Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
KLHK: Luas Hutan Alam di Kalimantan Selatan Turun 463.481 Hektar Sejak 1990
19 Januari 2021 19:29 WIB
ADVERTISEMENT
Banjir besar yang melanda Kalimantan Selatan (Kalsel) telah membuat ratusan ribu warga mengungsi dan puluhan ribu rumah terendam. Presiden Jokowi bahkan menilai banjir besar tersebut merupakan yang pertama kali sejak 50 tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Banyak pihak yang menilai banjir besar merupakan akumulasi berkurangnya luas hutan di Kalsel yang beralih fungsi sebagai lahan pertambangan maupun perkebunan.
Lantas seberapa parah penurunan luas hutan di Kalsel?
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK ) menyatakan penurunan luas hutan alam di Kalsel mencapai 62,8% selama 30 tahun terakhir atau sejak 1990.
"Kalau kita perhatikan dari tahun 1990 sampai 2019 maka penurunan luas hutan alam itu sebesar 62,8%. Yang paling besar itu terjadi antara 1990 sampai 2000 sebesar 55,5%," ujar Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK, Karliansyah, dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Selasa (19/1).
Dari data yang ditunjukkan Karliansyah, tercatat luas hutan alam di Kalsel menyusut sekitar 463.481 hektar dalam kurun waktu 1990-2019. Berikut datanya:
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, pembukaan kawasan non-hutan semakin meningkat sejak tahun 1990. Dari 1.025.542 hektar di 1990 menjadi 1.495.497 hektar pada 2019.
Pembukaan lahan untuk perkebunan selama 30 tahun terakhir tersebut mencapai 219,313 hektar. Adapun pembukaan lahan bagi pertambangan kurun 1990-2019 mencapai 29.918 hektar.
Sementara dari total wilayah Kalsel seluas 3.721.884,85 hektar, luas hutan sekitar 24,68% dari idealnya 30%. Adapun luas lahan perkebunan di Kalsel dibandingkan total wilayah mencapai 17,53% atau 652.564 hektar. Pertambangan mencapai 2,88% dari total luas wilayah atau sebesar 107.058 hektar.
Lalu bagaimana luas areal hutan di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Barito yang berguna untuk menampung air?
ADVERTISEMENT
Karliansyah menjelaskan DAS Barito mencakup 4 provinsi di Kalimantan yakni:
Karliansyah menyebut dari 1,8 juta luas DAS Barito di Kalsel, proporsi areal berhutan di sekitarnya hanya 18,2%.
"15% berupa hutan alam dan 3,2% lainnya merupakan hutan tanaman," ucapnya.
Sedangkan sisa areal DAS Barito yang tidak berhutan seluas 81,8% didominasi lahan pertanian kering campur semak 21,4%, sawah 17,8 %, dan perkebunan 13%.
Meski data tersebut menunjukkan luas area hutan alam terus menurun, KLHK menilainya bukanlah penyebab utama banjir besar di Kalsel. Ia menyatakan penyebab utama banjir yakni cuaca ekstrem.
"Penyebab banjir secara umum sekali lagi ini terjadi di alur DAS Barito khusus wilayah Kalsel akibat dari cuaca yang ekstrem," kata Karliansyah.
ADVERTISEMENT
Dia mengatakan, curah hujan tinggi yang mengguyur Kalsel membuat debit air tak lagi mampu ditampung sungai. Sehingga air meluap ke jalan dan pemukiman warga.
"Kami mencatat misalnya kalau kita bandingkan tahun 2020 itu bulan Januari, curah hujan normal itu 394 mm yang kita catat dari data BMKG tanggal 9 sampai 13 Januari 2021 itu 461 mm selama lima hari," jelasnya.
Selama lima hari itu, kata dia, ada kenaikan debit hujan hingga 9 kali lipat dibandingkan curah hujan normal.
"Artinya 8-9 kali dari curah hujan yang normal dengan demikian volume air yang masuk ke sungai itu juga itu luar biasa. Jadi dari perhitungan itu ada sekitar 2,08 miliar meter kubik yang masuk dibandingkan kondisi normal itu hanya 238 juta meter kubik," tutupnya.
ADVERTISEMENT