Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) memastikan sistem rem truk B 9410 UIU yang menyebabkan kecelakaan beruntun di Tol Cipularang berfungsi baik. Diduga rem truk menjadi blong imbas overload.
ADVERTISEMENT
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menjelaskan tak ada kebocoran pada sistem rem truk. Pihaknya akan menyelidiki kemungkinan rem blong karena overload. Sebab, truk yang harusnya memuat 12 ton malah memuat 37 ton.
"Saya yakin overload yang segitu banyak akan berpengaruh dengan kemampuan rem dari truk itu," kata Soerjanto dalam focus group discussion (FGD) 'Perlintasan Sebidang Tanggung Jawab Siapa?' di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Jumat (6/9).
Menurutnya, sopir truk mengetahui ada antrean kendaraan di depannya karena ada truk B 9763 UIT yang terguling. Sopir saat itu berusaha mengerem, namun remnya sudah mengalami panas berlebih sehingga tidak efektif.
"Kalau kampas rem itu panas, kampas rem itu kan bagian atas dari padat akan berubah jadi gas, nah itu makin panas makin banyak gasnya itu kan menjadi lapisan bikin daya cengkramannya berkurang. Semakin panas semakin berkurang, itu yang menyebabkan remnya blong," jelas Soerjanto.
ADVERTISEMENT
Selain permasalahan overload, ia akan memeriksa mobil yang terbakar dalam insiden tersebut. Menurutnya mobil tersebut diduga menggunakan selang bensin yang terbuat dari plastik sehingga mudah terbakar.
"Kita sebelumnya rekomendasikan selang bahan bakar itu tidak dibikin dari plastik, tapi dari metal kita akan lihat rekomendasi sampai sejauh mana dilaksanakan para stakeholder ini," kata Soerjanto.
Lebih jauh, ia juga mengatakan akan mengukur geometri tol Cipularang. Khususnya di jalur terjadinya kecelakaan sehingga hal yang yang sama tidak kembali terjadi.
"Kami akan mengecek geometrinya meski pun memang masih masuk ke dalam aturan dalam spesifikasi keselamatan jalan, apa yang harus dilakukan agar tidak terjadi. Toh kalau memang terjadi rem blong, harus ada rester yang menahan truk seperti itu seperti di Bumiayu pada saat kejadian itu ada truk blong namun karena sudah dibikin rester untuk selamat," kata Soerjanto.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan membutuhkan waktu untuk menyelesaikan investigasi tersebut. "Mungkin sekitar 2-3 bulan kita selesaikan," kata Soerjanto.
Kecelakaan terjadi di Tol Cipularang pada Senin (2/9). Mulanya, dump truck bernomor polisi B 9763 UIT bermuatan tanah yang dikemudikan Dedi Hidayat (45) datang dari arah Bandung menuju Jakarta terguling di KM 91. Diduga sopir tak bisa mengendalikan truk dalam kondisi jalan luruh dan menurun.
Saat itu, kendaraan yang berada di belakangnya berhenti karena kecelakaan itu. Sejumlah kendaraan antre mencoba melewati truk lewat bahu jalan.
Tak lama kemudian, truk bernomor polisi B 9410 UIU yang juga bermuatan tanah tiba-tiba meluncur dengan kecepatan tinggi dan menabrak 18 kendaraan yang sedang antre di depannya karena terhalang truk terguling. Truk itu dikemudikan Subana.
ADVERTISEMENT
Polisi telah menetapkan dua tersangka dalam kecelakaan maut di Tol Cipularang yakni sopir truk nopol B 9763 UIT bernama Dedi dan Subana. Hukuman yang diberikan kepada Dedi gugur karena meninggal dunia.