupakan benang emas dengan total seberat 120 kilogram dan 100 kilogram benang perak. Dana yang perlu dihabiskan setiap membuat Kiswah adalah mencapai 17 juta riyal atau setara dengan Rp 66,3 miliar.
ADVERTISEMENT
Pertanyannya, sejak kapan Ka'bah ditutup kiswah?
Proses mengganti kain penutup Ka'bah (Kiswa) yang baru pada musim haji 2021 di kota suci Mekah, Arab Saudi, 18 Juli 2021. Foto: Saudi Press Agency via Reuters

Kisah As'ad yang Pertama Kali Menutupi Ka'bah

Dikutip dari NU Online, wacana paling populer sekaligus paling banyak dipercayai adalah kisah bahwa Kiswah pertama kali diselimuti oleh Raja Dinasti Himyariyah Yaman, Abu Karb As’ad. Menurut Ali Husni al-Kharbutli dalam Sejarah Ka’bah (2013), ide menutupi Ka'bah dengan sebuah kain muncul saat As'ad bermimpi tentang hal itu.
Dari perjalanan mimpinya tersebut, ia pun berinisiatif ingin menutupi Ka'bah saat melewati Makkah ketika suatu ketika As’ad bermimpi bahwa dirinya menutupi Ka’bah dengan kain. As'ad pun berinisiatif menjalankan mimpinya tersebut saat melintasi Makkah ketika sehabis pulang dari peperangan di Yatsrib pada 220 sebelum Hijriyah.
Namun, As'ad tak menutupi Ka'bah langsung dengan menggunakan kain. Akan tetapi, ia menutupi Ka’bah dengan kulit dan kain kasar (khasf) terlebih dahulu. Adapun riwayat lain juga menyebut, As’ad menutupi Ka’bah dengan daun kurma dan melapisi dengan bunga Ma’afir yang begitu wangi.
ADVERTISEMENT
Dari idenya menutupi Ka'bah dengan sebuah kulit, As'ad justru khawatir akan terlalu membebani bangunan tersebut dengan benda yang terbilang cukup berat. Akhirnya, ia pun menggantinya dengan kain yang dijahit dari Yaman (al-mala wal washa’il).
Infografik Mengenal Bagian-bagian Kabah. Foto: kumparan
Kebiasaan mengganti kain Kiswah setiap tahunnya di bulan Haji, 9 Dzulhijjah yang berukuran 14 meter ini, berawal dari setelah As'ad berhasil menutupi Ka'bah tersebut dengan kain. Pada tahun-tahun berikutnya, setelah peristiwa tersebut, orang-orang menjadi berbondong-bondong menghadiahi Ka’bah dengan kain.
Awalnya, pada era Dinasti Umayyah, kain kiswah yang baru diletakkan di atas kain yang lama tanpa melepasnya terlebih dahulu hingga terjadi penumpukan. Praktik semacam ini terus berlangsung hingga periode Khalifah al-Mahdi dari Dinasti Abbasiyah.
Seperti halnya dengan kekhawatiran As'ad, kain-kain yang menumpuk tersebut akhirnya membebani bangunan Ka’bah. Al-Mahdi kemudian memerintahkan untuk melepaskan kain-kain kiswah yang lama dan menggantikannya dengan yang baru setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Kemudian, pergantian Kiswah ini menjadi hal sakral bagi umat Islam, lantaran dianggap sebagai tugas agama dan penuh dengan kehormatan. Pergatiannya meliputi proses kain Kiswah Ka’bah diambil dan digantikan dengan yang baru, apabila kain rusak.

Kisah Khalid bin Ja’far bin Kilab dan Nabi Muhammad

Jemaah berziarah di makam Nabi Muhammad SAW di kompleks Masjid Nabawi. Foto: wmn.gov.sa
Terdapat nama Khalid bin Ja’far bin Kilab yang tercatat menjadi sosok pertama melakukan penutupan Ka'bah dengan kain berbahan sutra. Mengutip dari Muhammad Abdul Hamid al-Syarqawi dan Muhammad Raja’I ath-Thahlawi dalam Ka’bah: Rahasia Kiblat Dunia (2009), nama Natilah binti Janab, ibunda dari Abbas bin Abdul Muthalib perempuan pertama yang membuat dan menyelimuti Ka’bah dengan sutra sebagai penebusan janjinya, lantaran telah menemukan anaknya yang hilang.
Sementara itu, Nabi Muhammad menjadi orang pertama yang menutupi Ka’bah dengan qabhati (kain putih yang dibuat di Mesir). Sebelum itu, Nabi Muhammad ssempat mempertahkan kiswah lama yang digunakan pada zaman Jahiliyah saat pembebasan Kota Makkah. Namun, terdapat satu upaya pembakaran Ka'bah oleh seorang wanita dam mencoba mengharuminya dengan dupa.
ADVERTISEMENT
Dari insiden tersebut, akhirnya Ka’bah ditutup dengan kain dari Yaman bergaris putih oleh Khalifah Umar bin Khattab dan Khalifah Ustaman bin Affandan merah (burud) dan Abdullah bin Zubair menutupnya dengan brokat merah.

Warna Kiswah yang Berbeda-beda

Prosesi penggantian kiswah Ka'bah pada musim haji 2021. Foto: Dok. gph.gov.sa
Jika diperhatikan, warna-warna Kiswah yang diganti setiap tahunnya seringkali memiliki warna yang berbeda. Direktur Pusat Sejarah Makkah, Fawaz al-Dahas, menyatakan hal tersebut bisa terjadi disebabkan karena faktor keuangan atau financial.
Kain yang selalu diandalkan untuk menyelimuti Ka'bah merupakan produksi qabathi dari Mesir, Kain itu merupakan salah satu kain yang paling ideal dan terbaik untuk menutupi Ka'bah sama halnya dengan Kiswa Yamani.
“Ka’bah pernah ditutup dengan kain berwarna putih, merah, dan hitam. Pemilihan warga tersebut berdasarkan pada faktor keuangan pada setiap era,” kata al-Dahas, kata al-Dahas, dikutip dari laman Arab News, Kamis (23/7).
ADVERTISEMENT
Kain berwarna putih yang digunakan untuk Kiswah menjadi kain paling terang yang digunakan untuk menyelimuti Ka’bah. Namun, kain ini seringkali tidak awet, sering sobek dan kotor ketika para jemaah menyentuhnya. Akhirnya jalan, kiswah putih tersebut kemudian diganti dengan brokat hitam-putih dan Shimla.
“Dulu kiswah diganti setiap kali ada kain yang tersedia. Hal ini terjadi pada era Khulafaur Rasyidin, Dinasti Umayyah, dan Dinasti Abbasiyah,” lanjutnya.