Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Salah satu penyebab meningkatnya populasi ular kobra di Jakarta dan Depok belakangan ini karena berkurangnya predator alami, seperti burung hantu, musang, hingga garangan.
ADVERTISEMENT
Komunitas pencinta ular, Taman Belajar Ular (TABU), mengusulkan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk membentuk habitat predator ular kobra.
Salah seorang pengurus TABU, Igor, menyarankan agar warga memelihara burung hantu di tempat tinggal mereka. Menurutnya, cara ini cukup efektif, seperti pengalamannya dalam mengusir keberadaan ular kobra di perkebunan sawit dan tempat tinggal warga di Kalimantan.
Dalam pengalamannya itu, Igor berhasil membereskan masalah ledakan populasi ular di perkebunan sawit seluas 1.000 hektare. Meski demikian, ada tantangan agar burung hantu yang dipelihara tak hilang dicuri.
"Ada yang hilang dari predator (ular kobra) musang, garangan burung hantu. Saya pernah coba pakai burung hantu di Kalimantan. Caranya efektif. Saat itu untuk mengontrol ular di perkebunan sawit yang meledak," kata Igor saat audiensi dan koordinasi penanganan ular dengan komunitas pencinta ular di Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk, Jakarta Utara, Kamis (19/12).
Merespons usulan ini, KLHK menyebut pembentukan habitat predator ular kobra, seperti pemeliharaan burung hantu perlu dikaji terlebih dulu. Sebab, setiap daerah memiliki kriteria yang berbeda sebagai tempat tinggal predator alami ular kobra.
ADVERTISEMENT
"Perlu dikaji apa itu efektif, karena penanganan kasus satu tempat beda dengan tempat lain. Memang katanya sudah berhasil tapi di Kalimantan," kata Kasubdit Sumber Daya Alam Genetika KLHK, Moh Haryono.